Engagement: Mask on Your Face

198K 12.5K 638
                                    

Aku menatap bayangan diriku di cermin. Mataku sembap setelah menangis berhari - hari, wajahku pun pucat tanpa polesan makeup sedikit pun. Aku mengusap wajahku dengan telapak tangan sambil terus memperingati diriku sendiri untuk tetap tegar.

Aku gak boleh nangis lagi.

Atau besok para tamu undangan akan berkasak - kusuk mengenai mempelai perempuan yang terpaksa bertunangan dengan mempelai lelaki. Besar kemungkinan gosip-nya akan berkembang semakin aneh, seperti Ares suka melakukan KDRT misalnya? atau ternyata salah seorang mempelai belum bisa move on dari mantan pacarnya?

Walaupun agak nyerempet dengan kebenarannya, tapi Rai bukan termasuk kategori "mantan pacar"-ku. Begitupun dengan Cynthia, dia bukan mantan pacar Ares. Statusnya masih tetap istri Ares, hanya mereka terpisah dimensi yang berbeda.

Ah sudahlah, ingat Cynthia dan Ares bikin aku sedih lagi. Jangan sampai aku kabur di acara pertunanganku besok.

Aku terkesiap ketika ponselku berdering nyaring di tengah kesunyian malam. Lebih terkejut lagi ketika tau Ares lah yang menelepon.

"Halo?", sapaku dengan suara serak.

Jantungku berdegup kencang ketika mendengar sapaan Ares dengan suara Bass-nya ayng terdengar berat. "Rena... kamu baik - baik aja?", tanya Ares cemas.

Aku berdeham pelan berusaha memperbaiki suaraku, namun sepertinya gak banyak membantu.

"Kamu habis nangis?", tanya Ares sekali lagi.

"Hm... engga.. itu aku Cuma..."

"Kalau kamu memang ragu, kita bisa tunda pertunangan kita, Rena.."

"Enggak! Bukan gitu, Res.... Aku cuma sedih karena gak ada mommy di hari pertunanganku.."

Ya Tuhan maafin aku karena sering bohongin Ares.. Walaupun itu memang salah satu alasanku, tapi ada hal lain yang memang aku sembunyiin dari Ares. Mana mungkin aku bilang ke calon suamiku sendiri kalau aku menangis karena sakit hati pada Raikan?

"Hm...", Kami berdua pun sama - sama terdiam lantara sibuk dengan pikiran masing - masing. "Kenapa belum tidur?", ucap kami bersamaan.

"Kamu duluan yang jawab.", ujarku.

"Aku... grogi. Walaupun ini bukan yang pertama kali, tapi aku sedikit cemas."

"Cemas kenapa?"

"Cemas kalau kamu kabur di acara pertunangan kita besok."

Aku mendengus kesal ketika mendengar tawa pelan Ares. Aku pun gak ngerti apa dia cuma bercanda dengan omongannya barusan, tapi setelah tawanya berhenti barulah aku tau keseriusannya.

"Kamu gak akan kabur kan, Re?"

"Hm... sebenernya aku gak mau bilang sih.. Tapi berhubung kamu udah nebak duluan ya mau gimana lagi..", ujarku dengan nada pasrah yang dibuat - buat. "Maaf ya Res, aku udah nyiapin jendela buat kabur besok..."

Aku pun diam menunggu respon dari Ares. Tapi lelaki itu justru diam membuatku setengah mati penasaran. "Serius?", tanyanya pada akhirnya.

"Pokoknya kalau besok kamu gak nemuin aku di rumah.. berarti aku....."

"Renata, kalau kamu memang gak bersedia lebih baik kita batalin saja acara pertunangannya..", ujar Ares sambil menahan emosinya.

Tak kuasa tawaku pun pecah seketika membayangkan raut wajah kesal Ares karena candaanku. "Ngapain juga aku bilang ke kamu kalau mau kabur beneran, Res.", ujarku sambil masih tertawa.

"Renata, ini sama sekali gak lucu.", sungut Ares. "Aku benar - benar grogi dan cemas tapi kamu justru masih bisa bercanda..", keluhnya.

"Jangan tegang gitu dong. Santai aja... Aku gak akan kabur kemana - mana. Lagian mana bisa aku kabur kalau daddy udah nyiapin sekuriti di seluruh penjuru rumah?"

The Daddy's ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang