22. Kembali Pada Tempatnya

Start bij het begin
                                    

  "Kau sendiri? Kau baik baik saja, kan?" Tanya Yohan.

    Wooyoung tertawa, "gapapa, cuma trauma kepala pas jatuh dari lereng sama San pas itu. Yunho dapet luka bakar dibeberapa bagian tubuhnya tapi dia nggak apa apa. Yeosang sempet kena infeksi saluran pernapasan tapi setelah para dokter baik itu merawat dan mengobatinya, dia perlahan sembuh. San juga baik baik aja, cuma memar sama cedera tulang rusuk. Raga baik baik aja, cuma traumanya yang mungkin agak butuh waktu buat sembuh. Para dokter bahkan harus mekepas snelli putih mereka dan menggunakan pakaian desa agar tidak terlihat seperti para ilmuwan di laboratorium itu saat mengobati kita. Beliau semua sangat mengkhawatirkan psikis kita."

  "Terus sekolah gimana?" Tanya Yohan.

  "Sekolah ditutup untuk beberapa waktu oleh para tentara. Mereka mengintrogasi guru mana yang ikut andil dalam tragedi disengaja itu, mereka juga mengintrogasi Pradana dan menemukan semua antek anteknya dan menahannya untuk mendapatkan hukuman yang setimpal. Pokonya semua udah kembali pada tempatnya. Cuma perlu waktu buat bilang kalo semua udah baik baik aja." Jawab Wooyoung.

  "Kasus ini selesai." Kata Yohan.

  "Aku kaget banget karena Changbin menyadarinya. Kalo biusnya ada di kayu yang terbakar." Kata Wooyoung.

  "Aku juga kaget." Balas Yohan.

  "Tapi bagaimana pria dan wanita tua itu tak pernah melihat setannya?" Tanya Wooyoung.

  "Mereka menggunakan dedaunan kering untuk menyalakan api, disisi lain, luweng yang mereka gunakan ada diluar rumah, pasti angin lebih dulu menerbangkan asap beracun itu sebelum masuk ke dalam rumah." Jawab Yohan, lalu dia mendongakkan kepala, "butuh banyak waktu sebelum kita siap menagih dari apa yang Yeosang janjikan."

    Wooyoung tak menjawab dan hanya mengangguk.
 
 
.
.

 
    Yohan diizinkan untuk pulang dari puskesmas beberapa hari kemudian, tujuan pertama Yohan langsung mendatangi Serim yang kini hanya bisa duduk di kursi roda. Ketika mendapati ketua ekstrakurikuler nya itu datang menjenguknya, Serim justru memamerkan senyum lebarnya sambil berkata, "maaf, ya, Yohan? Aku kayaknya nggak bisa ikut turnamen lagi."

    Yohan mendekat dan bersimpuh di depan Serim, "nggak apa apa," kata Yohan, "karena kamu bakal terus jadi anggota ekstrakulikuler taekwondo yang paling aku banggain. Gausah minta maaf, tetaplah ikut ekstrakurikuler sepulang sekolah karena aku bakal tetep ngabsen kamu."

    Serim ketawa, "iya, Han. Aku juga bakal tetep nungguin kamu di gerbang sekolah dan nyatet namamu di buku kenakalanmu yang baru kalo sampai kamu telat lagi."

  "Aku bakal nungguin stempel warna merah dari kamu, sih." Yohan ikutan ketawa.
  
 
. . . Tuhan, entah berapa tetes kesabaran yang engkau berikan ketika menciptakan anak ini. Karena sungguh, dia adalah orang pertama yang tetap menunjukkan senyumnya padaku ketika dia mengetahui dengan jelas betapa memprihatinkan keadaannya. Hampir semua engkau renggut darinya dan dia tetap merasa jika dia adalah orang paling beruntung di dunia. Aku sangat malu karena tak pernah sekalipun bersyukur dengan apa yang engkau titipkan pada tubuh ini."
 
 
  "Yohan, kamu ngelamun? Ngelamun atau kesurupan?" Tanya Serim.

  "Aku meditasi." Balas Yohan.

  "Dih." Respon Serim.

  "Yaudah, aku pulang dulu." Pamit Yohan sambil berjalan pergi dari sana.

  "Akhir akhir ini, Yeonjun suka makan gorengan sama dawet serabi." Serim tiba tiba berbicara.

  "Apa apaan, anjir?" Tanya Yohan.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 : Jejak Kaki SetanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu