Antara Raikan dan Toshio

185K 11.3K 438
                                    

Aku menarik nafas panjang dan gugup. Kubenarkan letak pakaian kerjaku lalu kuketuk pintu di hadapanku. Tidak ada sahutan. Aku mendesah lalu membuka sedikit celah pintu itu. Betapa terkejutnya aku melihat Raikan sedang berbincang dengan perempuan yang akan dijodohkan dengannya itu.

"Kenapa kamu nolak perjodohan kita?" tanya Manda dengan nada kesal yang kentara.

"Saya gak suka sama kamu," jawab Rai singkat membuat hatiku sedikit lega.

Aku bisa mendengar geraman suara Manda samar. "Kamu gak tau siapa aku? Kamu pikir kamu oke banget sampai nolak aku?"

Rai mengangkat sebelah alisnya menatap Manda. "Saya rasa urusan kamu sudah selesai di sini. Saya akan segera bicara dengan orangtua saya juga orangtua kamu. Maaf, perjodohan ini tidak dapat dilanjutkan." tutup Rai dengan nada suara dingin.

Kepala Rai mendongak dan tanpa sengaja tatapannya bersirobok denganku. Sebuah senyum mengembang di bibirnya namun seketika senyum itu meredup meskipun tidak hilang sepenuhnya.

"Ngapain kamu di sana, Re? kenapa gak langsung masuk?" tanyanya dengan gerakan kepala memintaku masuk ke dalam ruangannya.

Aku pun melangkah masuk ragu - ragu. Bukannya aku takut menghadapi si gadis centil, sok, dan tukang iri itu. Sejujurnya aku merasa canggung pada Rai karena hubungan kami belakangan ini memang renggang. Tapi tetap saja.... Rai selalu bersikap manis padaku.

"Ngapain kamu ke ruangan Raikan? Kamu tau kan dia udah dijodohin sama aku? Terus itu rok yang kamu pakai..... kurang cocok buat kamu. Aku punya rok itu dan keliatan lebih bagus kalau aku yang pakai, " seloroh Manda sambil memandangku sinis dan jijik.

Aku mengernyit menatap Manda. Hellow? sejak kapan dia jadi fashion police?

"Manda, saya rasa urusan kita sudah cukup hari ini. Kamu bisa keluar sekarang. Ada hal penting mengenai pekerjaan yang ingin saya bicarakan dengan Renata."

Nada suara Rai rendah dan tajam membuat Manda terdiam kesal sambil bangkit hendak melangkah keluar. Tepat sebelum Manda memutar kenop pintu, Rai pun kembali mengutarakan satu hal.

"Satu lagi alasan saya menolak dijodohkan dengan kamu, " ujarnya gantung "kamu membenci salah satu orang yang paling saya sayangi. Kakak sepupu saya."

Aku terpaku di tempatku. Tubuhku seakan membeku darah yang mengalir pun terasa dingin. Rasanya kalimat Rai sungguh menenangkan sekaligus menghentikan aliran darahku. Kalau saja hubungan kami masih seperti beberapa minggu yang lalu, tentu setelah ini aku akan memeluk Rai erat. Tapi aku sadar, posisiku sudah berubah. Justru saat ini... aku berharap Ares ada di dekatku untuk meneguhkan keyakinanku untuk menjaga hatiku dari Rai.

"Ada yang bisa aku bantu, Re?" tanyanya sedikit formal padaku.

Terlalu formal untuk ukuran seseorang yang saling menyayangi selama 22 tahun, seperti kata Toshio.

Aku tersenyum kikuk menatap Rai. "Boleh aku duduk?"

Rai mengangguk mengulurkan tangannya mempersilakanku duduk di kursi tempat Manda beberapa menit yang lalu berada. Perlahan aku berjalan ke arahnya lalu mendudukkan tubuhku di sana. Rai menatapku menunggu. Entah hanya perasaanku atau bukan, tapi aku masih melihat sorot kerinduan di mata Raikan.

Segera kuhapus perasaan - perasaan aneh menggetarkan yang mampu meluluhkan pertahananku.

"Rai, kamu nolak Manda?"

Raikan mendesah sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi lalu beralih pada komputer di hadapannya. "Bukan urusan kamu, Renata. Aku gak punya banyak waktu. Bisa langsung to the point?"

Aku menunduk. Sedikit sakit hati ternyata Rai masih bersikap dingin padaku. Tidak bisakah kami menjadi sepupu sebagaimana mestinya?

"Kamu... kenal sama Toshio?"

The Daddy's ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang