2

245 32 26
                                    

Happy reading

°°°°°

Sekolah sudah sangat sepi, hanya sebagian dari beberapa murid saja yang masih berkeliaran karena bel pulang sudah berbunyi dari berapa menit yang lalu.

Di dalam perpustakaan. Gilang dan Kaila masih belum pulang juga karena Gilang yang harus menjadi guru les untuk Kaila. Orangtua Kaila, terutama sang bunda Kaila yang meminta Gilang untuk mengajar cewek itu belajar.

Kaila memang bukan siswi pintar, apa lagi murid berprestasi seperti Gilang yang sering mengikuti olimpiade mengharukan nama sekolah SMA Laksamana ini.

Kaila menelengkupkan kepalanya di lipatan tangannya di atas meja perpustakaan, kepalanya sudah benar-benar pusing menghadapi berbagai macam rumus-rumus matematika yang sangat rumit untuk dipahaminya.

Kapasitas otaknya tidak seperti Gilang yang cepat sekali memahami pelajaran sekolah, terutama pelajaran matematika. Pelajaran keramat bagi Kaila. "Udah ya, gua nyerah, kepala gua rasanya mau meledak lihat rumus-rumus matematika."

Gilang menghela nafas panjang. Kalau Kaila begini terus nilainya tidak akan ada peningkatan sama sekali, apalagi ujian semester pertama sudah hampir dekat.

"Ayo semangat dong jangan cepat nyerah gitu, tinggal dua soal lagi nih belum dikerjain." ucap Gilang sambil menunjuk beberapa soal matematika yang belum selesai dikerjakan Kaila.

Ada lima soal yang dia berikan pada Kaila. Dan kelima soal itu belum ada satupun yang bisa dimengerti oleh Kaila, bahkan tiga soal lain yang sudah selesai dikerjakan oleh Gilang sendiri. Kaila selalu mengeluh susah saat Gilang menyuruh cewek itu untuk mengerjakan soal-soal diberikannya.

Padahal, soal matematika begitu sangat gampang dikerjakan, bagi Gilang. Dan kalian juga pasti setuju dengan pendapat Gilang, kan?

"Gak! Gak mau gua, besok-besok lagi aja kita lanjut belajarnya, gua udah capek banget, Gilang. Mau tidur, perut gua juga bunyi terus mau makan, lapar..." ngeluh Kaila dengan menatap Gilang di depannya dengan sayu sambil memegangi perutnya yang sedari tadi memang terus berbunyi kelaparan meminta makan.

Gilang menghela nafas panjang, menatap wajah memelas Kaila tunjukkan padanya. "Yaudah besok kita lanjut aja belajarnya." putus Gilang kemudian, merapikan buku-buku di atas meja dan menyimpan kembali kedalam tas miliknya.

Setelahnya, mereka berdua keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju parkiran sekolah, tempat dimana motor milik Gilang terparkir.

"Ini." Gilang menyerahkan helm berwarna pink muda kepada Kaila di belakang tubuhnya yang wajahnya ditekuk lesu tak bertenaga.

"Pakein." Kaila menggelengkan kepalanya saat Gilang menyerahkan helm miliknya, kepalanya dimajukan meminta Gilang saja untuk memakaikannya helm.

Gilang dengan sabar memakaikan helm dikepala Kaila dan kemudian pada dirinya sendiri. "Ayo naik."

Kaila berusaha naik kebelakang jok motor Gilang dengan tidak semangatnya, Gilang yang melihat kelakuan Kaila dari kaca spion motornya hanya menggelengkan kepalanya saja. Dengan rasa kepekaan tingginya dan sabar, dia memegang tangan Kaila, membantu cewek itu menaiki jok motornya yang sedikit tinggi untuk ukuran tubuh Kaila yang terbilang kecil dan pendek.

Kaila melingkarkan tangannya di pinggang Gilang, kepalanya dia sandarkan pada punggung tegap Gilang. Kaila sudah tidak memiliki tenaga lagi sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GILANG Where stories live. Discover now