‹ - 𖥨¡! ~ 3.

28 2 2
                                    

𓅓

Gabriel ketawa melihat wanita cantik yang di depan nya memerah.

"Apakah kamu menyukainya?.. Wanita cantik?" Gabriel berkata dengan suara dalam dan halus nya.

"T-tidak! mana mungkin!" muka Regina makin memerah, saat ia ingin ngelepas tangannya yang sedang terikat ama Gabriel. tetapi, Regina sepertinya tidak bisa memisahkan nya karena kekuatan yang dimiliki Gabriel.

Regina pun kesusahan, "Hm? kenapa mau dilepaskan?" Gabriel berkata sambil maju lebih dekat lagi. sekarang hampir tidak ada jarak antara mereka.

Regina pun pingsan karena terlalu malu, "H-HEH! REGINA!? KAMU GPP?" Stev tertawa hingga cepat-cepat pergi ke arah regina untuk membantunya.

"Walters! tolong bawa dia ke kamar aku-" Stev berkata tetapi dipotong.

"Ke kamar aku saja, Walters." pangeran berkata dengan suara yang kalem dan aura yang mengancam.

Stev hanya ketawa dengan berapa posesif nya Gabriel atas Regina.

"Nama dia regina, bukan?" Gabriel bertanya kepada Stev, "Iya kak, betul. Dia sangat cantik, bukan? " Stev bertanya walaupun ia sudah tau apa yang bakal dia ngomong.

"Iya, dia wanita paling cantik yang pernah aku temui." ucap Gabriel dengan sebuah senyum.

Gabriel pun menengok ke luar jendela untuk melihat pemandangan, "Kak, aku pergi ke kamar kamu dulu ya. Saya ingin melihat Regina" Stev berkata dengan pergi ke pintu yang luar biasa besarnya.

"Iya, silahkan. beritahu saya jika ia sudah bangun." ucap Gabriel, "Baik kak, tidak usah terlalu khawatir. Saya tidak akan melakukan apapun ke wanita mu." ucap Stev dengan nada sarkas nya, ia pun meninggalkan ruangan dan memutar kembali mata nya.

"H-HEH STEV!" Gabriel memerah dikit dan kelihatan sekali dari apa yang Stev barusan ngomong.

'Wanita ku, ya?..' gabriel ucap sambil menutup mulutnya, "TIDAK MUNGKIN, SAYA CINTA DIA?" Gabriel berteriak sedikit kencang sambil berdiri.

'Ga mungkin..kan?' Gabriel duduk lagi dengan merenung di depan jendela ruang tamu nya.

˖* ℘


Regina terbangun dengan muka merah dia yang masi kelihatan, ia masih keingat - ingat terus dan tidak bisa lupa atas apa yang gabriel lakukan kepada dia. tiba-tiba muncul suara vin, "Regina, aku suruh kamu membunuh dia bukan? kenapa kamu malah dekat bersama dia?." ucap Vin dengan suara yang mengancam.

"T-tidak vin, mana mungkin saya membunuh mereka? lihat saja keluarga mereka, mereka sangat mesra dan harmonis." regina berkata dengan suara halus dan takut.

Vin sudah tahu bahwa ini akan terjadi, "Regina, engkau tahu mengapa saya menyuruh mu membunuh gabriel?" vin bertanya dengan suara yang menakutkan regina.

"Tidak.. saya bahkan tidak mengerti mengapa engkau menyuruh saya membunuh Gabriel. Mereka baik-baik saja, apa maksud mu bahaya?" Regina mengkesal dan bertanya kepada vin.

"tch, 'baik-baik' saja? gabriel membunuh anak saya. anak saya salah apa, dia tidak melakukan apa-apa kepada gabriel. kenapa ia harus di bunuh?" vin bertanya.

"membunuh?..apakah kamu tidak cari tahu kenapa ia membunuh anak mu?! kamu menyuruh saya membunuh orang dengan tiba-tiba tanpa mengasitahu saya apa dan kenapa saya harus membunuh dia." regina makin kesal

vin diam dan seketika hilang dari otaknya regina.

"akhirnya.." regina berkata dengan suara lega.

"HALLO REGINAA!!" stev teriak sambil lari ke arah regina dan lompat ke tempat tidur si gabriel dimana regina lagi bersantai.

"ACK! SAKIT STEV" ucap regina dengan membuat suara 'ow' dan ketawa.

stev pun ikut tertawa, "oiya apakah kamu menyukai kakak ku?" stev bertanya dengan sebuah senyum.

"a-apa maksud mu?! mana mungkin.." regina makin merah dan menutup muka.

"HEI! MASIH KELIHATAN DARI TELINGA MU! kamu memerah ya?? berarti benar, kamu suka ama kakak ku." stev meledek-ledek si regina

regina hanya bersenyum sambil menutup seluruh mukanya.

[to be continued]

the faraway dimension & love || Gabriel Prince.Where stories live. Discover now