chapter 8 (spesial)

Start from the beginning
                                    

"Manusia, kami bisa ikut menangis jika kau tidak berhenti, hiks..." ucap Raon menahan tangisnya. Cale menggeleng dalam pelukkan Livia.

'Kumohon, biarkan aku berbicara! Aku tidak ingin Mama pergi.'

"Cale tenanglah, Mamamu hanya pergi sebentar." ucap On ikut membantu. Cale semakin mengencangkan pelukannya.

'Kalian tidak tahu apa yang kurasakan saat ini!'

"Kami akan selalu menemanimu, nyaa... Jadi berhentilah menangis, kau membuat kami sedih,,," Hong menurunkan telinga sedihnya.

'Ukh, jangan sekarang!'

Livia tersenyum melihat betapa anak-anak itu sangat peduli pada putranya.
"Cale Sayang, semua akan baik-baik saja. Lagi pula, Paman Jayden akan tetap di sini bersama Cale." ucap Livia semakin khawatir saat melihat Cale tersedu dan mulai lemas. Putranya hampir kambuh saat ini.

Sementara Cale masih berusaha keras untuk mengeluarkan suaranya, meski napasnya semakin terputus-putus karena terisak.

Setelah perjuangan yang cukup lama, akhirnya Cale menyerah. Tubuh kecilnya sudah tidak kuat menahan sesak. Livia menjadi panik saat napas putranya semakin lemah. Cale masih menangis sembari melihat Raon yang menangis dan berusaha untuk membantunya bernapa dengan sihirnya. Dia merasa bersalah sekarang. Anak-anaknya menangisinya karena keegoisannya.

Dia tetap tidak ingin mamanya pergi. Dia tidak ingin memperburuk kondisinya yang semakin rentan. Tetapi hanya dengan ini dia bisa mengharapkan ketidakpergian mamanya, agar bisa menjaganya selama dia sakit.

".... Mama jangan pergi~,,, Cale tidak ingin jauh dari Mama..." akhirnya mulutnya berhasil berucap dengan lemah, meski harus berada di batas kesadarannya. Setidaknya apa yang ingin dia ucapkan tersampaikan pada mamanya.

"Maafkan Mama, Sayang." balas Livia saat melihat putranya semakin lemas. Livia segera menggendongnya, Raon telah melakukan teleportasi menuju kamar putranya. On mengambil bentuk mausianya untuk menemui Jayden dan Felix, agar mereka segera melaporkan kondisi Cale kepada Claude dan memanggilkan tabib.

Cale memejamkan matanya untuk merendam rasa sesak dan nyeri di dadanya. Tubuhnya memang sudah sering sakit-sakitan karena penyakit bawaannya. Tetali tetap saja dia tidak terbiasa dengan rasa sakit. Memangnya siapa yang bisa terbiasa dengannya?

Pikiran dan perasaannya sudah kacau sedari tadi tapa alasan pasti. Dia takut Livia pergi jauh darinya dan dia tidak tahu kenapa dia merasa seperti itu.
Bukankah semuanya akan baik-baik saja? Tapi kenapa?

'Perasaan itu familiar. Sama seperti waktu itu. Aku ketakutan dan selalu ditenangkan oleh Mama. Tapi pada akhirnya, Mama- ugh,,,' darah keluar dari mulut Cale. Tepat saat Claude dan Athanasia tiba bersama beberapa tabib. Mereka semua langsung panik ketika pangeran kecil itu mengerang penuh rasa sakit.

Seluruh ingatan tentang kehidupannya sebagai Kim Rok Soo berputar. Tentang kebahagiaannya sebagai anak tunggal. Tentang kecelakaan yang dialami kedua orang tuanya. Tentang saat di mana dia menangisi kematian mereka sama saat dia melarang mereka untuk pergi sebelumnya.
Bahkan ingatan dari tubuh Cale Henituse saat kematian ibunya, Jour Thames ikut mengalir. Kematian Jour yang membuat Cale menjadi sampah. Semua itu berputar tanpa henti bagai sebuah rekaman yang rusak.
Tubuhnya menggigil dan terbakar. Pernapasannya semakin memburuk., saat gambaran baru muncul.

Seorang wanita berdarah dengan tanaman mawar berduri melilit tubuhnya hingga leher. Wanita itu tersenyum dengan satu tebasan sebagai akhir dari pertarungannya yang gagal. Dia telah kehabisan tenaganya sebelum menghabisi musuh terakhir.

An Obelia Prince {HIΔTUS}Where stories live. Discover now