1. Back to Indonesia

10 2 0
                                    

Hari yang lumayan cerah, gadis dengan penampilan yang sudah rapi itu makin memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Ia rasa, waktunya tak banyak lagi, bisa-bisa ia tertinggal keluarganya sendiri kalau tak cepat-cepat.

Tak membutuhkan waktu lama ia kini telah sampai di pekarangan rumahnya. Baru saja memarkirkan motornya, ia dibuat kaget dengan keberadaan kakaknya yang secara tiba-tiba di teras rumah.

"God! Kakak mengagetkanku!" ucapnya kesal.

"Dari mana saja adik kesayangan kakak ini? Jangan buat kita semua panik dengan pergi tanpa pamit," ucap Gara dengan penuh penekanan di setiap kata.

"Maaf, aku-"

"Gita? Sudah pulang? Lebih baik sekarang ambil kopermu karena kita harus berangkat sekarang," titah Arga yang baru saja keluar dengan dua koper di kedua tangannya.

"Ya Dad." singkat, Gita secepat mungkin mengambil barang-barangnya yang masih ada di dalam.

"Sial sekali harimu ini, Gita," keluhnya sembari menggeret dua koper berukuran besar miliknya.

"Butuh bantuan adik kecil?" tanya Gara yang kembali masuk ke dalam.

Dengan mata berbinar Gita mengangguk semangat, kakaknya itu sangat peka.

"Yeah, help me."

Gara tersenyum kecil lalu segera mengambil alih koper adiknya untuk dimasukkan ke dalam bagasi. Semua barang sudah siap, keduanya masuk ke dalam mobil yang sudah terdapat Aurora dan Arga di sana.

Tak perlu banyak kata lagi, Arga memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Seperti bukan Arga tapi itulah kenyataannya saat ini. Ia tak ingin membahayakan nyawa keluarga kecilnya.

Sesampainya di bandara keluarga itu tampak sedikit terburu-buru karena sebentar lagi pesawat yang mereka tumpangi take of.  Sebenarnya Gita masih berat hati untuk meninggalkan London ini, tapi apa boleh buat ia harus tetap ikut keputusan Arga.

"Are you okay, Gita?" tanya Aurora pada anak gadisnya itu.

"I'm fine, mom."

"Tenang saja, kamu pasti betah tinggal di Indonesia," hibur Gara. Ah, Gara memang kakak yang terbaik.

Gita mengangguk singkat, ia harap juga seperti itu. Kedua kakak beradik itu kembali mengobrol, terlihat sangat akur bukan. Aurora yang melihatnya tersenyum tipis, membuat Arga yang sedari tadi diam mengusap tangannya.

"Kita kembali lagi ke Indonesia, kamu senang?" tanyanya.

Aurora mengangguk, menatap wajah Arga yang masih saja terlihat tampan walaupun umurnya tak muda lagi.

"Kamu keliatan banyak pikiran akhir-akhir ini, apa ada hubungannya dengan pulangnya kita ke Indonesia?" tanya Aurora.

Arga hanya tersenyum tipis sembari menggenggam tangan istrinya itu. "Setibanya di Indonesia aku ceritain ke kamu."

"Oke, aku tunggu."

"I love you Ra," ucap Arga sangat tulus dengan senyuman manisnya.

"Love you too," balas Aurora yang kemudian mencium tangan Arga.

"Uhuk uhuk, sepertinya oksigen di sini menipis," ucap Gita sembari melirik kedua sejoli yang masih saja bucin itu.

"Sudah 16 tahun kamu hidup masih aja belum terbiasa dengan kebucinan mom and dad." Gara menyentil jidat adiknya itu.

"Aku masih anak dibawah umur yang belum pantas liat itu sehari-hari," protes Gita.

"Ah aku melupakan adik kecilku ini yang belum legal."

"Terserah padamu big brother," final Gita yang kini mulai kegiatan mengambek nya.

"Anakmu," ucap Arga sembari menunjuk Gita dan Gara dengan dagunya.

Aurora menoleh pada Arga. "Ya memang anakku, anak kita."

$$$$$

Perjalanan yang cukup melelahkan, kini keluarga itu tengah berjalan keluar bandara. Sudah malam memang dan Arga sudah menyuruh supir untuk menjemputnya.

"Kalian masuk dulu." Arga mempersilakan Aurora dan Gita untuk masuk terlebih dahulu.

Keduanya hanya mengangguk kecil karena jujur Gita sudah sangat-sangat mengantuk. Sudah tak sabar lagi dirinya untuk merebahkan diri di kasur yang empuk.

"Dad? Udah bilang sama Om Randy kalo kita udah sampai?" tanya Gara sebelum masuk ke dalam mobil.

"Belum," jawab Arga tanpa pikir panjang. "Besok aja kita ke rumah."

Gara mengangguk mengerti, segera saja dia masuk ke mobil diikuti Arga setelahnya. Mobil hitam itu pun kini melaju dengan kecepatan sedang.

Aepertinya bagi Aurora dan Arga Bandung tak ada yang berbeda. Rasanya masih sama saja seperti dahulu ketika mereka pertama kali kenal.

"Rumah ini masih sama aja kaya dulu," ucap Arga lirih ketika mereka sampai di depan rumah.

"Nggak banyak yang berubah ya," sahut Aurora yang bergerak menggandeng lengan Arga.

Arga tersenyum tipis, terkadang rasanya masih sulit untuk dipercaya kalau mereka sudah sampai sejauh ini. Ia sangat bersyukur sudah sampai di titik ini.

"Ayo masuk," ajak Arga. Apa dia melupakan jika mereka sudah mempunyai anak? Entahlah.

"Apa kita kasih tau mama papa kalau kita udah di Bandung?" tanya Aurora kemudian.

"Udah malam, besok aja kita ke rumah. Lagian rumahnya sebelahan," jawabnya.

"Gara? Gita udah tidur?" tanya Arga sedikit berteriak karena Gara masih berada di samping mobil.

Sementara yang dipanggil menoleh sembari memberi kode dengan anggukan kepala. "Aku angkat masuk aja, kamarnya ada di atas apa bawah?"

"Kuat kamu?"

"Jangan remehin gitu, Gita 'kan kecil," balas Gara sedikit kesal.

"Ya baiklah, kakak yang baik." Arga mengacungkan jempol ke arah Gara.

"Kamarnya ada di atas, mom antar sini." Aurora bersuara.

"Ya mom."

Gara dengan hati-hati mengangkat adiknya yang sudah tertidur pulas itu dengan bridal style agar lebih gampang. Ia menarik sudut bibirnya, adiknya itu terlihat sangat cantik ketika tertidur.

"Kamu makin cantik kalo lagi tidur, nggak berisik," ucapnya lirih.

Tak ingin berlama-lama di luar, Gara segera masuk ke dalam rumah. Ia mengikuti Aurora yang mengantarnya ke kamar Gita.

"Mom ke kamar dulu ya, jangan lupa Gita diselimuti," pesan Aurora.

"Ya mom."

Dengan perlahan Gara menarik selimut yang masih terlipat rapi itu. Menyelimuti adiknya yang sudah terlelap lalu mengusap ujung kepalanya.

"Good night, adik nakal."

$$$$$

HEYYYOOOO

MAAP KELAMAAN PUBLISHNYA, INI IDE UDAH BANYAK ILANGNYA

MOGA BISA SELESE SECEPATNYA

GITARIES (TRILOGY OF AURORA)Where stories live. Discover now