BAB 21 : MEET HIM AGAIN

Comincia dall'inizio
                                    

.

Natasha beserta kedua pengikutnya kini telah sampai didekat perbatasan hutan, dalam beberapa menit, mereka akan keluar dari hutan tersebut. Namun, saat ketiganya sedang asyik berjalan, tiba-tiba ada beberapa pria dengan baju urak-urakan mengepung mereka dari segala sisi. Jika dijumlahkan mungkin ada sekitar 6 pria saat ini.

Natasha sebenarnya sudah sadar bahwa sedari mereka memasuki hutan Sylphet, ada beberapa orang yang sepertinya sekelompok bandit mengikuti mereka sampai ketengah hutan, namun tidak sampai ke gua yang tadi mereka bertiga temukan. Tetapi Natasha tidak ambil pusing dengan itu sebab bagi gadis itu, cecunguk seperti mereka tidak perlu dihiraukan.

Natasha memandang rendah kearah para bandit yang mengepung mereka, sedangkan Chloe berdiri ketakutan dibelakang Natasha dan Gilly yang sudah dalam posisi bersiap untuk menyerang dengan pedangnya yang sudah mengeluarkan angin.

"Hei! Ini adalah wilayah kami! Berikan barang berharga kalian atau kalian tidak akan selamat keluar dari hutan ini," ancam sang ketua bandit yang memiliki badan tinggi kekar dengan kepala pelontos nya.

"Pergilah cecunguk, saat ini aku sedang tidak dalam mood yang baik untuk meladeni kalian!" ujar Natasha mengeluarkan aura dingin.

Sialan! Beraninya mereka menggangguku yang sedang datang bulan ini! Rutuk Natasha kesal sebab merasa pemb*lut kuno ini sudah tidak akan lama lagi bisa bertahan sebelum bocor.

"Kau gadis sombong! Beraninya berbicara kurang ajar padaku! Semuanya, bunuh kedua orang itu dan sisakan si gadis sombong untuk jadi mainan kita nanti!" perintah kepala bandit pada bawahannya yang hendak langsung menyerang.

Disaat para bandit itu hendak menyerang, tiba-tiba entah darimana sosok bertudung yang kemarin ditemui Natasha muncul ditengah-tengah mereka diikuti oleh pengawalnya yang juga muncul secara tiba-tiba.

Orang itu! Batin Natasha terkejut.

Tanpa menunggu lama, sang pengawal pria bertudung tadi langsung berdiri didepan Natasha sedangkan pria misterius itu langsung mengeluarkan sihirnya yang tidak mengerti apa itu tiba-tiba melahap keenam bandit itu entah kemana.

Sang pengawal kini berada tepat didepan Natasha, saat ia hendak mengucapkan kata-katanya, Natasha menendang bagian tengah selangkangan pengawal itu dengan keras sampai-sampai ia terduduk lemas.

"He-hei! Inikah ucapan terimakasih anda pada orang yang sudah menyelamatkan anda?" tanya pengawal itu dengan emosi.

"Lihatlah," balas gadis itu sembari menunjuk kearah belakang pengawal itu.

Pengawal itu langsung membalikkan badannya untuk melihat apa yang gadis tidak sopan itu tunjuk, dan ia langsung terkejut sebab disitu sudah terdapat sebuah busur panah sihir yang memiliki racun kuat tertancap cukup dalam di tanah yang dipastikan itu datang dari arah depannya tadi.

"Ka-kau! Kau sudah sadar?" tanya pengawal itu pada Natasha.

"Tentu saja, aku pemilik sihir sensorik, dan masih ada 3 orang yang saat ini sedang bersiap menembaki kita,"

"Jadi tuan..." ucap Natasha pada orang misterius itu.

Pria misterius yang seakan sudah tahu maksud Natasha langsung mengeluarkan sihirnya lagi dan ketiga orang yang sudah siap menembak menggunakan panah langsung hilang dilahap oleh sihir sang pria misterius.

"Terimakasih, dan sampai jumpa!" kata Natasha sembari melanjutkan perjalanannya sebab saat ini yang ia pentingkan adalah mengganti pemb*lutnya.

Kedua pria yang ditinggalkan sendiri oleh seorang gadis bangsawan arogan diikuti oleh dua pengikutinya itu kini masih berada ditempat tadi mereka menghilangkan para bandit itu.

"Tuan! Kenapa kita harus membantu nona arogan itu? Lihatlah dia begitu tidak tahu diri setelah kita bantu," tanya sang pengawal pada tuannya.

"Entahlah, mungkin aku sedang bosan. Dan lagi, bagaimana bisa kau tidak menyadari busur itu? Apa pelatihan dariku sejauh ini masih kurang?" tanya sang pria misterius yang wajahnya ditutupi oleh tudung.

"Ti-ti-tidak tuan, hamba akan berlatih lebih keras lagi!" ujar sang pengawal.

"Tapi, apakah menurut tuan, gadis itu yang telah membuat sihir ilusi di gua tadi?" tanya penasaran sang pengawal.

"Ya, kurasa begitu," jawab singkat tuannya.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan? Bukankah gua itu juga merupakan salah satu target tuan?" tanya kembali sang pengawal.

"Biarlah, gua itu sudah tidak menarik lagi bagiku,"

"Sebab saat ini,"

"Ada yang jauh lebih menarik," gumam pria misterius itu disertai senyuman yang sama misteriusnya.

THE HEARTLESS ANTAGONISTDove le storie prendono vita. Scoprilo ora