Chapter 3

228 41 0
                                    

Asia kebingungan. Seharusnya dia bisa mengingat jalan. Tetapi karena hari telah gelap. Ia tidak dapat membedakan apapun. Semua bangunan tampak sama.

Bunyi kuk,kuk,kuk dari burung hantu membuat nyali Asia menciut. Dia takut berjumpa hantu. Yang seharusnya dikhawatirkan adalah dia bertemu orang jahat.

Mau bagaimana lagi. Dia Suli yang sekarang jadi Asia. Dia memandang kehidupan barunya seperti sebuah arena roleplay.

"Sebaiknya aku harus cari jalan pulang sebelum pagi. Baron bisa mencekik ku kalau tahu aku kabur."

Asia melirik ke kanan dan ke kiri jalanan. Dia juga merasa menyesal kabur tanpa membawa mantel dingin. Angin malam sangat tidak baik bagi kesehatan.

Tubuh Asia tidak mampu lagi mencari jalan pulang. Karena takut ketemu orang lain di jalan. Asia yang kelelahan dan mengantuk memilih tertidur dan meringkuk di dalam sebuah kardus di dalam lorong sempit. Toh, dia yakin. Jika dia mati, ia hanya akan kembali ke dunia aslinya.

.
.
.

Sekali lagi, kegemparan terjadi di rumah Baron Piroxicam. Para dayang melapor kalau Asia tidak berada di dalam kamar saat hendak dibangunkan.

Semua orang diperintahkan mencari Asia ke seluruh penjuru rumah. Tetapi percuma, Asia tidak ditemukan.

"Dia pasti kabur!" Baronees memberitahu suaminya. "Anak itu dari kemarin aneh sekali. Dia seperti kerasukan sesuatu. Suamiku, kau harus segera melapor pada petugas keamanan."

Mirabella dan Isabella mengintip dari luar pintu. Keduanya juga penasaran, mengapa Asia bisa kabur. Mungkin saja, dia tidak sanggup dihukum oleh Baron.

"Dia pasti akan kembali, Safa. Aku yakin itu. Dia tidak punya kenalan di luar rumah."

Baronees tampak tidak terima. Jika Asia kabur, dia tidak bisa menikmati sebuah kemewahan di masa depan.

"Bagaimana jika dia diculik saat kabur?" Baronees kembali bertanya. "Kau akan tinggal diam saja? Dia aset kekuasaan kita, Piro. Aku berusaha mencari guru sihir yang baru. Saat ini, semua pengajar cukup sibuk. Sir Ethan menawarkan diri. Namun dia malah meminta dua kali lipat untuk pembayarannya."

Baronees mengipas wajahnya dengan gelisah. Ini pertama kalinya Asia berani memberontak. Jika dibiarkan, mereka akan rugi.

"Jika kau tidak mau bertindak. Aku saja yang akan bertindak."

Baronees mengancam. Pria itu masih belum bisa memberikan keputusan. Tiga tahun lagi, adalah seleksi prajurit sihir. Jika Asia memilih meninggalkan gelar Baron....

"Istriku." Baron mendadak bangkit dari kursinya. "Aku akan mencarinya."

.
.
.

Asia merasa cahaya matahari membakar tubuhnya. Dia tidak mampu bergerak. Hanya matanya yang bergerak liar. Dia sadar, keberadaannya masih di tempat yang sama dengan semalam.

Tidak ada adegan penyelamatan tokoh utama tiba-tiba. Asia merasa dirinya terkena demam. Mana-nya terkuras banyak. Kurang makan artinya kurang energi dan itu berbanding lurus dengan kemampuan sihir.

Tangisan sendu mengalun di dalam gang. Di jalan utama. Toko-toko dan restoran telah dibuka. Keramaian mulai tercipta. Tidak akan seorang pun yang mendengar tangisnya.

Tetapi, tokoh utama wanita tidak mungkin mati begitu saja. Cerita akan selesai dalam tiga bab lebih awal.

Cahaya matahari mendadak lebih menyilaukan. Asia memejamkan mata, sedikit lagi dia akan mati. Tetapi jika begini saja, rasanya sia-sia.

Asia mencoba bangun. Oke, kepalanya tidak terasa pusing. Hanya saja dia merasa sangat lelah dan menggigil.

Dipaksanya lagi untuk berjalan. Tubuhnya gemetar, Asia rasa ini bukan bagian cerita di mana seorang pangeran berkuda putih akan menolongnya tiba.

Asiana (End)Where stories live. Discover now