01. Nabil dan Tetangga Julid

136 12 1
                                    

Nabil melempar tatapan maut pamungkasnya pada bapak-bapak yang kini tergelak puas sambil menarik stang gas motor maticnya. Namanya Pak Brewok. Orang-orang memanggilnya seperti itu karena wajahnya yang brewokan. Kalau dilihat dari sudut pandang Nabil, orang brewokan itu sudah pasti berotak mesum. Buktinya Pak Brewok selalu menggoda bundanya, kadang tak segan menepuk p*ntat Nabil sambil tersenyum ala-ala ped*fil.

Itu hanya persepsi Nabil loh, ya! Karena ayahnya Nabil juga brewokan (tipis). Dan ayahnya Nabil ituー Tunggu! Belum saatnya kita membahas ayahnya Nabil.

'Tsk! Dasar bapak-bapak durja akhlakless!' Ia mendengkus sebal.

Dengan terpaksa Nabil turun dari pembatas jembatan, lalu kembali mengayuh sepedanya menuju rumah. Sebenarnya Nabil ingin menikmati angin laut sedikit lebih lama, namun karena ucapan nyeleneh Pak Brewok tadi ... Nabil mendadak jadi pusat perhatian orang yang kebetulan ada di sekitar jembatan beton. Seolah-olah mereka menantikan Nabil melompat ke dalam laut.

Apa-apaan, sih? Kenapa semua orang di kampung selalu mendukung Nabil melakukan percobaan bunuh diri? Kendati hanya candaan, itu sama sekali tidak lucu. Kalau malaikat maut mendengar candaan mereka terus Nabil benar-benar jatuh ke laut bagaimana?

Belum tentu Allah bersedia menurunkan makhluk seperti Nabil Chandraleka ke dunia untuk kedua kali. Ah tapi, seandainya Nabil diizinkan meninggal untuk terlahir kembali dengan fisik yang 'lebih baik', mungkin Nabil tidak akan keberatan didorong malaikat maut ke dalam laut.

Abaikan itu!

By the way, duduk di pembatas jembatan beton memang sudah menjadi kebiasaan Nabil sejak ia pindah ke kampung tersebut. Itu berbahaya dan tidak untuk ditiru terutama bagi orang yang mudah depresi.

Alasan Nabil betah nongkrong di jembatan beton. Selain karena suasana yang tenang, ーkhusus di waktu-waktu tertentuー, dan sejuk meski matahari di atas kepala. Dari spot terbaik jembatan ini, Nabil bisa meniknati keindahan alam yang selalu berhasil meredakan emosi negatifnya.

Saat di siang hari mata Nabil dimanjakan dengan area konservasi hutan mangrove yang hijau, -dan akarnya dijadikan sarang biawak-. Ketika sore tiba langit senja tampak begitu cantik dengan permainan warnanya. Pemandangan di malam hari juga tak kalah indah. Nabil bisa melihat obor kilang minyak yang terus berkobar dan nyaris tak pernah padam.

Sama halnya dengan dendam dan kebencian dalam hati Nabil yang kian membara setiap kali melihat bekas luka di telapak hingga tembus ke punggung tangan kananya.

"Hahh!"

Tanpa sadar Nabil mendesah kasar. Karena tiba-tiba teringat dengan wajah menyebalkan seorang pelakor yang seperti ular pit viper. Cantik sih, tapi sangat licik dan beracun.

'Hahh ... sekarang bukan saatnya mengingat masa lalu!' Nabil mengernyit aneh. 'Apa sih? Kenapa, apa-apa harus dikaitkan dengan masa lalu? Kesannya aku kayak menderita trauma! Ini bukan trauma, tapi dendam!'

Nabil memejamkan mata sesaat, mencoba menenangkan amarah yang tiba-tiba bergejolak dalam dadanya. Kemudian ia mengalihkan pandangan ke sekelilingnya, siapa tahu ada hal yang bisa menyegarkan mata dan meluruskan pikiran ruwetnya, namunー

"Nabil, kalau naik sepeda jangan melamun! Nanti kamu nyebur ke laut!"

ーLagi-lagi Nabil ditegur. Kali ini seorang ibu-ibu berbadan subur, namun tetap terlihat cantik dengan polesan make-up, yang menegurnya.

"Ehehe ..." Nabil hanya cengengesan. Dia tidak ingin menanggapi teguran ibu-ibu bernama, Siska itu dengan kata-kata. Bisa berabe nantinya. Dengan penuh kehati-hatian Nabil mengayuh sepedanya hingga sesuatu menepuk jidatnya.

My CUTIE BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang