Chapter 9

171 34 6
                                    

Seperti yang diramalkan oleh Leonel. Seminggu lalu, Asia diangkat sebagai Saintees oleh para pemuka suci di tempat peribadatan secara resmi.

Kaisar dan Permaisuri turut hadir melihat momen tersebut dan untuk pertama kalinya, Asia melihat pemimpin Kekaisaran Yuvrae. Padahal, sejak tinggal di Istana. Ia tidak pernah bertemu dengan mereka.

Keluarga Kerajaan Yuvrae cukup tertutup untuk hadir di publik kalau bukan hari-hari besar saja. Karena kehidupan Asia akan didedikasikan demi Kekaisaran, dia tidak lagi tinggal di legium bersama Monica. Asia telah diberi sebuah tempat tinggal khusus di dekat kuil.

Monica juga jarang berada di Yuvrae. Sejak Asia berusia 15 tahun, Monica mulai sibuk melakukan perjalanan jauh dan ikut ekspedisi bersama Putra Mahkota Iberian.

"Nona Saintees. Hari ini ada yang ingin bertemu dengan Anda." Seorang pria berambut hijau dengan telinga cukup runcing, menghampiri Asia di ruang baca dengan wajah khawatir.

"Siapa, Jaz?" tanya Asia seraya menutup buku.

"Itu." Jaz agak ragu mengatakannya. "Dia Baron Piroxicam."

Asia terdiam tanpa ekspresi. Setelah sekian lama, ia berusaha menghindari pertemuan dengan keluarga Baron. Anak berambut lilac di Kekaisaran bukanlah hanya Asia seorang. Tidak mungkin, bagi Baron mengetahui bahwa ia telah menjadi Saintnees.

"Nona Sia?" Jaz memanggil dengan rasa bersalah. "Apa kutolak saja permintaan mereka? Wajah Anda terlihat pucat."

Asia masih belum memberikan respon. Dadanya terasa sesak. Apa baik baginya bertemu Baron? Tetapi jika itu berkaitan dengan pekerjaan Saintees, dia tidak mungkin menolaknya. Kebencian itu mulai mekar dari lubuk hati Asia. Bagaimana pun juga, dia harus menghadapinya.

Baron Piroxicam gelisah. Ia khawatir jika Saintees menolak untuk bertemu. Tak lama kemudian, Asia datang dengan jubah putih kebesaran Saintees yang menetupi seluruh wajahnya. Jazz sebagai asistennya, turut mendampingi.

"Nona Saintees." Baron Piroxicam membungkuk hormat. Asia menduga, sepertinya, Baron tidak mengetahui identitasnya.

"Katakan," ucap Asia dingin. Dia tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan sang Baron. Emosinya akan susah dikendalikan. Pria itu terlihat bertambah tua.

"Saya ingin bertanya. Apakah Saintees bisa menolong saya mencari Putri saya yang telah lama menghilang."

Tangan Asia terkepal kuat.

"Anda pasti telah mendengar rumor buruk tentang saya. Tetapi kebenarannya, Putri Sulung keluarga Baron menghilang karena suatu insiden. Saya pikir dengan kekuatan sihir yang ia miliki. Dia pasti akan berhubungan dengan orang-orang berkemampuan sama seperti dirinya. Untuk itu, jika Nona Saintees---"

"Nona Sia!"

Para penyihir magang dari luar rumah peribadatan berlarian masuk dengan panik. Di belakang mereka, tampak seorang wanita bergaun kuning mewah berjalan masuk tergesa-gesa. Penampilan dan kehadirannya terasa tidak biasa. Di belakangnya, beberapa wanita yang terlihat seperti dayang mengikuti dengan gelisah.

"Yang Mulia Ashanty." Asia berujar penuh hormat. Semua yang ada di sana, turut memberikan penghormatan.

Putri Kekaisaran itu memberikan titah untuk membiarkannya sendiri bersama Saintees. Jaz dan yang lainnya segera tahu diri. Baron yang terlihat enggan meninggalkan ruang pertemuan, diseret paksa oleh Jaz.

"Yang Mulia Putri," seru Asia. "Sungguh sebuah kehormatan bagi saya bahwa Yang Mulia hadir di sini."

"Aku akan langsung saja," tukas Ashanty. "Kau kutunjuk untuk pergi ke medan pertempuran sebagai Saintess pasukan Kekaisaran. Kau harus pergi hari ini juga!"

Alis Asia bertaut bingung.

