1#) Nama Familiar

21 15 0
                                    

Enjoy the story! Don't forget to give the votes and comments :)

Terdengar gelak tawa yang menyeruak di tengah gedung yang tidak terlalu luas itu, sepasang mata tertarik ke atas membentuk sebuah sabit ketika melihat para fans yang terus meneriakkan namanya-meskipun ia tahu bahwa untuk kesekian kalinya dalam beberapa tahun belakangan ini, ia sedang tertawa palsu.

Adhitia duduk sambil tetap menjaga ekspresi wajah agar Ronald - manajer yang super bawel itu takkan memarahinya lagi setelah insiden pertengkaran memalukan beberapa hari lalu yang melibatkan dirinya dan seorang produser norak di saluran televisi sebelah akibat terus menerus menjawab pertanyaan wawancara sesuka hatinya.

Meskipun Adhitia terus mengomentari cara bekerja Ronald yang terkesan terlalu serius dan serba lurus tapi ada satu sisi dimana ia bersyukur memiliki Ronald sebagai manajer yang mau menemaninya dalam kondisi apapun.

"Kita kembali lagi di segmen 'Bincang Bintang' bersama dengan seorang musisi hebat, Adhitia Saputra!" ujar pembawa acara. "Wah, tadi kita sudah berbincang sebentar mengenai arti musik bagi Adhitia tapi saya penasaran deh sebenarnya gimana sih rasanya punya banyak fans? Bahkan sempat ada berita kalau Mas Adhitia adalah dambaan semua wanita tahun ini."

Mendadak suara jeritan fans mengeinterupsi keduanya. Adhitia melambaikan tangan sembari tersenyum, pertanyaan itu juga cukup mengganggu Adhitia beberapa tahun belakangan namun akhirnya ia bisa menerima dengan lapang dada jadi sama seperti wawancara-wawancara sebelumnya pikiran dan mulut Adhitia akan langsung menjawab pertanyaan itu secara otomatis.

"Terima kasih atas sambutan meriahnya lagi Mbak Paramitha, dan ngomong-ngomong untuk bagian dambaan semua wanita rasanya Anda terlalu berlebihan. Saya hanyalah seorang pria biasa yang punya banyak kekurangan." jawab Adhitia membuat semua orang di ruangan itu berkoor.

"Ah, seperti seorang Adhitia Saputra yang biasanya penuh kerendahan hati," pembawa acara menahan napas sembari sesekali melirik rundown pertanyaan selanjutnya yang akan ia lontarkan pada salah satu penyabet setia piala AMI secara berturut-turut itu.

Sesungguhnya ia tak habis pikir, mengapa bisa tim kreatif acaranya membuat rundown pertanyaan yang tiba-tiba berhasil menarik ingatannya pada kisah cinta sahabatnya di masa lalu.

Tangan Paramitha mendadak berkeringat, ia benar-benar tidak mau mengungkit kisah itu kembali dan bisa-bisa Adhitia memarahinya habis ini atau paling parah tak ingin menemuinya lagi. Paramitha menarik napas dalam kemudian ia mendengar produser acaranya menyumpah dari earplug sambil terus memaksa dirinya agar segera melanjutkan segmen.

"Baiklah kalau begitu, kita beralih ke pertanyaan selanjutnya saja. Em, Mas Adhitia-"

"Adhitia saja." ralat sang penyanyi.

"Adhitia," ulang pembawa acara, mengalihkan pertanyaan perihal asmara yang akan ia sisakan nanti. "Bagaimana dengan konsermu? Bukankah konser di Singapura dan Malaysia kemarin rasanya sudah cukup untuk mengenal siapa itu Adhitia Saputra?"

"Baik, bahkan berjalan dengan sangat lancar. Awalnya kami merasa sangat gugup, karena untuk pertama kalinya saya, tim manajemen beserta beberapa staf produksi melakukan hal yang menurut kami tidak pernah terbayangkan sekaligus sangat membanggakan untuk itu kami berusaha sangat keras menampilkan yang terbaik."

"Wah, rasanya saya ingin sekali menontonnya." canda Paramitha.

"Kalau begitu saya akan reservasi kursi di konser yang akan datang." balas Adhitia, sejujurnya ia tak terlalu serius menanggapi candaan Paramitha tetapi jika itu yang harus dilakukannya untuk mempertahankan popularitas, apa boleh buat?

Distorsi: Love Can HurtWhere stories live. Discover now