Part 6

12 1 0
                                    

"Kalaupun lo mau bunuh diri sekarang, emang lo udah nggak kepo soal, siapa itu El dan Alex?"

Sumpah ya, Rachel sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Faesha. Ya mungkin dulu memang Rachel pernah berpikir untuk bunuh diri tapi sekarang sudah tidak lagi.

Dan lagi, soal Alex dan Elvano, Rachel sudah tidak begitu mempedulikan mereka, karena semakin di pikirkan rasanya semakin aneh dan membuat kepala Rachel serasa ingin pecah.

Yang dia tahu saat ini hanya? El dan Alex orang yang sama namun berbeda.

"Oh iya, Sha, mulai besok gue mau kerja di tempatnya bang Dika," ucap Rachel.

"WHAT! LO SERIUS SOAL ITU?" gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Tadi saat Rachel berbicara soal bekerja dia piir itu hanya prank.

"Kenapa tiba-tiba lo mau kerja, Chel?" tanya Faesha.

"Kemarin gue sama El, eh salah ralat maksud gue Alex makan di sana, nah ada beberapa orang yang gangguin gue dan setelah itu lo pasti tahu apa yang terjadi," ucap Rachel. "Nah sebagai ganti rugi karena gue sudah ngehancurin rumah makan Bang Dika, dia minta gue buat kerja di tempat dia."

Faesha hanya diam tidak menanggapi apa pun yang diucapkan Rachel. Bukan karena ia tidak setuju, tapi dia hanya ingin mendengar semua cerita yang ada hingga gadis itu memutuskan untuk bekerja.

Bukannya Faesha tidak percaya dengan kemampuan Rachel, tapi Faesha hanya ragu mengingat gadis itu tidak pernah bekerja sebelumnya. Selama ini Rachel hanya membantu Faesha mengurus klub dan mengajar di sana setiap weekend.

"Apa Ardika nyuruh lo buat ganti rugi?" tanya Faesha.

"Nggak, gue yang nggak enak hati sama bang Dika atas apa yang terjadi dan sebagai solusinya dia meminta gue bekerja di sana, tapi gue cuma digaji setengah dari gaji karyawan lain," ucap Rachel.

"Apa lo yakin? Trus ngajar lo, gimana?"

"Bang Dika ngasih izin gue buat tetep ngajar di weekend, dan setelah ngajar gue bisa ke sana buat kerja." Faesha sedikit tenang mendengarnya. Setidaknya Dika memperlakukan Rachel dengan baik dan jika di amati lebih jauh Dika adalah orang yang baik, dan lebih bisa dipercaya dari pada adiknya.

"Lo bisa fokus kerja Chel, biar klub gue yang ngurus, anak-anak juga pasti ngerti," ucap Faesha mencoba memberi pengertian agar sahabatnya itu tidak terlalu lelah. "Sementara lo bisa tinggal di sini Chel, ntar gue kasih kunci cadangannya," lanjut pemuda berlesung pipi itu, yang kini tengah menatap Rachel dalam.

"Thanks ya,Sha, lo sahabat gue yang paling pengertian."

Rachel memeluk Faesha. Gadis itu merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Faesha yang selalu ada di saat ia tengah bahagia dan terpuruk.

Rachel berjanji dia tidak akan pernah melupakan Faesha sampai kapanpun, bahkan jika suatu hari nanti mereka bertengkar dan Faesha pergi meninggalkannya, maka Rachel akan tetap menunggu dan menganggap pemuda berlesung pipi itu sebagai sahabat dan akan meletakkan nama pemuda itu ditempat paling istimewa dihatinya.

"Chel, apa gue boleh tanya?"

"Astaga, Sha, udah kayak siapa aja lo, tanya aja."

Faesha sedikit ragu sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, ia harus menanyakannya. Pemuda itu tidak ingin mati penasaran.

"Siapa yang ngehajar lo waktu itu?" tanya Faesha.

Faesha hanya ingin tahu. Bagaimana mungkin? Rachel yang dijuluki dewi peperangan bisa babak belur.

"Suami baru nyokap gue." Faesha sudah menduga hal itu sebelumnya. Namun ia hanya ingin mematikannya saja.

"Dan nyokap lo cuma diem?" tanya Faesha yang masih sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi dalam kehidupan gadia yang mendapat julukan DevilAngel tersebut.

Diujung penyesalanWhere stories live. Discover now