Chapter 02

1.2K 160 54
                                    

"Wah, speechless gue. Jaman udah serba canggih gini, masih ada ya yang ginian?"

"Ada tuh buktinya. Nyokap gue," balas Rere lalu menyedot es kopi espresonya perlahan. Saat ini, dia bersama dengan seorang wanita cantik di salah satu kafe di area perkantoran. Namanya Tiara Adisty Lituhayu atau yang akrab disapa dengan Rara. Penampilannya begitu stylish dan mencolok dengan rambut pendek lurusnya yang dicat merah. Perawakannya tinggi dan langsing dengan proporsi tubuh yang pas. Sekilas melihat saja, orang-orang pasti akan menebak bahwa Rara adalah seorang model.

Ya, tebakan mereka memang benar, bahkan Rara merupakan salah satu yang terbaik. Reputasinya sangat bagus sehingga mengantarkannya menjadi salah satu model papan atas di Indonesia. Selain membawakan busana para desainer terkenal di atas catwalk, dia juga membintangi sejumlah iklan komersial dan video musik. Dia bahkan menjadi brand ambassador beberapa merek tas, perhiasan dan make up dari daratan Eropa. Belakangan ini, dia mulai melebarkan sayapnya ke dunia film. Bisa dibilang, dia sedang berada dalam masa keemasannya di usianya yang terbilang masih sangat muda.

"Terus, respon lo gimana?" tanya Rara.

"Jelas gue tolak dong. Gila aja kalau gue sampai manut gitu aja," jawab Rere tanpa ragu. "Tapi, Mama tetap ngotot meski gue udah jelasin alasannya panjang kali lebar. Nggak ngerti lagi gue," imbuhnya lalu mendesah agak berlebihan.

"Mungkin Mama Yuli punya alasan lain?" celetuk Rara. "Misalnya aja, karena beliau punya hutang yang gede banget ke orang itu. Karena udah jatuh tempo dan Mama Yuli nggak sanggup bayar, akhirnya lo deh yang ditawarin sebagai gantinya."

Spontan Rere mendengus dan tertawa. "Nggaklah. Seabsurd apapun tindakan Mama, nggak mungkinlah beliau sampai setega itu ngejual gue. Lagian, semua hutang Mama udah lunas dari sebelum kita lulus SMA. Ada-ada aja lo," ucapnya dengan alis terangkat heran.

"Ya siapa tahu, kan?" Rara mengangkat bahu. "Mama Yuli sendiri kan nggak nyebutin dengan jelas siapa orangnya. Bisa jadi om-om duda kaya raya, atau bisa jadi aki-aki bau tanah yang asetnya ada di mana-mana. Kan enak lo bakal jadi holang kaya instan. Aw ... sugar daddy," candanya dengan suara yang sengaja dibuat imut lalu mengedipkan mata kanannya dengan centil.

"Sialan. Lo aja sono yang kawinin tuh aki-aki," umpat Rere kesal sambil melempar bola tisu hingga mengenai dahi Rara yang rata dan mulus. Rara pun tertawa lebar dibuatnya.

"Tenang, masalah beginian nggak perlu dibikin ribet. Lo diminta buat ketemuan sama dia, kan? Yaudah, lo ketemu aja. Tegasin ke dia bahwa lo menolak perjodohan ini. Kalau lo pengen yang ekstrim, lakuin aja semua kekonyolan di hadapannya dia. Dijamin dia bakal illfeel dan akhirnya dia sendiri yang batalin perjodohan. Simple, kan?" ujar Rara santai lalu menyedot es kopi kapucinonya lumayan banyak.

Rere memutar bola matanya malas. "Simple sih simple, tapi imej gue yang jadi korban. Emang nggak ada cara lain yang lebih elegan, apa?"

"Cara yang lebih elegan ya, hm ..." Rara berpikir selama beberapa menit. Sebuah ide yang menurutnya brilian pun terlintas di dalam otaknya. "Gimana kalau lo bawa pacar aja ke rumah?"

Alis Rere terangkat. "Pacar?"

"Yoi." Rara mengangguk. "Menurut gue, lo dijodoh-jodohin karena lo nggak pernah kelihatan tertarik dengan lawan jenis. Orang tua manapun pasti khawatir, apalagi lo anak perempuan satu-satunya. Nggak heran kalau Mama Yuli sampai kepikiran yang macem-macem. Jadi, hal pertama yang harus lo lakuin adalah mengatasi kekhawatiran itu. Tunjukin bahwa lo berhak bahagia dengan lelaki pilihan lo sendiri. Lo udah cukup dewasa untuk menentukan siapa yang pantas berada di sisi lo," jelasnya dengan mimik wajah yang ekspresif seolah mengajak pendengarnya untuk meyakini setiap kalimat yang diucapkannya.

Mother, I Don't Want To Get Married! [EDIT ON PROCESS]Where stories live. Discover now