Part 5 - Hollow Moment Without You

Start from the beginning
                                    

"Oke, oke. Saat ini biarkan aku menikmati spaghetti ini" ucapnya sambil menaikkan kedua alis beserta kedua tangannya yang membuat uncle Douglass dan aunt Miriam tertawa kecil menatap kami yang sudah dapat berbaur layaknya adik dan kakak.

"Sebaiknya kamu menggunakan pakaian yang aku pilih nanti atau aku akan menelanjangkan dirimu di depan umum saat mencoba barang pilihanku" kataku yang lebih terdengar seperti ancaman.

"O...Okay" balas Aint terbata-bata sambil menatapku yang sedang mengunyah, membelalakkan matanya lebar memberi tatapan tidak percaya.

"Baiklah, kamu boleh pakai mobil paman nanti. Mobil paman ada di depan runah, belum di masukkan ke garasi jadi kamu pakai aja dulu" ucap paman dengan bahasa aksen inggrisnya yang tebal nan formal.

"I'll drive" ucap Aint dengan senyuman lebar yang tulus tanpa menatap ayahnya.

"Akan berbahaya, kamu baru saja lulus dan terima SIM jadi Allie saja yang mengendarai mobilku" ucap uncle Douglass dengan tatapan yang tidak menerima jawaban tidak. Senyuman Aint pudar dan sekarang ekspresi mukanya menyatakan rasa yang kecewa serta menunjukkan tatapan tidak senang.

Kami keluar dari rumah paman yang dicat dengan gradasi putih, hitam, dan abu-abu. Membuka pintu pagar kayu yang berwarna putih pemberi batas antara rumah paman dan jalanan, sekaligus membatasi kebun depan rumahnya dengan jalanan

"Hey...."

"What?" Balas Aint dengan nada tidak senang, ia berhenti di depan pintu mobil kiri sebelum masuk ke tempat duduk penumpang.

"You drive," ucapku yang kemudian dibalas dengan senyuman yang sangat lebar. Ia mengencangkan tangan kanannya hingga mengepal dan menggumamkan kata yes "Jangan ngebut, aku tetap akan mengawasimu. Aku akan mengendarai kalau kamu melewati 70 km/jam" kataku yang dibalas dengan anggukan cepat, dia datang ke pintu mobil kanan dan masuk ke dalam tempat menyetir mobil. Memegang setiran dengan tatapan kagum.

"Thanks, Callie. Kamu yang terbaik!" ucap Aint setelah aku masuk ke dalam tenpat duduk penumpang mobil. Senyuman lebar masih belum hilang dari wajahnya, lesu pipinya terlihat jelas, tampangnya sekarang seperti adik kecil manis yang dibelikan mainan kesukaannya.

"Remember, tidak boleh di atas 70 km/jam" peringatku yang kemudian dibalas dengan anggukan cepat. Ia memasukkan kunci mobil, memutarnya dan menekan tombol start, tidak lupa juga ia menginjak rem sebelum mobil nyala agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Kemana kita mau pergi?" Tanya Aint kepadaku sambil menandangku dengan tatapn cool miliknya sebelum memutar mobil dan menginjak gas menuju ke tujuan kami.

"Tempat apa yang bagus di sini untuk belanja?"

"Mmm....," gumam Aint dan kemudian "Bagaimana kalau Westfield? Itu salah satu shopping centre yang ramai. Tapi aku rasa pasti barang yang kamu cari ada disana" tawar Aint dengan kalimat yang meyakinkan tiap pendengar.

"Boleh, sejujurnya... aku masih belum tahu ingin membelikan dia apa" jawabku dan menundukkan kepalaku sedikit.

"Belum tahu? Tunggu biar aku pikirkan, pria lebih suka para wanita membelikan apa yang dibutuhkan olehnya saat ini" hint Aint, agar aku dapat memiliki gambaran tentang apa yang akan kubeli.

"Scarf... bagaimana kalau selendang. Kan sekarang lagi awal musim dingin, mungkin akan berguna untuknya" ide Aint memang menakjubkan, aku langsung membalas dengan anggukan berkali-kali serta mengacungkan jempol kiriku.

"Alright, off we go" senyum Aint. Kemudian ia memutar mobil, menuju ke pusat perbelanjaan Westfield.

Kami sampai di pusat perbelanjaan atau mall Westfield sekitar 2 jam dan 30 menit. Jalanan yang macet membuat Aint kelelahan karena ia baru mendapatkan SIM. Kami parkir di tempat yang sudah disediakan dan keluar dari mobil.

First Love Flavor : Meeting Again [Discontinued]Where stories live. Discover now