20 : The Begining

41.9K 2.6K 60
                                    

"IYA dia bersamaku, kau jangan garang gitu. Saudara seayah." Suara dari seberang telepon membuatku semakin kesal.

"Jangan kau coba - coba sentuh dia, brengsek" Seruku nyaring.

Dia langsung ber ow ow. Suatu hal yang selalu dia lakukan ketika meremehkan orang lain. Aku menggertakan gigiku geram dengan tingkah saudara tiriku.

"Sayang sekali... Khu khu khu. Aku sudah melukainya dua kali loh. Pertama dia melindungi sepupu bodohnya itu... Kedua dia terkena jebakanku karena aku mengancam kalau aku... Membunuhmu."

"Kau ingin mengumpanku untuk datang ke sana?" Tanyaku sambil tersenyum sarkastik.

"Pintar seperti biasa... Khu khu khu... Oh ya kau juga harus menutup mulutmu rapat - rapat tentang akulah pembuat ramalan itu. Kalau tidak... gadis ingusan itu akan... -dia menirukan suara tercekik- is dead." Serunya nyaring.

"Tunggu saja aku. Aku yakin maksud satu anak yang membawa sial itu aku." Tukasku sambil tersenyum separuh.

Tut.

Aku menutup telefon itu dan melihat kertas ramalan 13 yang saudara tiriku fax padaku. Sekali lagi aku tersenyum separuh. Aku membuka pintu geser yang ada di kamarmu, langsung terhubung dengan laut. Lalu aku memencet beberapa tombol di ponsel dan mendekatkan ponselku ke telinga.

"Ya tuan?" Suara asisten pribadiku sopan, aku tersenyum.

"Tolong bilang Ibu bahwa saya akan pindah ke asrama Royal Academy secepatnya." Kataku tegas.

Asistenku langsung mengiyakan perintahku. Ini yang terbaik, kata batinku meyakinkan. Jika tidak seperti ini, dia akan mati... hanya ini pilihannya. Aku akan menjadi siswa di Royal Academy dan menuruti urutan ramalan konyol yang dibuat saudara tiriku yang psikopat.

"Ini semua yang terbaik, Tere... pada akhirnya kau juga akan tahu siapa pembuat ramalan itu." Ucapku pelan sembari melihat matahari terbenam.

***

"Pembuat ramalan menampakkan batang hidungnya?" Kata itu terus diulang oleh Daniella ketika aku siuman dari pingsanku.

Bahuku lagi - lagi diperban, rasanya seperti dibebat kuat - kuat dan tidak di lepas lagi. Menimbulkan rasa berdenyut - denyu yang menyakitkan. Sudah empat hari aku tertidur dengan indahnya dan malam ini aku bangun dengan berondong pertanyaan dari Daniel dan Daniella. Aku mengubur diriku di bed cover dan menutup telingaku rapat - rapat untuk tidak mendengarkan ocehan mereka.

"Sudah kubilang kan kau jangan gegabah. Begini akibatnya." Itu juga kata yang terus - terus diulang oleh Daniel. Membuatku semakin penat saja.

"Ayolah kalian berdua... bisakah membiarkan aku tertidur sebentar saja?" Tanyaku kesal. Mereka berdua terdiam dan melihatku seperti melihat hantu.

"Kau gila Ress? Bagaimana aku bisa tenang waktu melihatmu tergeletak tidak berdaya seperti mayat di ruangan olahraga waktu itu? Kau juga tertipu kan, Raven tak ada dan kau benar - benar di jebak... bla... bla... bla..."

NGIIING

"Daniellaaa shut up your damned mouth!" Umpatku kesal, aku menggosok - gosok telingaku.

"Sejak kapan kau mengumpat Ress?" Tanya Daniel tajam.

"Sejak ramalan 13 membuatku depresi." Aku kembali mengubur diriku ke dalam bed cover.

"Kau bilang padaku jangan mengumpat, tapi kau sendiri tadi-" Aku langsung menyela. "Oke fine maafkan aku!"

"Sudahlah Daniel, jangan ganggu Teressa..." Bujuk Daniella.

