03. Demi Kalian

70 9 1
                                    

Sampainya di kamar, Nabil tidak langsung rebahan. Dia malah asyik menatap pantulan dirinya, -dengan kemeja terbuka dan dasi terurai-, di dalam cermin almari. Matanya mengerling bangga sekaligus bahagia ketika melihat otot perut yang mulai terbentuk dan dada bidang yang padat.

Sudah lihat sendiri kan? Meski pendek, tubuh Nabil itu macho! Manly!

Akan tetapi ketika atensinya naik ke kepala, detik itu juga tatapannya berubah datar. Nabil memang menyukai bentuk tubuhnya, namun dia membenci wajahnya.

Mata bulat, hidung mancung, bibir sexy, terpahat sempurna di wajah tegasnya yang agak chubby. Selain itu Nabil juga punya gigi kelinci, satu gingsul di atas gigi taring, juga lesung pipit. Dan semua itu lebih disempurnakan dengan style rambut yang semakin membuatnya terlihat manis menggemaskan.

Ah, harusnya dia bangga memiliki rupa yang begitu memesona. Lagi pula, Nabil masih berumur belasan tahun. Kalau diberi umur panjang, pasti dia masih bisa bertambah tinggi dan wajahnya bisa bervolusi.

Maksudnya menjadi tampan, manly, gagah, dan berani.

"Ck!"

Nabil mendecak kesal. Merasa semua angannya tak akan pernah bisa digapai.

"Buat apa aku punya wajah manly, tapi tetap pendek begini?" gerutunya sambil menanggalkan kemeja beserta celana panjangnya, lalu melempar satu set seragam itu ke dalam keranjang baju kotor di sudut kamar dekat pintu.

"Mungkin aku juga terancam nggak bisa menikah." Ia menarik selembar kaos dan celana denim pendek dari almari, kemudian mengaplikasikan ke tubuhnya tanpa melihat 'warna dan tampilan kaosnya'.

"Perempuan dewasaーah bahkan yang masih seumuran Bella pun mengidam-idamkan laki-laki yang tinggi, good looking, dan beruang. Semantara aku?"

Nabil menunjuk wajahnya, merendahkan diri sendiri. Ini sudah sering terjadi. Makanya Nabil jadi bahan bullyan teman-teman sebaya, warga setempat, dan keluarganya sendiri. Hla wong Nabil merasa dirinya tidak berharga, bagaimana orang lain bisa menghargainya?

"Aku ... sudahlah nggak good looking, bobrok-ing, miskin-ing, pendek-ingー hah! Muyak lah!"

Blugh!

Raga diempaskan ke atas dipan empuk berbalut seprai bergambar karakter anime, Kuroko Tetsuya, si pendek yang piawai memonopoli bola basket.

Abaikan itu!

Sesaat netra itu terpejam rapat dengan tangan kanan di dada sebelah kiri, merasakan jantung yang berdetak normal. Sekali lagi, Nabil bukannya tidak mau bersyukur atas segala nikmat dari Sang Maha Kuasa. Nabil masih bernapas hingga detik ini saja sudah alhamdulillah. Itu berarti,  Allah sangat menyayanginya. Oleh karena itu, Nabil selalu dilindungi dan selamat dari situasi segawat apa pun.

Fyi, saat masih kecil ... Nabil nyaris tewas beberapa kali.

Pertama karena keracunan makanan.

Kedua karena jatuh dari balkon rumah dan berakhir di atas mobil sang ayah dalam keadaan pingsan. Andai Nabil tidak transit dan terguling di atas kanopi bagasi, mungkin dia benar-benar tewas dengan tulang patah dan organ hancur.

Ketiga saat Nabil berusaha menyelamatkan bunda dan adiknya, Bella, dari serangan perampok. Bekas luka yang tak bisa pulih dengan sempurna di tangan kanannya ... itulah bukti dari kegigihan Nabil melawan dua orang dewasa diusianya yang baru menginjak 8 tahun.

[Kalau aku nggak bisa membunuh anak br*ngsek itu di sini... maka aku harus bisa mengeluarkannya beserta ibu dan adiknya dari rumah ini, laluーBOOMM!! Mereka mati dilalap api dalam mobil. Aku tahu Rivaldi memang sudah nggak ada perasaan sama Nanda. Tapi ... dia sangat menyayangi bahkan memanjakan anak pertamanya yang berperilaku aneh. Huh, semoga Rivaldi nggak gila setelah kehilangan putranya yang cantik jelita itu, hahahaha ...!]

My CUTIE BadboyWhere stories live. Discover now