Chapter 21

2.3K 339 61
                                    

Lingkungan tempat tinggal Ohm termasuk daerah yang mencekam. Bukan soal hantu yang penasaran, ini soal preman dan bandit kecil jalanan yang berkeliaran. Jangan heran, lingkungan kumuh dengan penghuni yang lebih banyak tak peduli memang jadi sarang nyaman bagi orang-orang demikian.

Melawan ketakutan yang ikut ambil peran, dengan mencoba abai demi kekasihnya Nanon berjalan menunduk cepat mencari toko-toko terdekat yang menyediakan keperluannya. Obat jadi tujuan pertama, menyusul beberapa printilan untuk mengisi kulkas Ohm yang hampa. Sayur, bumbu, bahkan wajan teflon-pun Nanon beli karena dapur apartment Ohm benar-benar tak ada apa-apa.

Entah sedang beruntung atau memang preman-preman itu kasihan dengan wajah polos Nanon, malam itu Nanon lolos. Tapi satu yang Nanon tak tahu, sebenarnya ia lolos karena seorang preman melihatnya keluar dari kamar Ohm. Dan siapa yang mau cari masalah dengan si biang preman? Tentu saja jawabannya lebih baik mundur. Ohm tak segan mematahkan tangan orang yang bermasalah dengannya ngomong-ngomong.

"Ohm, mau minum obat dulu nggak? Bangun dulu.." dengan suara lembut Nanon mendekat ke arah Ohm yang tertidur tenang. Menyentuh dahinya memastikan.

Masih panas, tapi tidur Ohm sudah jauh lebih tenang. Hembus napas teratur penanda tidurnya benar-benar sampai di titik lelap. Bahkan pertanyaan Nanon tak dijawab apapun.

Setelah dirasa Ohm tak akan bangun, Nanon memutuskan membiarkan. Ia melangkah membereskan belanjaannya di dapur lalu kembali ke sisi Ohm kembali mengecek keadaannya.

Tak berubah, masih tenang. Tapi karena rasa khawatirnya yang kepalang naik ke permukaan Nanon memaksa matanya bangun, menjaga Ohm takut terjadi apa-apa.

Sepanjang malam si manis mengelap keringat di dahi Ohm, di sela kantuk memastikan tidur kekasihnya masih dalam tenang. Demi Ohm lelahnya sendiri lebih memilih dikesampingkan.

"Selalu sepolos ini. Wajah tidur kamu persis anak kecil, Ohm." Gumam Nanon sambil menyapukan jari telunjuknya menyusur sisi pelipis Ohm turun ke rahang.

"Tapi aku tau, wajah polos ini menyimpan banyak masalah. Pasti berat banget buat kamu kan?" Terus menggumam, sebenarnya sambil coba membuat kantuknya sudi dienyahkan.

"Nggak tau seberpengaruh apa rasa cintaku di hidup kamu, tapi inget aku selalu mencintai kamu Ohm. Sangat sangat cinta."







....








Bias sinaran pagi menembus ventilasi yang tanpa penutup kain. Menerjang sisi wajah Nanon, memaksa kelopak beratnya terbuka dan lepas dari lelap yang baru dua jam menyapa.

"Eh, kok??" Gumam Nanon menyadari ia sudah berbaring di ranjang milik Ohm tanpa sang pemilik di sisi.

Bukannya semalam dia cuma duduk di sisinya menjaga Ohm?

Dekorasi dan tata ruang apartment yang benar-benar 'terbuka' membuat Nanon langsung tahu di mana Ohm berada hanya dengan menoleh saja.

"Oh, udah bangun Non?"

Nanon menatap Ohm yang sedang mengeluarkan beberapa sayuran dari kulkasnya. "Kamu kok udah bisa bangun? Emang udah sehat?" Bukannya menjawab ia malah balik bertanya.

"Kan aku bilang semalem, aku cuma butuh tidur doang pasti sembuh. Lihat kan?"

"Terus yang pindahin aku ke tempat tidur?"

"Ya aku-lah. Emang kamu maunya siapa??"

Nanon menunduk lagi. "Bukan gitu maksudnya. Tapi kan....."

Si tampan paham arah bicara Nanon. Jika kemarin mereka bergulat tentang traumanya, mungkin kali ini giliran mereka bergulat tentang trauma Nanon.

ARES (OhmNanon)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें