Bruk
Aurora meringis saat tubuhnya menghantam tanah. Sungguh, ia tak bisa memanjat dan turun dengan benar. Rey yang melihat itu langsung bertanya, "Lo gapapa?"
Aurora mengangguk. "Gak papa, kok."
"Cepet pergi sebelum ketahuan sama guru BK, inget ... gue bantu lo karna tantangan itu yang mengharuskan gue buat selalu ada di samping lo."
Kalimat panjang dan jelas itu terdengar di telinga Aurora bagai pisau bermata tajam yang melesat tiba-tiba. Meski begitu, Aurora tetap patuh dan segera pergi dari sana. Rey sudah meninggalkannya sebelum ia pergi tadi.
Saat berada di depan pintu kelas, ia mengetuknya pelan. "Maaf, Bu. Saya terlambat."
♠♥♣
Istirahat pertama berdering dengan nyaring, anak-anak kelas yang lain meninggalkan ruangan kelas dengan cepat. Aurroa dan Vita sekarang sedang berada di satu bangku yang sama. "Tumben telat, gue kira lo gak masuk."
Aurora menghembuskan nafas panjang. "Kemarin asik nonton."
Vita menggelengkan kepala. Tak lama, kedatangan Rey membuat Vita memilih untuk pergi ke kantin sendiri, daripada menjadi nyamuk nanti. Ia ingin berkumpul dengan Cyniya dkk daripada di ruang kelas.
"Bawa bekal?" tanya Rey.
Aurora mengangguk, ia mengobrak-abrik tas nya dan menyerahkan kotak bekal kepada Rey. Rey menerima dengan senyum kecil, lantas membukanya dengan perlahan.
"Tadi cepet-cepet, cuma bawa roti." Aurora menatap Rey dengan pandangan tak enak. Rey mengacak rambut Aurora gemas. "Gak papa. Satu-satu, ya, ini?" tawar Rey kepada Aurora.
Aurora menggeleng sebelum menjawab, "Enggak, itu buat kamu. Aku udah, kok." Rey mengangguk seraya tersenyum lagi.
"Yaudah ... yuk! Ke kantin." Rey menggandeng tangan Aurora untuk menuju ke kantin lagi, sama seperti hari-hari sebelumnya.
Saat berada di kantin, mereka berkumpul dengan teman-teman yang lain. Cyniya melihat ke arah Aurora. "Sebentar lagi kelas 12 ujian, gimana kalau kita liburan dulu? Ke pantai, misal?"
Aurora mengedarkan pandangan kemudian berucap, "Aku ngikut aja."
"Eh katanya SMA Senandika tawuran sama SMA Sandyakala ...."
"Denger-denger, bener," timpal Rainal kepada Ramana.
Rukmana meletakkan kaleng minuman nya dengan keras ke meja. "Jangan nyebar hoax lo pada."
Ramana menoleh ke arah saudaranya itu, sembari berdecak kesal, iapun berkata, "Lo kalo gak tau, gak usah nyolot, anjing!"
Rukmana bangkit dari duduknya, menunjuk ke arah Ramana. "Siapa yang lo panggil anjing, anjing?!"
"... kalian bisa diem sebentar, gak, sih ... ?!" Cyniya dengan tatapan marah menghunus ke arah mereka berdua—Ramana dan Rukmana.
"Lo gak bisa liat sekitar, hah?! Mikir dikit kalo punya otak! Dipake, sekali-kali!" Bentakan Cyniya mampu membuat dua orang itu melihat sekelilingnya. Benar, mereka berdua menjadi pusat perhatian.
"Sudah ... sebentar lagi bel. Gak perlu berantem lagi, ya?" kata Aurora setelah melihat anak-anak lain tidak memperhatikan mereka berdua—Rukmana dan Ramana, lagi.
"Balik ke kelas!" titah Rey dengan sigap saat tau mereka tidak boleh memperebutkan hal sepele seperti ini. "Gue ke kelas dulu, lo juga."
Aurora mengangguk sebagai jawaban, melambai-lambai kan tangannya saat menatap kepergian Rey dari kantin. Vita segera menggandeng Aurora, Cyniya beserta kedua temannya juga memutuskan untuk pergi ke kelas. Jika, perdebatan ini diteruskan ... mungkin, akan sangat panjang sampai ke akar.
YOU ARE READING
Bits And Pieces [Slow Up]
Romance(JUDUL AWAL: AURORA STORY'S) "Aku ingin pergi bersama bulan karena aku ingin pergi dari kehidupan yang kelam, seperti hidupku sekarang." -Aurora Luttfia Nandemmon. "Jangan pernah pergi dariku, meskipun aku bukan jodohmu. Karena aku mencintaimu." -Re...
![Bits And Pieces [Slow Up]](https://img.wattpad.com/cover/261743177-64-k984758.jpg)