Aku Sayang Kamu

2.2K 248 58
                                    


"Dalam mendongeng selalu kusindirkan
bahwa aku sangat mencintainya."

- W.S Rendra


Matahari menyambut Winara dengan sinarnya yang lembut. Dengan dirinya yang masih setengah sadar, Wina berjalan menuju kamar mandi tuk membersihkan diri. Kemudian, mengganti baju, mempersiapkan buku, dan sarapan dengan keluarga terlebih dahulu.

"Kamu jadinya milih fisika ya, Nak?"

"Iya, Bu. Mau ikutan jejak ayah."

Ibunya dengan cemberut membalas, "Kenapa gak ikut ibu saja?"

"Kan sudah ada Kak Danu."

"Benar itu, Win. Kita kan gak boleh rakus-rakus." Kata ayahnya dengan tatapan sombong dan tajam melihat sang istri.

"Terus, teman-teman kamu lainnya ikut apa?" Tanya Kak Danu sebelum mengambil segigit roti.

"Yuyun sama Prima ikut Fisika, Nia ikut biologi."

"Lah, ibu kira Yuyun akan masuk sosial."

Wina tertawa kecil dan menjawab, "Ya, tidak diberi izin orang tuanya, takut salah pergaulan."

"Tapi nanti kalau Yuyun tidak mampu bagaimana lho.."

"Iya makanya, Wina juga ikut bingung."

"Ya udah kamu banyak bantu dia saja di sekolah. Sudah cepat makannya, nanti telat."

"Iya, Ibu sayang, cantik jelitaa."



Wina pun bergegas mengambil tasnya, beserta walkman pemberian sepupu kayanya yang tinggal di Jepang.

Dia sangat berhati-hati dengan walkman dan kumpulan kaset yang disimpannya. Dia menyentuh liar kaset-kasetnya, karena bingung harus pilih yang mana untuk menjadi teman dalam perjalanan.

Sampai dia menemukan lagu yang ingin dia dengarkan, yaitu:

Didadaku Ada Kamu - Vina Panduwinata

.

.

.

.

.

.

.

.

Sesampainya di parkiran depan sekolah, ada juga sebuah kendaraan beroda empat yang mengentikan mesinnya. Wina melihat mobil itu dengan heran. Jarang-jarang ada mobil mahal dilihatnya.

Lalu, keluarlah seoarang gadis dengan paras ayunya yang membuat Wina terkesima.


"Makasih sudah antar, Om"

Ucap sang gadis sambil melihat seorang laki-laki dengan kumis tebal di dalam mobil tersebut.

"Memang tugas Om, Neng"

Arin tersenyum dan membalas, "Ya sudah, Arin sekolah dulu ya"

"Iya, nikmati masa SMA mu, Neng"


Dengan ucapan itu, Arin menutup pintu mobil dan menunggu dengan sabar hingga mobil itu sepenuhnya hilang dari pandangan.

Setelah ditinggalkan supirnya, Arin dan Wina tak sengaja bertukar pandang.


Siapa dia?

Mengapa bisa tak sadar dengan gadis secantiknya?


Disaat pikiran Wina mempertanyakan ribuan tanda tanya, Arin hanya menunduk dan memberikannya senyuman hangat.

Dalam DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang