"Si jalang udah semakin deket sama crush, lo." Sembari menyesap sepuntung rokok yang dihimpitkan di salah satu sela jari, perempuan itu menatap sahabatnya yang sedang menengadahkan kepala ke atas menatap bintang-bintang yang berpencar satu sama lain di langit.

Berdecih pelan, perempuan disampingnya itu langsung menghadapkan pandangan ke arah jalanan kota yang padat. Walau malam hari, tetapi pemandangan dari atas gedung bertingkat ini membuat suasana lebih relax.

"Apa rencana, lo?"

"Bermain dalam kegelapan ..." jawabnya datar sebelum masuk kembali ke dalam untuk menghindari cuaca dingin di malam hari karena ia hanya mengenakan pakaian minim.

Temannya yang masih setia berada di balkon gedung menatap atap-atap rumah juga gedung bertingkat dengan pandangan menarik. Sepertinya, akan ada rencana kali ini. Ia tak mungkin diam lagi dan hanya melihat saja, 'kan?

Setelah membuang puntung rokoknya dan menyusul temannya tadi masuk ke dalam, ia berujar, "Semoga, gadis itu menarik."

♠♥♣

Pagi hari ini, Aurora dijemput oleh Rey pagi-pagi sekali. Membelah jalanan kota, penuh kenyamanan dengan menduduki jok belakang motor kekasih—pura-puranya, membuat Aurora tak melunturkan senyumannya.

"Kita mampir ke supermarket dulu, ya!?"

"Ha? Apa!?"

"Mampir ke supermarket!"

Aurora berteriak menjawab 'iya' saat tau suara kecil tak bisa menembus suara bising jalanan.

Saat berada di supermarket, Rey meletakkan sekotak susu rasa vanila ke meja yang ditempati oleh Aurora. Sedangkan, salah satu tangannya sudah membawa sebotol teh rasa jasmine.

Setelah membeli apa yang mereka berdua butuhkan—lebih tepatnya hanya Rey, mereka segera bergegas menuju ke sekolah. Karena jam sudah menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh lima menit.

Sesampainya di sekolah, Aurora berpisah dengan Rey di pertigaan yang menghubungkan antara gedung IPA dengan gedung IPS. "Nanti istirahat ke rooftop, ya?" ucap Rey sebelum meninggalkan Aurora seorang diri.

Aurora mengangguk sebagai balasan.

Aurora melewati koridor kelas yang masih ada beberapa anak yang baru datang. Tak disangka sebuah tamparan keras menghantam pipi sebelah kirinya, membuat ia hampir terjatuh.

Plak

"Dasar jalang!" Sebuah suara yang begitu nyaring membuat Aurora menolehkan kepala ke arah gadis yang sedang berada di depannya saat ini.

"Jadi, adek kelas udah belagu, ya, sekarang." Gadis tadi mencengkeram erat rahang Aurora disertai kuku panjangnya yang ia tekan dalam-dalam.

Aurora meringis kesakitan. "Lepas, kak. S–sakit."

Mengacuhkan ucapan Aurora, gadis tadi mendekatkan wajahnya. "Berani lo deketin crush gue?!"

"Siapa ...?" tanya Aurora keheranan sebelum ia mengaduh saat tangan gadis tadi ditarik spontan, membuat kukunya menggores pipi Aurora.

"Gue Celia, gue gebetan Rey. Gak usah deketin crush gue lagi!" Gadis tadi memperingati Aurora dan segera menjauh pergi saat mereka berdua sudah menjadi sorotan para murid.

Aurora memegang pipi nya dan sedikit meringis. Ia pun memutuskan untuk memutar arah ke toilet sebelum pergi ke kelas. Saat melihat ke cermin yang berada di toilet, ia menatap pipinya yang memerah karena bekas tamparan juga goresan kuku tadi.

Ia tak mengerti juga tak mengenal gadis itu. Mengapa dia begitu marah? Rey? Gadis itu?

Berbagai pertanyaan muncul di dalam pikirannya. Kenapa Rey harus mau menjadi pacar pura-pura orang lain jika saja ia mempunyai pacar (?)

Sudahlah, daripada berdebat tiada henti dan membicarakan hal yang tidak jelas. Aurora memutuskan untuk pergi ke kelas setelah ia berhasil menutupi jejak tamparan juga goresan kuku tadi.

Dalam perjalanan, Aurora merasa bahwa hawa sekitar kurang mengenakkan. Entah, mungkin karena kejadian tadi yang dengan cepat menyebar ke penjuru sekolah. Aurora yakin, Rey juga sudah mengetahuinya.

Aurora meletakkan tas setelah Vita mencercanya dengan berbagai pertanyaan seputar pertengkaran dengan Celia tadi. Aurora yang tak tahu harus mulai darimana, memandang Vita dengan seksama.

"Dia tiba-tiba muncul ...." Aurora pun menjelaskan pertemuan tak mengenakkan sebelum terjadinya pertengkaran dengan Celia.

"Emang, Celia beneran pacarnya Rey? Kenapa Lo berpikiran bahwa Rey itu pacaran sama Celia yang bodinya kayak tante-tante lagi mau kondangan?"

"Gak tau, cuma mikir aja." Aurora menyelesaikan kalimatnya sebelum guru menyuruh semua murid untuk berdiri dari bangku guna mengumpulkan tugas rumah yang seharusnya sudah diselesaikan kemarin.

"Baik, silahkan duduk di bangku masing-masing. Kita lanjutkan materi sebelum saya mengoreksi pekerjaan rumah kalian semua," ucap guru tersebut seraya menorehkan tinta spidol ke arah papan tulis.

• • •

**To Be Continue**

~~love you all

--don't forget for vote's and comment's--

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bits And Pieces [Slow Up]Where stories live. Discover now