🔥⚔️ 𐒨h⍺рtᥱr 3⚔️🔥

644 114 113
                                    


*

𝔓agi pada akhir tahun kembali tertutup salju, membuat tanah pun tak terlihat karena saking tebalnya tumpukan salju.

Namun, itu bukanlah alasan bagi Tanjirou yang kini hendak pergi ke kota untuk menjual arang.

Sebakul arang dalam jumlah cukup banyak sudah siap dipikulnya hingga mencapai kota dibawah kaki gunung Kumotori, hingga akhirnya suara sang ibu datang menghampiri indera pendengaran Tanjirou.

“Tanjirou!”

Sang pemilik nama langsung saja menengok ke arah sumber suara. Manik merahnya menangkap sang ibu yang datang dari dalam rumah.

“Wajahmu hitam semua, kemarilah,” pinta Kamado Kie.

Dengan lembut, sang ibu membersihkan wajah Tanjirou dari noda hitam akibat sisa dari pembakaran arang.

“Karena cuacanya bersalju jadi sangat berbahaya. Tetaplah di rumah, ya,” pinta Kie seraya masih membersihkan wajah Tanjirou.

“Ini hampir akhir tahun, jadi aku ingin semuanya makan dengan sepenuh hati. Aku hanya akan menjual sedikit arang,” ujar Tanjirou.

“Bagaimana jika kau pergi dengan Ranjirou, Kaa-san melihat dia merajuk sejak pagi karena kau menolak membawanya,” kata Kie.

“Tidak, hari ini adalah jadwalku untuk bergantian dengan Ranjirou. Lagipula nanti malam dia harus terjaga semalaman untuk melakukan Tarian Kagura, aku tidak ingin membuatnya lelah,” tutur Tanjirou.

“Begitu, ya. Terima kasih Tanjirou.”

Nii-chan!”

Shigeru dan Hanako datang, mereka nampak senang kala melihat sang kakak sulung yang hendak pergi ke kota.

“Apa hari ini pergi ke kota?” tanya Shigeru.

“Aku ingin ikut!” seru Hanako bersamaan dengan kemunculan Takeo tak jauh di belakang mereka berdua.

“Tidak boleh, kalian tidak bisa berjalan secepat Tanjirou,” larang Kie pada kedua putra-putrinya.

Kaa-chan...” rengek Shigeru.

“Pokoknya tidak boleh. Kakakmu tidak bisa membawa gerobak hari ini, jadi kalian tidak bisa beristirahat dalam perjalanan.” Kie tentu saja tetap melarangnya.

Karena ibunya tetap menolak, Shigeru dan Hanako memasang wajah sedihnya.

Dengan merengek, kini Shigeru menghampiri Tanjirou dan memeluknya, benar-benar menggemaskan.

Tak lama, Hanako juga ikut membujuk kakaknya agar mau mengajak mereka.

Namun, sama seperti ibunya Tanjirou juga tetap melarang mereka untuk ikut ke kota.

Dia tentu saja cemas jika nanti adik-adiknya akan kelelahan karena ikut dengannya pergi ke kota.

“Sebagai gantinya, bagaimana jika Nii-chan akan membelikan kalian makanan yang enak dan membacakan buku cerita saat pulang. Bagaimana, kalian mau?” rayu Tanjirou.

“Benarkah? Kalau begitu baiklah!”

“Takeo, hari ini kau tebanglah beberapa pohon saja agar tidak terlalu berat. Kau bisa melakukannya, ‘kan?” tanya Tanjirou kepada Takeo yang sedari tadi hanya berdiam di belakang.

“Tentu saja aku bisa. Huh... Padahal ku pikir kita akan melakukannya bersama,” keluh Takeo.

Tanjirou yang melihat Takeo mengikuti jejak Ranjirou yang merajuk langsung saja menghampirinya dan mengelus surai hitam milik Takeo.

ᕼIᑎOKᗩᗰI KYOᑌᗪᗩI - 𝑲𝒂𝒎𝒂𝒅𝒐 𝑻𝒘𝒊𝒏𝒔 (Kimetsu no Yaiba X Readers)Where stories live. Discover now