3

29 11 0
                                    

"Hallo, kok diem?" tanya dokter itu sambil melambaikan tangannya di depan wajah Rachel, membuat gadis itu tersentak dan kembali dari alam lamunannya.

"Ah iya, hai juga." Pasti deh, yakin ini pipi Rachel sudah pasti berubah merah mirip kepiting rebus. Astaga baru kali ini Rachel tergila-gila dengan laki-laki.

"Sudah baikan?"

"Sudah, terimakasih karena sudah menyelamatkan saya dan membawa saya kesini," ucap Rachel. Ia tidak ingin di cap sebagai orang yang tidak tahuterima kasih.

Dokter itu menggeleng, "Bukan saya yang menolong anda tapi dokter Elvano, dia yang membawa anda kemari." Rachel sedikit sedih, kenapa bukan dokter tampan ini yang membawanya kemari? Kenapa harus orang bernama Elvano itu yang membawanya?

"Ah, dimana saya bisa bertemu dengan dokter El, saya ingin mengucapkan terimakasih."

Dokter itu tersenyum dan sialnya senyumnya itu malah membuat Rachel semakin jatuh kedalam pesona seorang dokter? Siapa ya namanya?

"Nama dokter siapa?"

"Saya Alex"

Wah, sepertinya berjodoh. Bukankah nama Rachel juga ada Alexnya, sudah dipastikan dokter tampan itu adalah jodohnya.

Gadis itu tersenyum sendiri, kenapa otaknya begitu lancang hingga mengklaim dokter tampan itu sebagai jodohnya, dasar bodoh. Dan lagi mustahil dokter setampan Alex masih jomblo, ayolah, Rachel, jangan bodoh jadi orang.

"Kalau anda mencari dokter Elvano, temui dia di ruangannya pukul 13.00."

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan terhadap Rachel, dokter itu pergi tanpa memberitahu gadis itu, dimana ia bisa bertemu dengan dokter Elvano.

"Terus gimana caranya gue ketemu dokter Elvano?" gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Mungkin nanti aku bisa bertanya kepada salah satu petugas disini" ucapnya sembari mengambil ponselnya dan mendialnomer sang sahabat, kalau ia tidak bisa datang ke klub tinju.

Rachel

Sha, sorry gue nggak bisa ke klub

Faesha

Kenapa lu? Otw bunuh diri?

Rachel

Iya, gue udah dirumah sakit Harapan Bangsa, otw lompat dari lantai 7

Faesha

Goblok

Tanpa harus diminta, Rachel tahu pasti, jika saat ini pemuda itu tengah bersiap untuk menemuinya dirumah sakit Harapan Bangsa. Kenapa Rachel bisa tahu? Karena bagi Faesha, Rachel itu prioritas utamanya, jadi jangan salah.

Disaat mereka pergi meninggalkan ku

Kaulah satu-satunya yang mau berjuang bersamaku.

Seorang laki-laki bertubuh atletis tengah bersiap menuju kesebuah klub tinju miliknya yang ia dirikan beberapa tahun yang lalu bersama sahabat terbaiknya.

Awalnya klub yang diberi nama FR itu, hanyalah sebuah klub kecil yang tak begitu banyak diminati orang. Namun, karena usahanya dan ditemani oleh sang sahabat yang akhirnya membuat FR klub dikenal banyak orang dan mulai ramai pengunjung.

Dia sangat berterima kasih atas bantuan sahabatnya, karena baginya tanpa bantuan Rachel Alexandra, FR klub tidak akan sebesar dan seramai sekarang.

Pemuda bernama Faesha Nerron Bagaskara, itu hendak mengambil jaketnya. Namun, sebuah notifikasi masuk yang ternyata berasal dari sang sahabat. Gadis itu mengatakan jika ia tidak bisa datang ke klub dan tengah berada di salah satu Rumah sakit swasta di Jakarta.

Diujung penyesalanWhere stories live. Discover now