"Yang Mulia, mengapa saya? Sir Armin adalah Kepala Penyihir bagian medis yang cukup terampil. Dia adalah seorang Cardinal. Tentu kemampuannya jauh lebih baik dari saya."

Asia punya firasat buruk mungkinkah perluasan wilayah kekaisaran yang dipimpin oleh Pangeran Mahkota mendapatkan masalah. Tetapi itu mustahil, Kesatria yang pergi adalah mereka yang terlatih dan terbaik. Lagipula, Armin ditugaskan untuk menemani pertempuran tersebut.

"Ini rahasia! Kakakku sekarat di sana. Armin bilang, kau mungkin bisa membantu. Bukankah waktu umurmu 12 tahun. Kau menemukan pengobatan tentang skorbut? Jika dia kenapa-kenapa, ayahku akan menjodohkanku dengan penguasa di benua lain. Aku tidak mau!"

Asia berusaha menyimak. Jadi, Tuan Putri ini tidak mau kesusahan jika Kakaknya kalah perang. Lagipula, pernikahan politik selalu dilakukan para bangsawan untuk memperluas wilayah kekuasaan. Tidak ada salahnya juga, jika dia tidak menyukai adat perjodohan.

"Baik, Yang Mulia. Tetapi jika boleh tahu. Apa yang dihadapi Pangeran Mahkota?"

"Sebuah pulau di lepas wilayah utara Yuvrae. Itu adalah pulau monster. Kekaisaran ingin menguasai tempat itu. Tetapi, Kekaisaran Euronoth juga menginginkan hal itu, daratan itu dipercaya memiliki makhluk mitologi yang tersembunyi.  Aku tidak mengerti, mengapa orang-orang ingin berburu makhluk seperti itu."

Ashanty bahkan tidak mampu membayangkan tempat itu. Dia merasa ngeri, bagaimana pun ceritanya. Yang terpenting Pangeran Mahkota harus pulang dengan selamat.

"Kau bisa berangkat sekarang? Aku sudah menyiapkan kereta kuda, kusir dan pelayan."

"Terima kasih, Yang Mulia." Asia berujar sopan. "Jika Yang Mulia tidak keberatan, saya ingin diberi seekor kuda hitam saja. Bersama dengan peta menuju lokasi yang dimaksud."

"Kau yakin? Tempat itu sangat jauh. Banyak monster dan bandit di sana. Kau mungkin saja akan celaka sebelum tiba. Tenang saja,  ada pasukan yang akan mengawalmu."

Asia kembali menggeleng.

"Terlalu banyak memakan korban jika  semakin banyak yang pergi. Saya akan ke sana dengan Jaz asisten saya. Saya berjanji pada Yang Mulia, bahwa saya akan selamat demi melindungi Putra Mahkota."

Ashanty agak ragu dengan keputusan Asia. Tetapi, jika itu memang pilihannya. Dia akan percaya.

"Baiklah. Kirim surat jika kau sudah sampai di sana."

.
.
.

"Jazz, apa kau bisa membuka portal sampai pulau kematian?" tanya Asia pada Jaz. Pria berdarah Elf itu menggeleng pelan.

"Aku tidak bisa membuka portal ke tempat yang belum pernah kukunjungi. Tetapi, jika nona Sia ingin segera sampai di sana. Aku bisa melakukan sesuatu," jelas Jaz sambil mengumpulkan semua keperluan yang akan mereka bawa.

Asia dan Jaz berada di sebuah kamar tamu. Kepala kuil telah memberikan izin pada Asia dan Jaz untuk pergi. Sebenarnya, kepergian Asia ditentang oleh para pemuka agama. Di Yuvrae, hanya Asia saja yang baru diakui sebagai Saintees. Ini tentu memberikan ketidaknyamanan dalam melayani Kekaisaran.

Jaz membuka sebuah gulungan perkamen di atas lantai. Ia membacakan beberapa mantra suci milik nenek moyang ras mereka. Mendadak, muncul lingkaran sihir berwarna hijau lengkap dengan runne yang bergerak melingkar mengikuti arah jarum jam.

"Kita akan ke kota Tokinawa. Itu wilayah terdekat untuk menuju pulau kematian," ungkap Jazz setelah melakukan ritual sucinya.

Asia pun mengganguk takzim.

"Baiklah, kita bisa menyewa perahu mulai dari sana nanti malam."

Asia pun melangkah ke dalam lingkaran. Jaz kembali menutup mata dengan meramalkan beberapa mantra. Sekonyong-konyong, keduanya pun lenyap ke dalam udara.

___///_/____///____
Tbc

Asiana (End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon