32.

34.4K 3.7K 199
                                    

Ayo comment yang banyak ya^^

SMA Neo kini mengadakan upacara sekaligus penghormatan terakhir untuk ketua osis mereka yang sudah tiada, Lai Guanlin. Guanlin meninggal posisinya masih menjadi ketua osis dan baru akan dilengserkan kemudian harinya. sayangnya, saat yang harusnya membahagiakan dimana mereka berpesta merayakan selesainya masa jabat mereka malah menjadi waktu yang berduka.

Guanlin termasuk orang yang sangat ramah, ketua osis kesayangan anak Neo. Guanlin juga bukan tukang hukum sembarangan atau tukang adu pada guru. setidaknya ia selalu memberikan hukuman yang wajar pada siswa siswa yang melanggar.

Sementara Jaemin dan kawan kawan terdekatnya sedang berada pemakaman Guanlin, mengiringi sang sahabat untuk pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya.

"Abang, lo seneng kan kalo gua panggil abang? Tapi kenapa lo pergi duluan bang.

Nana.. nana pengen manggil abang alin terus, nana pengen denger nyanyian abang lagi sambil gitaran, kita belum pergi bertiga loh bang? Janji nya kemarin habis lengser mau main sama nana sama injun.." isak Jaemin.

"Nana.. nana sayang abang, makasih abang udah jagain nana selama ini."

Beralih ke tiga curut alias Hyunjin felix dan Ryujin. "Lin, kenapa lu cepet banget sih perginya. Katanya mau masuk UI bareng bareng, tapi kenapa lu pergi duluan?" Ucap Felix sedih.

"Lin, lu ngapa pergi duluan sih? Nanti yang bantuin felix nenangin gua siapa? Yang gua curhatin kalo gua berantem sama felix?" Adu hyunjin.

Mereka memang tidak menangis saat ini, tapi mata sembab nya tak dapat membohongi betapa kehilangannya mereka terhadap sosok Guanlin yang selalu menjadi penenang dan paling dewasa diantara yang lain.

"Lin, gua emang paling jarang ketemu sama lu karena gua juga susah buat ngumpul. Tapi gua juga sayang lu lin. Lu sosok kakak bagi kita ber empat. Makasih ya lin sempet nerima gua sebagai sahabat lu." Ucap Ryujin.

Sementara itu ada Renjun yang masih terisak hebat dipelukan Lucas. Kenapa bukan orang tuanya yang meluk? Karena mama doy juga sama histerisnya seperti Renjun. Jadi ayah taeil harus menenangkan istrinya dlu. Maklum Guanlin sudah dianggap sebagai anak sendiri selama belasan tahun.

Disana juga ada orang tua Lucas yang hadir karena kehilangan calon anggota keluarga mereka. Mereka bahkan sudah 85% hampir selesai untuk membuat Guanlin menjadi bagian keluarga Wong.

Langit mulai gelap pertanda akan hujan. Beberapa orang sudah mulai pergi meninggalkan pemakaman. Jeno membujuk Jaemin agar simanis lekas pulang agar tidak kehujanan.

"Pulang ya na? Nanti kalo kamu ke hujanan terus sakit. Guanlin juga gak akan seneng." Ucap Jeno. Jaemin menatap Jeno.

"Emang iya? Nanti abang kesepian disini." Ujar simanis sambil menatap Jeno lekat dengan matanya yang berkaca kaca.

"Iyaa.. Guanlin gak akan suka kalo adek nya sakit. Lagi kan ada mama papa Na disebelah Guanlin." Ya memang makam Guanlin ditempatkan disebelah makam Yuta.

Akhirnya mau tak mau Jaemin mengiyakan perkataan Jeno. Jeno membantu Jaemin bangkit dan memegangi bahunya.

"Cas.." panggil Jeno.

"Duluan aja, gua nunggu Renjun." Jeno mengangguk paham lalu membawa Jaemin pergi.

Tinggalah Lucas dan Renjun dimakam Guanlin. Renjun berjongkok menyamai nisan Guanlin.

"Alin, sayang..." panggil Renjun lirih. Air matanya terus jatuh tanpa isakan.

"Alin.. Kenapa ingkar janji? Kenapa malah ninggalin aku? Kenapa malah titipin aku ke kak Lucas? Katanya kamu gak mau ngalah sama kak Lucas? Kenapa sekarang malah pergi? Hiks.." isak Renjun.

"Alin.. 16 tahun aku hidup sama kamu, kemana mana sama kamu, main sama kamu, belajar sama kamu, nakal juga sama kamu, 16 tahun hidup aku selalu bergantung sama kamu dan sekarang kamu milih pergi ya lin?

Aku gak tau nantinya aku bisa hidup tanpa kamu atau nggak, rasanya alay tapi emang kenyataannya gitu. Aku bahkan lebih sering ngabisin waktu sama kamu dibanding sama ibu ayah, sama Yangyang.. Aku.. Aku selalu sama kamu lin." Isak tangis Renjun meredup kala hujan mulai membasahi bumi. Air matanya kini bercampur dengan derasnya air hujan.

Baik Lucas atau pun Renjun tidak ada yang memaksa untuk pergi berteduh.

"Kenapa nyerah? Kenapa biarin aku diambil kak Lucas?"

"Udah gak capek lagi ya? Udah bisa istirahat. Kamu hebat banget alin selama ini selalu mendem sendiri, kamu selalu senyum didepan aku padahal kamu punya banyak masalah." Renjun menundukkan wajahnya sehingga dahinya menyentuh nisan Guanlin.

Renjun baru tau betapa beratnya hidup Guanlin harus menerima cacian sebagai anak yatim piatu atau benalu karena numpang dikeluarga Renjun. Atau Guanlin yang sering disiksa oleh Sam dan kawan kawannya karena masih tetap mempertahankan hubungannya dengan Renjun. Semua itu tertulis, tertulis dibuku coklat milik Guanlin yang semalam Renjun baca.

"Makasih telah menjadi bagian terindah buat aku ya lin? Makasih udah bikin kisah cinta remaja aku penuh bunga. Makasih udah jadi yang pertama untuk aku.

Aku.. Aku sayang kamu alin.. Aku cinta kamu, sangat." Lucas langsung menarik Renjun kedalam pelukannya. Mereka abai dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup. Lucas mengusap usap punggung Renjun menenangkan si empu.

"Lin, kita bahkan belum resmi jadi keluarga tapi lu milih untuk pergi duluan?" Ucap Lucas lirih.

"Lu minta gua buat jagain Renjun kan? Iya akan gua kabulin. Tapi izinin gua, mama sama papa naro nama lu di kartu keluarga kita ya? Walaupun gak lama tapi lu punya tempat sendiri dikeluarga wong." Tutur Lucas. Tidak ada yang tau bahwa situkang lawak seperti lucas tengah menangis namun tertutup hujan.

"Gua.. izin bawa Renjun pulang ya? Gua takut Renjun sakit. Nanti gua sama Renjun, sama mama papa juga dateng kesini lagi.

Gua pamit lin, semoga lu tenang ya."

Seusai bicara, lucas langsung membawa Renjun ke gendongannya dan membawanya pulang.

Dan kini Guanlin mungkin sedang tersenyum diatas sana karena banyak sekali cinta yang ia dapat.

T B C.

Ours Where stories live. Discover now