7. Kelakuan Pandji

Start from the beginning
                                    

"Selamat malam juga, Pandji!" Jawabku membalas, walau ku tau dia tak akan mendengar. Setelah itu aku tertidur. Aku merasa, saat itu sangat nyaman sekali tidurnya.

°°°°

Saat pelajaran dimulai, Bu Fatma guru bahasaku, sibuk menjelaskan. Tak lama, ku dengar suara ketukan dari pintu. Bukan hanya aku saja yang menoleh, tapi seisi kelas.

Disana, ada Pandji. Entah apa yang di lakukan oleh anak itu, dia bilang, bahwa aku dipanggil oleh Pak Trisno, Guru BK ku.

Untuk apa Pak Trisno memanggil ku, Pasalnya aku tak melakukan kesalahan dan tak ada urusan penting dengan guru itu. Tapi aku hanya mengikuti perintah Bu Fatma saja, yang menyuruh ku keluar, mengikuti Pandji.

Saat sudah keluar kelas, kini aku tau. Itu hanya kelakuan Pandji saja, yang ingin membawaku kabur dari kelas.

"Aku lupa memberitahu mu." Ucapnya, memulai perkataan dengan sesekali menatapku.

"Apa?"

"Paket itu."

"Iya, kenapa?" Kenapa tidak langsung saja sih, ugh ingin sekali aku memukulnya.

"Kalau kamu kangen padaku, buka salah satu bintang itu. Ada tulisan di setiap bintangnya."

"Oh."

Aku mengangguk, dan tersenyum membalas perkataannya. Ku lihat, wajah Pandji juga berseri. Hal biasa bagiku, setiap dia bertemu denganku, selalu saja berseri.

"Kamu suka aku kan?"

Ku pandang matanya, Aku tak percaya jika, aku berbicara seperti itu kepadanya.

"Iya."

"Kalau begitu, turuti aku." Jedaku sebentar, gugup. "Masuki bajumu, lalu kembali belajar."

"Siap, gerak!" Ucapnya, dengan gaya hormat, seakan dia sedang hormat kepada komandan.

"Oke! Akan saya laksanakan."

"Untuk calon pacar!" Lanjutnya.

Aku melihat dia membenarkan bajunya depan ku. Serius? harus disini? Aku mengedarkan mataku ke arah lain, berharap tak melihatnya.

Pandji hanya santai, namun aku yang sangat gugup. Hei, lagian siapa suruh membenarkan baju depan perempuan.

"Sudah." Ujarnya, menatapku dengan senyuman dan tatapan polos. Ah lucu sekali.

"Iya. Masuk ke kelas sana!" Titah ku, menyuruhnya untuk kembali mengikuti pelajaran.

"Ayo, ku antar kamu sampai kelas." Dia menggenggam jari jemariku, dan mengajak ku pergi kembali mengarah kelas.

Aku menahan senyum, ini pertama kalinya aku bersentuh fisik dengan lelaki lain, tanpa ikatan saudara.

Kemudian, sudah sampai kelas saja. Dia mengacak rambutku, tapi sebelum ku kesal, dia sudah membenarkannya kembali.

"Aku ke kelas ya, kamu belajar."

"Iya." Jawabku.

"Belajar apa?"

"Bahasa."

"Aku tau."

"Lalu kenapa tanya?" Aku jawab dengan raut kesal, kenapa sih dengan orang ini!

"Belajar, jadi istri ku Lita." Ucapnya, seperti tak ada rasa malu saat mengatakan itu. Apa dia tak pernah merasakan salah tingkah, pikirku.

Aku hanya melepas genggaman sebelah kirinya dan memukul lengan Pandji pelan. Aku mendorong dia untuk segera pergi dan ikut pelajaran. Aku tak mau dia membolos.

Ku lihat, Pandji tertawa. Dia berjalan sambil memandangiku, yang artinya menghadap belakang jika dari depan.

Dia mengangkat tangannya, untuk mengucapkan sampai jumpa. Aku hanya membalas lambaian yang dia berikan, lalu masuk ke kelas.

Rasanya sangat indah, pelajaran-pelajaran yang membuat kepala ku bisa menjadi asap, kini hanya seperti angin laut yang sejuk bagiku.

Kelakuan Pandji, yang selalu membuatku ingin tersenyum, tertawa, dan bahagia itu sangat nyaman.

Sepertinya, Aku sudah menerima sang penyurat, anggota geng motor dan anak nakal itu memasuki dunia ku, kehidupan ku.

Makasih Pandji.

°°°°

HAI SEMUA! GIMANA DENGAN CHAPTER KALI INI?

AKU HARAP, BISA MENEMANI KEBOSANAN KALIAN YA. SEMANGATI AKU DENGAN VOTE DAN KOMEN KALIAN SUDAH CUKUP, SELAMAT MALAM ❗

HUGLOVE [on going] Where stories live. Discover now