7. Ribut // Naufla ga mau mamih.

1.2K 96 2
                                    

Karina berjalan melewati lorong tuk menuju dimana kamarnya berada. Seiring dirinya melangkah, dirinya tak luput menatap ke kanan ke kiri menelisik kondisi rumah mewah yang begitu sepi ini.

Sesaat pandangan Karina tertuju pada pintu berwarna hijau daun di kejauhan sana. Ada nama Naufla di papan yang menggantung diatas, papannya berbentuk awan, ditambah dengan khiasan bintang-bintang menggantung bebas.

"Aw!" Pekik Karina sedikit ambruk setelah ada yang menubruk sisi bahunya dari belakang.

"A-aaww! B-b-bu Karin? Ya Allah! Maaf, bu. Bibi ga sengaja. Bibi bener-bener ga sengaja, bu." Pelayan berkostum badut itu menyatukan tangannya di depan dada, memohon ampun pada Karina yang sudah ia buat kesakitan.

"Aa-e? Eng-enggak, bi! Ga papa, ya ampun! Jangan mohon-mohon gitu, hei!" Pekik Karina melotot syok berusaha menurunkan kedua tangan yang menyatu di depannya. Tidak, Karina tidak suka pelayan itu memohon padanya.

"Bibi bener-bener ga sengaja neng! Maaf, neng. Bibi buru-buru mau ke non Naufla."

"Naufla maksudnya?" Sembur Karina membelalak mendesak. Matanya bergantian menatap pintu dan pelayan ini.

"I-iya, neng. Non Naufla murung terus, katanya mau lihat badut. Kalo ga ada badut, ga mau makan."

Karina berjalan mengikuti pelayan yang berkostum badut itu. Perlahan keduanya masuk kedalam kamar begitu warna warni penuh mainan serba khas anak kecil itu dengan senyap. Pandangan Karina melayang menatap empat pelayan yang berdiri bagaikan patung di dekat jendela besar di pojok kamar sana.

"Halo, non Nauflaa. Hihihi! Inyi padut! Xixixi. ~Balonkuu aadaa liimaa. Rupa-rupa warnanyaaa~."

Gadis kecil itu terus bersembunyi menghadap pojok kamar, membelakangi semua yang ada, wajah cantiknya ia tutup, tanpa tahu di sana ada sosok yang ia tunggu-tunggu.

"Non Naufla-nya mana?" Bisik Karina setengah memberi isyarat pada pelayan yang ada di kejauhan sana.

"~Sekaraang juugaa. Seekaraang juugaa~."

"Non Karina tahu? Non Naufla itu nangis sama gelisah dari kemarin karena ga ada non Karina terus di rumah."

"Non Naufla nyari-nyari non Karina, non stop!" Imbuhnya berbisik ditengah kegaduhan para baby sitter yang mulai bernyanyi bersamaan.

Karina sontak tergagu menatap kaku ke kanan ke kiri, bahnya mengangkat kala tak percaya mendengar bisikan itu. Perlahan matanya menatap pada Naufla, entah kenapa dirinya merasa sangat bersalah.

"Non Nauuf. Hai!" Ucap Karina menghentikan suara gaduh tak jelas yang sama sekali tak digubris Naufla.

"Hiks. Hiks. Babaa. Hiks. Babaa. Huuu. Baba puulaang. Huu." Naufla menangis begitu pelan, bahkan nyaris tak terdengar jika saja ada suara gaduh sedikit.

"Dedek? Dedek Nauf kenapa nangis, sayaang?" Sontak Karina melotot, kakinya berjalan cepat, segera dirinya berlutut di samping tubuh gadis kecil ini.

"Mau tante Karina. Hiks. Mau disuapiin. Huuu." Naufla belum sadar disini ada Karina.

Karina membeku seiring mendongak. Dengan lamban kepalanya berputar menatap pada para pelayan.

Keinginan Naufla mungkin sangat tak berbobot, tak penting untuk orang, namun beda cerita untuk Karina. Sungguh Karina mencelos dibuatnya. Betapa keinginan Naufla begitu tulus.

"Hei! Haai. Ini, ini tante Karina!" Ucap Karin sebisa mungkin bernada ceria.

Dengan lembut Karina meraih kedua bahu Naufla, mencoba mengarahkan tubuh gadis kecil ini padanya. Perlahan kedua tangan Naufla turun dari wajahnya, membuat Karina bisa melihat jelas, keduanya saling memandang.

My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu