"Pamaksud bocil gue di katain tuyul! Walaupun iye sih mirip"

"HUAAAAAA NALEN DI GOTONG TUYUL TOLONGG!!" Tubuh Naren melayang karena seseorang mengangkat tubuhnya. Ingat ya seseorang, berarti masih orang bukan tuyul.

"Huss baby jangan teriak. Ini daddy"

"NGGAK! TUYULNYA NYAMAL JADI DADDY!! hiks.. nggak adil, kok tuyul bisa nyamal jadi laksasa..."

Erick tersenyum, ia tidak mengetahui kenapa anak-anak dan keponakannya berkumpul sedangkan Narengga berdiri sendirian di satu tempat. Mana muka anaknya kucel.

"Mandi dulu ya"

Narengga menggeleng membuat ingusnya kemana-mana. Kedua iris itu berkaca-kaca dengan bibir mencebik lucu.

"Nalen udah mandi tadi"

"Liat dulu badan baby udah kucel gini. Mandi lagi"

"Issh! Itu salah oyen bukan Nalen! Oyen aja sana mandi, kan bau ikan!!" Narengga berteriak di depan wajah Erick membuat wajah rupawan Erick tersembur oleh percikan-percikan air liur seorang Narengga.

Untung anak.

"Mandi atau besok nggak usah sekolah"

Ancaman itu mampu membuat Narengga diam tak berkutik. Fiat mengambil alih tubuh adiknya dari gendongan Erick. Dia memang senang jika Narengga lebih baik berada di mansion, tapi ia lebih lega lagi jika Narengga sekolah dengan begitu adiknya tidak meminta yang aneh-aneh dan absurd lagi.

"Kenapa Nalen di gendong telus padahal Nalen punya kaki" Narengga mem-poutkan bibir dan malah mendapatkan kecupan dari Fiat.


Plak


Taulah kalian itu suara apa? Geplakan maut dari si kecil. Dia tidak suka jika wajah apalagi bagian bibirnya di kecup. Kumis tipis dari mereka terasa tajam menusuk-nusuk wajahnya. Pengecualian untuk mommy dan mami, boleh bebas mencium wajahnya.

Fiat terkekeh geli.

"Baby harus di gendong. Katanya mau jadi pangeran?"

Narengga menggelengkan kepala, ia menyenderkan kepala di bahu tegap Fiat membuat kemeja hitam yang Fiat pakai kotor terkena tepung.

"Nalen pengen jadi duyung aja"

"Oh ya? Nggak takut nanti di makan sama oren?"

"Oyen kan punya ikan sendili!!"

"Kalau gitu abang aja yang makan kamu"

***

Pagi-pagi sekali Narengga sudah bangun dari tidur nyenyaknya. Sekitar jam 4 dini hari, ia beranjak keluar dari kamar menuju kamar kedua orang tuanya. Dia sudah tak sabar untuk pergi sekolah. Mengapa tidak? Baru pertama kali masuk sekolah ia sudah izin dan besoknya tidak sekolah. Memalukan baginya, satu hari sekolah sudah tak sekolah lagi.

"Mommy!"

"Daddy!"

Narengga mengedor-gedor pintu dengan brutal. Tak ada sahutan dari dalam.

"Huh! Nalen pengen sekolah ishh! Jangan-jangan mommy lupa"

"MOMMY!!!"

Suara gedubrak yang bising terdengar dari dalam kamar mommy. Tak lama kemudian Reina datang dengan penampilan acak-acakan dan wajah bantal.

"Apa? Baby membutuhkan sesuatu? Atau ada yang menganggu baby-Nya mommy hm?"

"Mommy lupa kalau Nalen hali ini sekolah?"

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now