Aurora yang berada di belakang menggeleng. "Masuk juga, ya?" Mau tak mau, Rey mengikuti Aurora yang sudah membuka pintu mansion.
"Rara pulang ...."
"Bi Uma!?" Dengan sigap, Umaryam datang dengan sedikit membungkukkan badan. "Ada apa, Non?"
Aurora melihat Rey yang sudah mendudukkan diri di sofa. "Tolong buatkan minum sama cemilan, Rara mau ke atas dulu." Umaryam mengangguk patuh dan segera membuatkan apa yang Aurora butuhkan.
Selesai mengganti pakaian, Aurora perlahan-lahan turun menapak anak tangga. Ia melihat Rey sedang melihat handphone, minuman dan camilan sudah tersedia di meja.
"Lama gak?" Rey melihat ke arah Aurora, ia menggeleng. "Enggak, kok." Rey menunjuk sebuah foto yang terpajang di dinding ruang tamu.
"Itu siapa?" Aurora langsung melihat ke arah yang ditunjuk Rey. "Itu ... Mama, yang meluk Mama itu Papa, dan yang digendong Mama itu ... aku."
Rey menganggukkan kepala mengerti. "Masih utuh?"
"Apanya?" Aurora tak mengerti yang dimaksudkan Rey. "Keluarga, lo?"
Aurora mendudukkan diri di sofa seberang. "Mama udah gak ada ... Papa masih, kok." Rey mengangguk lagi.
Mereka berbincang-bincang sebentar sebelum Rey memutuskan untuk meninggalkan kediaman Aurora. Karena ia ingin pergi ke suatu tempat lagi.
Setelah kepergian Rey, terdapat dering telpon di telpon rumah. Aurora mengangkatnya, "Halo?"
"Apa ini ... atas nama Ara?" Aurora mengerutkan kening, sepertinya si penelpon salah sambung. "Bukan, saya Aurora. Sepertinya anda salah sambung, terimakasih." Aurora menutup telpon dan langsung pergi ke kamar.
Besoknya, Aurora sudah siap dengan baju almamater sekolah. Ia mengambil selembar roti dan sedikit meminum susu. "Aku berangkat, Pa."
"Hati-hati!" nasihat Nandemmon kepada Aurora yang seperti orang kesetanan. Dan ditanggapi oleh Aurora dengan sebuah acungan jempol.
Hari ini ia telat pergi ke sekolah, karena kemarin ia asik bermain gadget sampai larut. Ia merutuki dirinya sendiri karena lalai dan tidak disiplin.
"Kenapa bisa gini?!" rutuknya saat berkendara. Jalanan macet menambah perasaan kesal Aurora. Ia membunyikan klakson saat mobil di depannya tidak berjalan padahal lampu lalu lintas sudah menunjukkan warna hijau.
Tinnn tinnn
"Maju dong!" teriak Aurora seperti sudah kehabisan suara.
Tak lama, mobil didepan maju. Tetapi, saat Aurora berada agak jauh di belakang garis, lampu berubah kembali menjadi merah.
'Awas kamu mobil item', batin Aurora kesal sambil melihat ke arah mobil yang sudah jauh dari pandangan.
Aurora sampai di sekolah setelah gerbang tertutup rapat. Ia mendesah lelah. Tapi, yang membuat ia kaget ialah Rey yang berjalan dengan santai ke arahnya dari arah samping sekolah. Aurora yakin Rey habis memanjat pagar tembok.
"Kenapa keluar?" tanya Aurora kepada Rey setelah Rey berada tepat di depannya. "Gue liat Lo dari atas gedung, jadi mau bantu ...," jawab Rey mengedarkan pandangan.
"Yaudah, yuk!" ajak Rey seraya menggandeng tangan Aurora untuk pergi ke arah samping sekolah. "Motor dititipin di Buk Dewi aja."
Aurora terbengong saat melihat tembok sekolah yang menjulang tinggi. "Yakin?" Rey mengangguk sebagai jawaban.
"Gimana caranya?" tanya Aurora takut ketahuan.
"Manjat."
~
ESTÁS LEYENDO
Bits And Pieces [Slow Up]
Romance(JUDUL AWAL: AURORA STORY'S) "Aku ingin pergi bersama bulan karena aku ingin pergi dari kehidupan yang kelam, seperti hidupku sekarang." -Aurora Luttfia Nandemmon. "Jangan pernah pergi dariku, meskipun aku bukan jodohmu. Karena aku mencintaimu." -Re...
![Bits And Pieces [Slow Up]](https://img.wattpad.com/cover/261743177-64-k984758.jpg)