Ia memakan bubur itu dalam diam dan sendirian. Area sekolah mulai sepi karena sudah waktu pelajaran. Hanya kelas Veina, yang cukup dekat dengan tempat duduknya saat ini, yang masih ribut bagaikan pasar. Bahkan suara nyanyian dan genjrengan gitar milik teman sekelasnya itu masih bisa ia dengar sayup-sayup.

Tak lama ia menikmati makanan itu, habislah isinya. Ia membuangnya ke tempat sampah kemudian meneguk air dan tak lupa Paracetamol yang digenggamnya. Ia kemudian berjalan masuk ke kelas. Pas sekali, Azka sedang keluar kelas.

"Lo habis darimana?"

"Makan. Rovi beliin gue bubur. Gak ada guru kan?"

Azka terlihat blank untuk beberapa saat sebelum menjawab, "Belum. Yaudah, ayo masuk."

"Hm."

"Veina!"

Baru saja ingin masuk, atensi Veina beralih lagi kala namanya dipanggil. Ia melihat Clara dan Hani sedang berjalan ke arahnya. Kedua orang itu adalah teman satu grup cheerleadernya. Pas sekali karena yang mendatanginya bukan hanya sekadar anggota, melainkan Clara merupakan ketua cheerleader dan Hani yang menjabat sebagai Bendahara.

"Ya?"

Clara pun berinisiatif menjelaskan duluan, "Pak Vero nyuruh gue untuk beli aksesoris sama properti tampil. Sekalian kalo bisa cari model outfit baru. Jadi gue rencana mau ke mall setelah pulang sekolah. Lo bisa ikut?"

"Lo ngajak gue aja? Yang lain?"

"Selera fashion lo bagus makanya kita ngajak lo. Kita gak mau ngajak banyak-banyak biar gak terlalu banyak perbedaan pendapat. Takutnya yang kita cari malah gak dapat-dapat. Pak Vero udah ngasih syarat buat perlengkapannya," balas Hani yang diangguki Clara.

"Mau ya?"

Veina terlihat berpikir sebentar. Sebelum akhirnya menjawab, "Boleh deh! Berangkat bareng kan?"

Keduanya mengangguk. "Nanti setelah pulang sekolah, lo tunggu di lobi aja. Kita nanti diantar ayah gue," ujar Clara setelahnya. Ketiganya pun sepakat. Veina beserta Clara dan Hani kemudian berpisah ke tempat duduk masing-masing.

°o00o°

"Napa lo nelpon gue?"

Veina sebagai seseorang yang dimaksud orang tersebut, mendelik tak suka. "Kejam banget lo, Bang."

"Gue sibuk. Ngapain lo nelpon gue?"

Bagi kalian yang beranggapan bahwa Veina sedang menelepon kakaknya, maka kalian benar. Sebuah fakta yang baru terungkap, bukan? Veina memiliki seorang kakak laki-laki yang saat ini kuliah di fakultas arsitektur. Alasan mengapa Veina jarang bertemu dengannya adalah karena kakaknya lebih suka menginap di apartemen yang ia beli sendiri. Meski masih satu kota, sang kakak ingin mandiri juga terlepas dari kekangan orang tua.

Back to topic, sang adik menggoyang-goyangkan kakinya di bawah kursi. Ia berdehem panjang membuat sang kakak tak sabar.

"Gak ngomong cepet, gue matiin."

"E-eh iya!" balasnya ragu. "Gue.. Gue boleh nginap di tempat lo, Bang?"

Terdengar keheningan yang panjang di ujung membuat Veina mengecek layar ponselnya berkali-kali. Hanya untuk memastikan apakah orang di ujung sana masih ada atau tidak.

"Kenapa lagi di rumah? Lo sama papa berantem lagi?"

Sang gadis tersenyum miris dan mengangguk meski tidak bisa dilihat oleh sang kakak. "Iya... Gue capek latihan buat persiapan festival olahraga, tapi malah dianggap main-main dan gak fokus belajar haha.."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 02, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[1] SAUDADE: DÉJÀ VUWhere stories live. Discover now