"Ya, kau tentunya sudah melewatkan sesuatu, karena kau tidak pernah mendengarkan perbincangan orang-orang sekitar bukan?"

"Pangeran, aku sungguh tidak mengerti," jawab Kyran cepat.

"Hahahaha. Kyran, ini tentang istriku." Bardia mulai merangkul pundak Kyran.

"Istrimu?"

"Istri baruku."

'Lagi?' batin Kyran. "Jika itu yang sedang diperbincangkan, maka itu bukan berita baru. Karena anda, pangeranku sudah sering sekali menikah."

Bardia tertawa puas. Ya, selama 32 tahun ia hidup, ia sudah memiliki 8 istri. Jika ia mengatakan akan ada istri baru, sudah dipastikan bahwa wanita itu akan dijadikin istri ke 9, selir ke 9-nya. Entah apa yang membuat pangeran itu lebih mencintai wanita daripada ikut berperang bersama ayahnya.

Darah yang mengalir mungkin tidak membuktikan segalanya. Sang Pangeran sama sekali tidak terlihat menyukai pertempuran, dimana ayahnya sudah mati-matian berjuang untuk mempertahankan kejayaan dari kerajaannya. Berbeda dengan Kyran, yang haus akan pertempuran dan siap menjadi orang paling depan untuk menjaga Persia.

"Kalau begitu saya ucapkan selamat untukmu pangeran."

"Hahahaha. Terimakasih Kyran, Istri baruku akan datang seminggu lagi. Kau harus ada saat itu tiba," tegas Bardia.

Kyran hanya memberikan senyumnya kepada sang pangeran. Ia lalu melanjutkan tujuannya memasuki istana setelah sang pangeran kembali kepada wanita yang tadi di peluknya, entah selir yang keberapa, Kyran tidak pernah menghapalnya.

Para pengawal membukakan pintu untuknya ketika ia melewati pintu utama, ruangan besar yang dihiasi pilar-pilar tinggi dan tirai berwarna keemasan menjadi pemandangan pertamanya, namun ia disana bukan untuk mengagumi kemewahan dari ruangan itu, melainkan mencari sang pemilik kerajaan. Raja Dariush.

"King Dariush." Kyran membungkukkan badanya ketika melihat laki-laki berjubah emas dengan rambut dan jenggot yang sudah memutih.

"Kyran, akhirnya kau datang." King Dariush langsung memberikan pelukannya kepada Kyran, ia sudah menganggap Kyran lebih dari sekedar panglima perang terkuatnya. Jika saja darah bisa diganti, ingin sekali rasanya ia menukar Bardia dengan Kyran.

"Tuanku. Aku langsung kesini setelah menerima panggilan anda."

"Ya.. Ya.. aku ingin mendengar bagaimana perkembangan tentang Mesir." King Dariush merangkul bahu Kyran dengan penuh kebanggaan, seraya berjalan menuju beranda. Mengambil cangkir emas berkaki yang berisi anggur dan memberikannya kepaa Kyran lalu mengambil satu lagi cangkir untuknya.

"Mata-mata kita mengatakan, Mesir bergerak ke daerah Sparta, mencari bantuan untuk menjatuhkan Persia. Mereka telah bersekutu, aku dengan Mesir mengirimkan banyak sekali gandum untuk bangsa Sparta saat ini, akan lebih baik jika kita mencegat kapal berisi gandum itu. Mereka harus tahu bahwa Persia tidak akan takut pada persekutuan mereka."

King Dariush tersenyum bangga. Inilah yang membuatnya menyukai atau mencintai semangatnya Kyran, Gagalkan rencana musuh agar musuh tahu kekuatan dari Persia yang sebenarnya. "Bagus, aku izinkan kau bergerak lusa. Bawa prajurit terbaikmu."

"Terima kasih tuanku."

King Dariush terdiam sejenak sebelum bertanya kepada Kyran. "Berapa usiamu saat ini?"

"35 tahun, King Dariush"

"Apa kau tidak berniat mencari istri, Kyran?"

Kyran tersenyum, ibunya juga sudah menanyakan hal itu, sering sekali menanyakan hal itu. "Hidupku hanya untuk bertempur di medan perang tuanku, aku tidak mau menikah."

WARLORD'S FATETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon