6. Warung Mang Juki

Start from the beginning
                                    

Setelah itu dia pergi, tapi sebelum pergi, dia sempat berbicara dengan Damar.

"Mar!" Panggilnya kepada Damar, dengan sedikit berbisik, tapi aku masih mendengarnya. Kurasa bukan hanya aku.

"Lo tau gak?"

"Tau apa?" Damar balik nanya, dengan raut wajah yang ku lihat seperti bingung.

"Lita milik gua." Jawab Pandji, kali ini dia tidak berbisik, hanya berbicara dengan suara biasa.

Aku kaget! Beneran, Serius. Aku beneran kaget, ku kira dia hanya ingin menyapa Damar. Apa yang dia lakukan berucap seperti itu di depan teman-temanku.

Damar hanya tersenyum kikuk dan memandangku sekilas, yang ku lihat dimatanya seperti menandakan bahwa Damar merasa risih dengan ucapan Pandji.

"Tapi dia nya gamau." Ucap Pandji.

"Kenapa begitu?" Tanya Damar, sambil menoleh kepada Pandji sekilas, lalu kembali memakan gorengannya.

"Tunggu kabar aja, dari gua." Pandji menepuk pundak Damar.

Damar hanya mengangguk kecil, biar ku tebak, dia pasti sedang sakit hati. Aku hanya menebaknya, karena yang ku tau, bahwa Damar menyukaiku. Yaya yang bilang. Aku hanya merespon dengan tawaan kecil ucapan Yaya saat itu.

Setelah itu Pandji pergi, sambil tersenyum kepadaku.

Aku hanya menatapnya dengan muka yang memerah. Bukan karena menyukainya, hanya saja, aku malu dengan ucapannya yang terlalu blak-blakan di depan temanku.

Aku rasanya ingin menggebrak meja, dan mencekik Pandji dengan berkata;

"Hei! Memangnya aku barang yang bisa kamu miliki!"

Tapi aku hanya diam menatap punggungnya, kemudian, dia menghilang dari belakang tembok.

Para temanku serempak memandangku, dengan senyum-senyum seakan menggodaku. Namun, Damar hanya menatapku dengan tatapan yang sulit ku mengerti.

Sekarang, aku yakin ucapan Yaya benar. Bahwa Damar menyukaiku. terbukti, ketika malam pasti Damar akan menelepon, katanya hanya menanyakan tugas apa saja besok. Padahal aku tau itu hanya alibinya untuk menelpon ku, Damar kan termasuk kutu buku, mana mungkin lupa.

Kenapa juga harus telepon, kan bisa kirim chat saja, atau melihat grup kelas, karena sekretaris selalu mengingatkan tugas-tugas sekolah, besok hari.

Tapi ku akui Damar itu cukup tampan, dia juga sepertinya bisa menghargai wanita. Banyak juga yang suka dengannya, Damar itu jago matematika dan bernyanyi. Suaranya sangat lembut memasuki telinga.

Tapi dia tidak bisa seperti Pandji yang dengan pedenya berucap sesuai kemauan.

°°°°

Saat usai istirahat, kami masuk kelas, untuk mengikuti pelajaran ke 3 setelah istirahat.

Coba tebak, dimana Pandji? Dia masuk ke kelas ku. Tidak sendirian, dia bersama Roni, Temannya. Roni itu pacar Heni. Lebih tepatnya, hubungan tanpa status.

Kok bisa ya Heni tahan dengan HTS? Heran.

Aku juga heran, kenapa Pandji ikut ke kelasku. Ku pikir hanya menemani Roni, untuk menemui pacarnya.

HUGLOVE [on going] Where stories live. Discover now