Kutukan

178 22 3
                                    

"Iya, siapa—"

"Aku"

Kakashi terhenyak. Hingga kakinya tak sadar mundur beberapa langkah.

"Puas berselingkuh di sini, anata ?"

.

.

Genma hanya khawatir. Ada kata-kata yang memenuhi otaknya sejak ia berbicara pada Kakashi. Rasa menggebu itu melahirkan belenggu nyata yang diekori titik abu.

Ia tahu janjinya akan rusak suatu saat. Kecemasan akan titik abu membuat tangannya menjadi merah— pekat dengan liquid berbau metal.

Ia tak pernah mengira, titik yang samar memiliki warna.

Dan ia tidak pernah mengira, sang titik abu akan datang menjumpai Obito.

Mati aku!

Rasa kalut yang luar biasa menyeruak ke dalam dada si Uchiha— dua obsidian telah menangkap visual benda tajam dikeluarkan pria bersurai coklat dari saku celana. Pisau lipat yang langsung dibuka sang empunya.

Obito merasa benda itu telah mengetuk pintu kematian di depan matanya sendiri.

Beberapa goresan yang tidak tipis, perlahan, menusuk lebih dalam hingga menyentuh jantung. Obito tidak ingin membayangkan, tapi adegan itu telah berputar tanpa izin di kepalanya.

"Oh... tidak.. Genma, KAU SALAH PAHAM! Tunggu, ASTAGA— TIDAK, TIDAK! INI TIDAK SEPERTI YANG KAU KIRA, GENMA!— Dan... Kakashi—"

Obito membulatkan mata.

"—PAKAIANMU!!!"

Secepat kilat sebuah sandal melayang menampar kening Obito. Kakashi kesal. Ia bahkan belum bicara apa-apa. "Bisakah kau diam ? Aku belum—"

Kini Kakashi yang membulatkan mata. Kata-kata yang ingin diucapkannya luput begitu saja. Oh, sungguh ia berharap ini hanya imajinasinya. Ia tidak pernah menginginkan melihat kejadian ini lagi.

Raut muka datar yang mengiringi sebelah tangan menarik kerah baju sosok individu, manusia, solid— yang kali ini (sialnya) adalah Obito.

Tidak, setidaknya, jangan Obito!

Kakashi tidak paham Genma secepat apa, atau bagaimana. Karena biasanya, Obito akan langsung bereaksi jika wajah yang ia banggakan disakiti secara tidak elit.

Ironi, betapa Kakashi tahu Genma akan sulit ditenangkan sekarang.

Ia tidak bisa bicara banyak untuk menyelamatkan Obito, maupun mengambil tindakan gegabah seperti menarik Genma atau merentangkan tangan di depan sahabatnya. Itu terlalu berbahaya—

"Genma, dengarkan penjelasanku dulu."

"Kau mencoba membelanya ?"

—berbahaya untuk Obito.

Ck. Kakashi tahu ini akan terjadi.

Genggaman pisau lipat di tangan Genma terangkat penuh nafsu. Mengarah kuat-kuat pada bahu kiri manusia di depannya. Ia tidak sabar lagi, sudah cukup ia menahan diri pada Obito sampai detik ini.

Shiranui muda terlalu dipenuhi emosi hingga pikirannya tak ingin menerima kemungkinan apa-apa lagi. Meski Kakashi baru saja meraih pundak Genma untuk membuatnya menatap (yang biasanya selalu ampuh), itu bahkan tidak mempengaruhi apa-apa.

"A-anata, biar kujelaskan.."

Tak ada lagi keraguan di hati Genma. Ia sudah cukup muak melihat kedekatan Kakashi dengan pria yang saat ini hanya mematung ketakutan di genggamannya. Obito tidak bereaksi, atau —katakan saja— tidak bisa. Genma bisa merasakan gemetar tubuh dari kerah baju yang ia tarik.

Wolf ?Where stories live. Discover now