Part V

46.5K 3.3K 12
                                    

Davis POV

Sudah tiga hari aku tinggal di resort ini. Rasanya tidak percaya bisa bertemu lagi dengan wanita itu. Tapi sayang, dia sudah berkeluarga. Hanya saja ada suatu keganjalan ketika melihat mereka berdua, Meriska dan Magenta anaknya yang lucu sekali. Keganjalan itu semakin membuatku yakin. Apa Meriska single parent? Karena aku tidak pernah melihat ayah dari Magenta selama aku tinggal di resort ini. Kalaupun ada, aku berpikir kalau pria itu bodoh sekali membiarkan Meriska, wanita yang sempurna ditinggal seorang diri bersama anaknya yang lucu dan tampan itu. Rasanya ingin sekali menggantikan pria yang menjadi suaminya.

Setiap sore aku menemani Meriska bermain bersama Magenta di pinggir pantai. Aku dengar dari Meriska kalau itu adalah kegiatannya setiap hari. Tapi aku tidak menyangka bahwa tempat yang mereka kunjungi akan banyak pria-pria lajang ataupun sudah berkeluarga berkumpul di tempat ini. Bahkan ada yang menatap Meriska dengan intens, seolah Meriska adalah santapan untuk makan malamnya. Sial kenapa dari dulu aku tidak pernah bertemu dengannya. Kalau aku bertemu dengannya lebih dulu, akulah yang akan menjadi suami dan ayah dari Magenta. Aku tidak tahu kalau di Indonesia aku akan bertemu bidadari dan malaikat kecil ini. Ahh!! Seandainya dulu aku menerima ajakan Oma untuk tinggal di Indonesia...

"Mer, apa dari pantai ke villamu jauh?" tanyaku sambil berjalan-jalan di pinggir pantai menemani Magenta yang sedang asik berlari-lari kecil bermain dengan ombak yang membasahi pasir pantai. 

"Hanya sepuluh menit dari sini. Kamu lihat bangunan itu?!" tunjuk Meriska ke atas, ke bangunan megah di atas bukit. "Itulah tempat tinggalku dengan Magenta. Mainlah kalau kamu ingin mengunjungi tempatku."

Sudah tiga hari kami selalu bersama, sudah tidak ada rasa canggung untuk memanggilnya seperti teman biasa. Sebenarnya itu yang aku pinta darinya, agar berbicara tidak formal seperti rekan bisnis lain, melainkan seperti teman biasa. Aku tidak ingin jarak antara aku dan wanita ini terlalu jauh. Aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi.

"Kalau begitu, apa aku boleh main ke sana setelah ini?" tanyaku tidak ragu-ragu. Ini kesempatanku untuk tahu apa Meriska memiliki suami atau dia hanya tinggal berdua saja dengan Magenta. "Tentu saja!" jawabnya dengan senyum yang selalu membuat jantungku berdetak lebih cepat. 

"Hei Boy!! May I come to your home?" tanyaku menghampiri Magenta dan ikut bermain bersamanya. 

"Really?" tanyanya terlihat tidak percaya. Sepertinya tidak ada pria lain yang datang ke tempat tinggal mereka selama ini. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan anak ini. Lucunya, ingin sekali setiap hari bisa seperti ini. 

"Kalau begitu bolehkah aku meminta sesuatu Om?" tanya Magenta tapi kemudian menarik tanganku, memintaku untuk mendekati wajahnya. Dia berbisik, membuat Meriska yang aku lirik sambil mendengarkan kata-kata Magenta terlihat mengernyitkan dahinya. Dia penasaran apa yang Magenta bisikkan padaku. 

"Kenapa?" tanyaku. 

"Aku ingin seperti anak itu! Sudah lama aku ingin seperti itu!" tunjuk Magenta dengan memajukan bibir tipisnya. Ooh cute!! 

"Tentu saja dengan senang hati Boy!" aku berjongkok kemudian mengangkat tubuh Magenta, mendudukkannya di bahuku. Kakinya bergelayut di depan dadaku. Terlihat seperti keluarga. Aku senang dengan ini. Lalu aku bangkit berdiri. 

"No Dear! Om Davis lelah Sayang! Kasihan Om Davis," Meriska melarangku. Lebih tepatnya melarang Magenta. 

"Tidak apa Mer, aku senang bisa seperti ini."

Lalu aku berjalan di pinggir pantai, kemudian berlari hingga membuat Magenta harus memegang kepalaku dan memeluk kepalaku dengan erat. Meriska hanya tertawa melihat tingkah kami berdua. Bukankah ini terlihat seperti keluarga?

My SunsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang