Rasanya goblok banget.
Itu lah yang dipikirkan Rianny begitu ia masuk kuliah. Tidak, tidak. Bukan goblok karena pelajaran atau salah jurusan, ya. Kalau yang itu, sih, Rianny sudah mempersiapkan diri dan dengan penuh rasa syukur mengatakan ia masuk di jurusan yang memang diinginkannya sejak kecil.
Maksud 'kegoblokan' Rianny itu adalah ... kepekaannya. Aneh, deh. Padahal Rianny yakin dirinya itu cukup peka. Namun, kenapa dia tak sadar selama rangkaian OSPEK berlangsung kalau ternyata dirinya itu satu jurusan sama teman masa kecil sekaligus cinta pertamanya.
Rianny merasa goblok banget.
Padahal satu jurusan.
Namun, aneh sekali Rianny baru melihatnya sekarang.
Rianny mengembuskan napas pelan sambil bersandar di dekat pintu masuk gedung fakultas. Niat hati ingin menunggu Jien, teman baiknya dari awal OSPEK. Namun, Jien malah tidak muncul-muncul dan yang muncul malah cowok itu.
Cowok yang sekarang lagi asik ngobrol sama teman-temannya tanpa menoleh ke arah Rianny sama sekali.
Di kelas barusan pun, cowok itu tidak menunjukkan tanda-tanda mau berkenalan dengan Rianny padahal yang lainnya pada saling kenalan.
Kayaknya dia lupa, deh, batin Rianny. Ih, gue juga habis lupa, sih—EH, NGGAK, ANJIR! GUE NGGAK LUPA! CUMA NGGAK SADAR AJA!
Rianny kesal. Ia tidak suka dilupakan. Dirinya ingat banget sama cowok itu. Orang-orang bilang, kan, kalau cinta pertama itu susah dilupakan. Nah, Rianny juga sama. Ia menghabiskan waktu untuk belajar dan mengingat cowok itu. Percaya, deh, Rianny tidak tahu kehidupan remaja normal itu bagaimana karena memang juga susah berteman.
Yang jelas, Rianny melalui masa SMP dan SMA tanpa cowok itu. Masa SMP-SMA Rianny juga dipenuhi kegiatan monoton yang tak menarik. Ia bahkan tak pernah pacaran. Teman cuma segelintir. Jarang banget pergi main.
Tadinya Rianny ingin mengubah kehidupan itu di kuliah ini. Namun, sekarang, dia malah bertemu dengan cowok itu. Hancur sudah semua rencananya.
Sekarang, Rianny cuma mau ngobrol sama dia.
Sayang sekali, dianya sudah tak peduli dengan Rianny.
Cih. Rianny benar-benar jadi kesal.
Alhasil, Rianny mengambil ponsel di saku, dan berbalik masuk ke dalam gedung sambil menekan nomor Jien. Mending Rianny mencari Jien dan menunggunya selesai melakukan entah apa.
Rianny tak sadar, kalau cowok itu diam-diam meliriknya. Namun, yah, namanya harga diri. Ogah banget dia nyamperin. Jadilah, cowok itu cuma berdiri jauh, sambil ngobrol, sambil lihatin.
Begitu Rianny sudah masuk, barulah cowok itu berkata, "Yok, cari makan!"
"Udah?" Salah satu temannya bertanya. "Lo daritadi diajakin makan bilangnya bentar. Nunggu apa, sih?"
"Nunggu lapernya dateng," jawabnya cuek.
"Gue laper! Nutrisi gue semuanya hilang gara-gara kelas barusan! Ayo cabut!"
×××
[Liroo's Note]
Hai. Tahun ini belum cerita baru kan 🫵🏻 Aku sudah membuat tekad untuk satu cerita baru tiap tahun, jadi ini dia!
Ceritanya tentang apa sieeee??? Sesimpel childhood friends to lovers trope. Yang manis manis aja karena cerita terakhir udah seangst itu hehe.
Jujur aja ni cerita udah hampir 3 tahun membusuk di draf. Daripada tidak diupload, kuputuskan untuk upload saja tahun ini karenaaaaa.... why not???
Selamat berkenalan dengan Rianny dan 'cowok itu' alias sobat kecilnya itu. Yang santai santai aja yh. Ini ceritanya lumayan panjang. Selamat menikmati. Enjoy~
YOU ARE READING
Relation-ship
Teen FictionRianny tak pernah menyangka dia akan bertemu lagi dengan sahabat masa kecilnya. Sahabat masa kecil yang juga, ehem, menjabat sebagai cinta pertamanya. Rianny pikir dia akan bisa dekat lagi dengan cowok itu. Mendekati duluan bukan gayanya. Tapi, tern...
