12. Minta tolong.

839 82 8
                                    

Enjoyy!!🔥🤩😍

[MY HANDSOME BOSS, MY LOVER]

Pagi hari.

"Ga! Ga bisa!"

"You cannot! Do you hear me! Uh??" Bentak Florenzia tuk kesekian kalinya. Matanya melotot sangar seiring melangkah ke sana kemari di kamarnya yang luas ini.

"Baba denger Flori, kan? Ga mau! Karina itu asisten aku! Dia ada kontrak empat tahun sama aku."

"Baba ga bisa, ga bisa gitu! Baba ngelanggar hukum! Baba ga fair!" Terangnya tak sedikitpun menurunkan nada suara.

Florenzia meraup napas banyak seiring menjauhkan ponsel agar tak mendengar suara Raffi. Sunggu Florenzia tak terima Karina akan dijadikan pengasuh Naufla oleh ayahnya. Ayahnya jahat sekali.

"Oh jelas baba juga no cares! I don't care! Yang pasti baba udah bijak sama anak-anaknya baba."

"Bijak? Seriously?! Baba rebut Karina itu dibilang bijak? Bukannya baba pebisnis? Tahu hukum kontrak and blablabla!" Bentak Florenzia meringis frustasi meladeni ayahnya yang jahat ini.

"Baba selalu belain Naufla! Demi Naufla, apapun untuk Naufla! Kapan belain aku?"

"Baba pilih kasih!" Teriak Florenzia begitu kencang penuh amar.

"Jaga bicara kamu! Ini ayah kamu! Jangan berani bentak-bentak!"

"Naufla adik kamu! Naufla anak kecil! Naufla baru enam tahun! Kamu juga sejak kecil baba manja, baba bela semuanya!"

"Ga! Baba selalu pilih kasih! Aku? Aku ga pernah baba pikirin perasaannya. Hiks. Hiks. Huuu. Huuu." Florenzia membentak, terus membentak tak terima, bahkan sampai urat-urat di sisi wajah bermunculan. Hingga akhirnya Florenzia hanya bisa meraung, tubuhnya berjalan limbung tak punya tujuan.

"Aarrgh!" Teriak Florenzia menengadah menumpahkan amarah. Dalam sekejap Florenzia berhasil meraih guci kecil tebal, lalu melemparnya ke bawah.

Praang

Karina terperanjat penuh. Baru saja dirinya memasuki kamar Florenzia setelah diberi diberi perintah oleh salah satu pelayan. Padahal Karina sedang bersiap tuk mandi bersama Naufla.

Seketika Karina ikut ambruk disamping Florenzia. Florenzia bersimpuh di hadapan serpihan guci mungil yang tebal. Terlihat kedua tangan Florenzia mengepal penuh amarah, urat-urat di wajahnya begitu kentara terlihat.

"Non? Non Flori kenapa, non? Non Flo bangun, non. Kenapa?" Ucap Karina begitu gencar menangkup bahu Florenzia.

"Hiks. Hiks. Hiks. Selalu, selalu Naufla yang baba bela. Hiks. Aku selalu disuruh ngalah, selalu dilupain. Apa-apa selalu Naufla lagi, Naufla lagi. Hiks. Huuuu." Florenzia menangis menunduk menekan dada. Punggungnya sampai melengkung, rambutnya jatuh sempurna seiring menunduk.

"Non Floo,.. hei? Ada apa? Ayo bicara sama saya. Non Flo kenapa?"

"Lo?! Lo, kan? Haa?!" Bentak Florenzia menebis bahu, mendekatkan wajahnya dengan sangar pada Karina.

"Lo hasut-hasut baba, kan? Haa?" Desak Florenzia. Suaranya gemetar penuh rasa sakit hati.

"Kalo lo ga suka sama gue, bilang! Bilang dari awal! Ga usah lo hasut-hasut bokap gue!" Teriaknya memukul dadanya sendiri, memajukan wajah dengan begitu menakutkan.

My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang