Part 45 - Fighting Our Demons

Start from the beginning
                                    

Rasa penasaran Reno semakin memuncak saat Ella berubah pucat ketika melihatnya dan tanpa sadar mematikan sambungan teleponnya  lalu menaruh kembali ponsel ke dalam tas tangannya.

"Kenapa Kak Reno ada di sini?" tanya Ella dengan suara serak, gadis itu kemudian berdeham beberapa kali untuk mengembalikan suaranya.

"Entah, aku hanya ingin memastikan kondisimu baik-baik saja," Reno berjalan perlahan menghampiri Ella dan duduk di pinggir ranjang, meninggalkan pintu kamar terbuka. Kebiasaan Reno yang membuat Ella menghormati pria itu, terlebih sejak kasus mereka yang membuat sang Ayah terkena serangan jantung. Seakan pria itu pun memiliki trauma yang tidak disadari.

"Lihatlah wajahmu, baru kutinggal beberapa menit and look at you, fighting with your demons already."

Reno mengusap sisa air mata yang tertinggal di pipi gadis itu, membuat Ella menggelengkan kepala kuat-kuat dan mendorong Reno menjauh.

"Ini tidak adil." Gumam Ella tidak terima, membuat Reno menaikkan satu alisnya bingung dengan tingkah gadis itu.

"Apanya?"

"Kamu tidak bisa terus menerus berada di sisiku, Kak. Bagaimana aku bisa... bagaimana..."

Bagaimana bisa aku melupakanmu saat kamu selalu ada untukku seperti ini?

Tentu saja semua itu tetap tidak terucap dan hanya tertahan di benak Ella.

"Ella?" Reno masih menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya.

"Maksudku, bagaimana bisa kamu menebak dengan benar kapan aku sedang meratapi diriku sendiri? Dan apa kamu tidak ada kerjaan lain selain mengawasiku?"

"Aku tidak mengawasimu, Ella. Aku hanya merentangkan tangan."

"Merentangkan tangan?" Ella bingung dengan pilihan bahasa pria itu, karena saat ini yang Ella lihat hanya sosok Reno yang duduk diam menghadapnya. 

"I'm here for you, Ella."

Air mata Ella kembali menetes, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Gadis itu meraih sebuah bantal di belakangnya dan melemparkannya pada Reno. Kencang. 

Reno berhasil menghindari serangan Ella kini dihadapkan dengan pukulan gadis itu yang tentu saja dapat ditepis Reno dengan mudah hingga kini kedua tangan Ella berada di genggamannya. "Kamu sadar Kak? ltu kalimat terkejam yang bisa kamu katakan padaku. Disaat kita tahu kamu tidak akan ada disini untukku cepat atau lambat."

"Now you know exactly what I feel everytime you hug me, Mungil."

Ella terdiam, gerakannya pun berhenti. Gadis itu menghela napas panjang kemudian menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menenangkan diri. Pandangannya tidak lepas dari pria yang masih diam menatapnya lembut dengan kedua tangan pria itu menggenggam tangannya erat.

"Everything will be Ok, El. Kamu kan yang sering bilang begitu? I'll be here for as long as I can. I'll be with you until we win this fight."

"Aku merindukan Papa, Kak."

"I know."

"Andai aku tidak pergi..."

"Maka selamanya kedua kakakmu tidak akan menjadi bagian utuh dari keluarga Wijaya, orang-orang tidak akan mengenal mereka dan Kak Danu selamanya akan di cap sebagai pria yang menikahi wanita tidak jelas asal usulnya bukannya keturunan Wijaya."

Ella terkejut mendengar jawaban Reno, tidak sekalipun ia mengira sang Kakak akan mendapat cemooh orang lain. Ella tidak tahu akan ada banyak sudut pandang dari semua masalahnya, "Andai aku tidak berada di kamar hotel itu."

"Well, andai AKU tidak mendatangimu. Tell me, apa yang akan kamu lakukan kalau kamu tidak mengurung diri di kamar itu Ella?"

Gadis itu terdiam sejenak sambil memikirkan jawabannya, "Aku akan pulang ke rumah. Mengunci pintu kamar dan..." 

Reno tersenyum melihat wajah Ella yang semakin panik, "Lihat? Semua yang kita lakukan dalam hidup kita adalah pilihan yang kita ambil Ella. Baik atau buruk kita harus menjalaninya. Bisa jadi apa yang kita pilih saat itu sedikit lebih baik dari pilihan yang tidak kita ambil, dan itu artinya kita sudah berusaha sebaik mungkin, sebisa kita pada saat itu."

"Termasuk ucapan Kak Reno padaku?"

"I'll just have to live with it, saat itu aku tidak tahu apa yang sedang kamu alami dan aku juga sedang mengalami hal berat. I took you for granted*. Itu salah, dan aku mengakuinya."

"Karena Bibi?" tanya Ella pelan, rasa penasaran membuatnya nekat menanyakan hal yang ia tahu pasti tidak akan dijawab Reno, seketika ia kembali teringat panggilan telpon tadi.

"I face my demons** too, El."

***

*To underestimate or undervalue someone or something; to not properly recognize or appreciate someone or something. 

**An expression used to signify a person fighting against an inner battle. Often due to traumatic experiences or depression.









Cinderella's BeastWhere stories live. Discover now