Aku mengintip sebentar dari balik bed cover. Daniel terlihat marah, dia bangkit dari posisi duduknya di kasurku. Dan sebelum ia berlalu pergi, dia mengatakan sesuatu yang menohok hatiku.

"Begitukah caramu meminta maaf? Itu bukanlah kata yang pantas untuk meminta maaf." Lalu ia pergi dan Vanilla tergopoh - gopoh mengikuti Daniel yang melangkah lebar - lebar dan Daniella yang berlari kecil mengikuti Daniel. Setelah aku mendengar bunyi pintu tertutup, entah kenapa aku merasa sangat bersalah.

Vanilla datang kepadaku dengan wajah khawatir. Aku membuka bed cover yang menutupi wajahku. Menatap matanya dengan pandangan kuyu.

"Jangan dipikirkan, Daniel hanya khawatir padamu..." Ucapnya sembari membenarkan letak bed cover dan menyuruhku kembali tidur agar besok fit untuk mengikuti acara tahunan asrama Royal Academy.

Iya, besok adalah acara tahunan sekolah ini. Dan aku tidak sabar dengan kejutan yang akan datang nanti. Apakah nanti akan ada badut lepas atau aku terjatuh saat berdansa dan membuat semua orang jatuh dan membuat kekacauan seperti yang diramalkan di ramalan 13 sialan itu.

Dan aku menganggap Vanilla seperti Mom ketika ia membuatkan teh hangat untukku.

Di lain tempat dengan waktu yang sama

Jonathan sedang berjalan santai di sepanjang koridor penghubung kamar anak laki - laki dan perempuan sambil bersiul kecil. Rutinitas malam yang selalu ia lakukan ketika bosan berada di kamar 144 ketika Forest sedang sibuk dengan video gamenya.

Forest adalah teman seSDnya yang juga teman Teressa, Daniel dan Daniella. Giordani yang berada di kamar 145 biasanya sedang membuat cokelat panas, membuat Jonathan berfikir bagus jika ia berkunjung ke sana. Ketika ia sedang ingin membelokkan badannya ke koridor kamar anak laki - laki. Sebuah suara mengusik telinga kelelawarnya.

"Ya, urus semuanya untuk besok. Dan kau akan mendapat info tentang rumor perpustakaan itu lebih banyak."

Eh?

Jonathan memasang telinganya baik - baik dan bersembunyi di pot bunga yang ada di ujung koridor. Berusaha untuk tidak terlihat oleh mereka bukan masalah sulit baginya. Karena pot bunga itu besar dan berdaun lebat. Lebih dari cukup untuk membuat dia tidak terlihat oleh kedua orang itu.

"Sip, hanya membuat acara tahunan mengerikan itu bukan perkara sulit bagiku." Suara gadis itu terdengar sangat puas.

"Khu... khu... khu... kau memang pintar, Sarah..." Suara mengerikan itu membuat bulu kuduk Jonathan merinding, sama seperti saat ia mencuri dengar juga tentang rencana mereka membuat ramalan 13. Sayangnya seperti saat ia mencuri dengar ramalan 13, lawan bicara Sarah menutup seluruh wajahnya dengan jubah hitam. Membuat Jonathan berdecak sebal.

Jonathan harus memberitahukan ini pada Teressa, harus atau ia akan menyesal. Saat ia ingin berbalik menuju kamar Giordani, tanpa sengaja ia menginjak daun kering yang berasal dari pot bunga itu.

Double sial! Kedua orang itu kaget dan bertanya "Siapa di situ?" dengan gugup Jonathan menirukan suara kucing yang suka lewat jika di pagi hari saat sarapan.

"Hanya kucing." Hanya itu yang didengar Jonathan karena dengan langkah seribu ia pontang panting kabur dari tempat itu dengan jantung yang berdegup kencang.

to be continued

---

Read my another story :

1. How Can I Move On

2. A-B-C-D Love

3. Princess Series [1] : The Overweight Princess

Royal AcademyOnde histórias criam vida. Descubra agora