09. Nana

44K 4.3K 413
                                    

Hai Readers gweh yang cecans dan cogans, eh? Emang gweh punya readers yang cwk?🤨 Udah deh skip

Enjoy~

"Abang Delick ini apa?"

"Abang kok tidul, ini kan lagi belajal?"

"Abang! Kata kakak kembalnya Nalen, meleka nonton film misekakunoi loh kemalen"

"Abang bangun ih!"

"Abaang~"

Derick menghela napas jengah. Bocah mungil yang duduk di sampingnya sedari tadi tidak berhenti mengoceh, berbicara tentang hal unfaedah. Ia tidak pernah di ganggu sebelumnya, jadi suasana baru ini cukup asing. Dia tidak suka ketenangannya di ganggu, tapi entah kenapa dia tidak bisa marah kepada bocah mungil cadel itu.

"Nana diam!"

"Eungg? Abang Delick panggil Nalen dengan sebutan Nana?"

Derick melipat bibirnya kedalam dan mengalihkan tatapannya tertuju pada guru yang sedang menjelaskan materi pembelajaran di depan. Narengga menatap polos Derick, namun sesekali keningnya mengerut kala melihat Derick yang nampak seperti salah tingkah.

"Sampai di sini ada pertanyaan" Pertanyaan dari guru membuat atensi Narengga kembali tertuju ke depan, tanpa ia sadari Derick menghela napas lega.

"Ohoo~ panggilan yang manis"

Itu suara dari seorang cewek yang duduk di sebelah Narengga, meja mereka hanya berjarak tiga langkah. Narengga menoleh ke samping.

"Kakak bilang apa?"

"Cuek-cuek tapi romantis uhuyy"

Narengga hendak bertanya apa yang dimaksud oleh cewek itu namun tiba-tiba Derick menarik bahunya menghadap kedepan.

"Guru liatin. Diem"

Narengga mengangguk kaku, mengapa ia merasakan atmosfer di kelas tiba-tiba berubah menjadi dingin. Sedangkan cewek yang berbicara tadi seketika diam bak patung, tak berani berkutik saat melihat tatapan tajam dari Derick.

"Rela dapet tatapan tajam demi asupan" Batinnya. Cewek itu bernama Amel.

"Saya ulangi, ada pertanyaan?" Ucap guru itu penuh penekanan.

"NGGAK BUK" Mereka menjawab dengan serempak. Namun pilihan mereka menjawab 'nggak' sepertinya salah, karena saat ini ibu guru killer bernama Arin itu tengah mengecek nama-nama murid yang ada di buku absen.

"Kalau tidak ada yang ingin bertanya. Giliran ibuk yang bertanya"

Mereka semua satu kelas berdecak kesal, terkecuali Derick dan Narengga. Derick memang pintar, mengabaikan kehadiran guru di depan bukan berarti tidak mendengarkan penjelasan dari guru bukan? Sedangkan Narengga enteng dengan memainkan boneka doraemon nya, tanpa mengetahui kini tatapan guru killer itu tertuju padanya.

"Nare--"



kringg~ kringg~


Bel istirahat berbunyi, murid-murid bersorak gembira karena bisa terbebas sejenak dari kertas-kertas putih yang membuat mata sakit. Usai mengucapkan salam, guru keluar dan diikuti oleh murid-murid yang ingin pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka, atau sekedar untuk nongkrong bertemu teman dari berbeda kelas.

Narengga lagi dan lagi berada di dalam kelas berdua bersama Derick, Narengga menoleh ke arah Derick.

"Abang nda ke kantin?"

"Hmm.. gue.. pengen ngomong sesuatu boleh?"

Narengga mengangguk cepat. Derick berdehem singkat lalu menatap lekat kedua iris indah Narengga.

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now