7

5.2K 722 91
                                    

Boleh banget kalian coba dukung satu bab di karyakarsa dulu buat spoiler perbedaannya. Lebih suka baca lengkap di Google Play? Bissaaaa!

❤❤❤

"Ga, mama kamu nggak suka sama aku. Nggak cuma itu, tiap hari mama kamu marah-marah ke aku karena hal sepele."

"Kalo itu hal sepele, terus kenapa kamu besar-besarkan?"

"Aku nggak besar-besarkan masalah, Ga. Tapi sikap mama kamu bikin aku tertekan. Mama selalu ungkit-ungkit kesalahan aku dan tadi mama kamu ngatain aku. Ngatain kalo anak ini bukan anak kamu," adu Sofia, seraya memegangi perutnya.

"Mama udah tau tentang kehamilan kamu, Sof. Mana mungkin Mama bilang gitu?" bantah Dirgantara.

Tangis Sofia semakin keras. Perutnya terasa kram sekarang. "Ya, karena kamu nggak denger, Dirga. Hanya karena kamu nggak ngerti apa yang terjadi, bukan berarti kamu bisa belain mama kamu."

"Mamaku, Sof, tentu aku belain. Memangnya apa yang mesti aku lakuin?" tekan Dirgantara. Kedua tangannya mengusap rambut dengan kasar.

"Aku nggak nyangka kamu bisa ngomong kayak gitu," lontar pria itu. "Kamu tau, Qirani nggak pernah sekali pun ngomong jelek tentang Mama. Dia sangat menghormati Mama. Tapi, kamu ...."

Hati Sofia seakan dirobek pedang tak kasat mata. "Qirani bukan istri kamu!"

"Dia bukan istri aku tapi bisa lebih baik dari kamu," cetus Dirgantara. "Seharusnya kamu yang jadi istri aku bisa lebih baik. Bukannya malah ribut dan jelekin Mama!"

"Justru karena baru jadi pacar, Qirani bisa keliatan manis. Coba aja kalo dia yang jadi istri kamu. Pasti juga nggak akan tahan sama mama atau adik kamu!"

"Cukup, Sofia!" hardik Dirgantara. "Aku capek seharian ini ... urusan kerjaan, kampus. Jangan nambah pikiran aku."

"Bukan cuma kamu, Ga. Aku juga bisa capek."

"Nggak ada yang minta kamu kerja."

Sofia menatap suaminya dengan mata yang basah. "Aku kerja buat ngehindar dari keluarga kamu," desisnya.

Kedua tangan Dirgantara mengusap wajah sendiri. Dia mengerang kesal dan duduk di tepi ranjang. Mendongak, Dirgantara mengajukan tanya. "Mau kamu apa?"

Beberapa saat Sofia hanya terisak kemudian berani mengutarakan isi hatinya. "Kita pindah dari sini."

Kepala Dirgantara menggeleng.

Sofia berjalan mendekat. "Kita ke rumah kamu aja, Ga."

"Nggak bisa."

"Kita udah nikah, Ga. Lebih baik kita hidup mandiri tanpa campur tangan siapa pun." Sofia memegang kedua tangan suaminya yang masih duduk di tepi ranjang. "Ayo, Ga. Kita bisa atasi ini berdua. Kamu punya rumah. Aku mohon sama kamu. Aku nggak mau di sini."

Dirgantara menarik kedua tangannya dan beranjak. "Lebih baik kita tetep di sini."

"Kenapa?!" tuntut Sofia, menangis lagi. "Sebelum kita nikah, kamu beberapa kali nempatin rumah sendiri. Kenapa sekarang justru kamu nggak mau tinggal di sana?"

Teringat sesuatu, Sofia merasakan hujaman lain pada sanubarinya. "Oh," Sofia mengangguk, "rumah itu mau kamu kasih ke Qirani, 'kan?"

Melangkah maju, Sofia memukuli Dirgantara. "Kenapa kamu tega sama aku, Ga? Aku hamil anak kamu. Di sini aku sengsara, kamu tau itu tapi diem aja."

Dirgantara meraih tubuh Sofia dan mendekapnya. Membiarkan wanita itu menangis sejadi-jadinya. Dia masih belum berdamai dengan kenyataan. Tak bisa menerima fakta bahwa Sofia adalah istri yang mengandung darah dagingnya. Sementara jauh di lubuk hati Dirgantara tak pernah putus mencintai Qirani.

"Nanti aku ngomong sama Papa," lirih Dirgantara. Tangan kirinya masih mendekap tubuh Sofia dan tangan lainnya mengusap pelan kepala belakang wanita itu.

Sedangkan Sofia tak mampu menanggapi pernyataan suaminya. Tangis wanita itu tak mau berhenti. Dia lelah jiwa dan raga. Pernikahan bahagia seakan jauh dari jangkauannya.

❤❤❤

Baca duluan di KaryaKarsa. Sudah update hingga bab 20!

 Sudah update hingga bab 20!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SofiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang