13

108 10 1
                                    

Rupanya Ara memanfaatkan kelengahan dayang itu untuk melarikan diri.

Ia segera berdiri dan langsung bergegas keluar mencari sang putri.

***

Disisi lain, kini Ara tengah mengendap-endap di antara para penjaga di istana ini.


Dan sepertinya Dewi Fortuna tengah berpihak pada Ara, buktinya hanya sedikit penjaga yang ada di sekitar kamarnya.

Awalnya semua berjalan lancar, hingga tiba-tiba

"Yang mulia ?!"
Dayang yang tadi berada di kamarnya Ara memanggil, lebih tepatnya meneriaki Ara.

Merasa dipanggil ara pun berbalik. Semua dayang dan penjaga yang mendengar panggilan itu menoleh ke arah dayang itu lalu ke arah Ara.

Ara memandang semua penjaga sebelum berbalik dan akhirnya berlari ke sembarangan arah.

Aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan. Ara berlari kesana-kemari membawa alamat azeeekk....

Lu pada kagak usah nyanyi ege ! -author

Ara terus berlari masuk ke pintu yang satu dan keluar dari pintu yang lain.

"Yang Mulia tunggu. Astaga, Yang Mulia jangan lari-lari, itu bahaya untuk kesehatan Yang Mulia ?!"

Teriakan dayang² itu tak diindahkan oleh Ara. Ia terus berlari bahkan semakin menambah kecepatan berlari nya.

Ketika Ara menoleh ke belakang ternyata para dayang dan penjaga itu masih terus mengejarnya.

Ara terus berlari hingga tiba di depan halaman istana.

"Hah ? Istana Apaan nih? Kok aneh banget ? Semuanya keliatan aneh banget anjir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hah ? Istana Apaan nih? Kok aneh banget ? Semuanya keliatan aneh banget anjir." Monolog Ara seraya memperlambat langkahnya.

" Kalau gw nggk mimpi ini apaan dong ? Atau jangan-jangan..."

Langkah Ara berhenti begitu menyadari sesuatu. Dia mengingat perkataan wanita yang ada di mimpinya itu. Dewi Anjani.

"Oleh karena itu, aku akan membawamu pada masa lalu. Dimana tidak ada seorangpun yang kau kenal, tidak ada internet, handphone, dan barang-barang modern lainnya."

"Kita akan pergi ke masa kerajaan. Tepatnya dimasa kerajaan selaparang." Lanjutnya.

Sial. Apakah hal yang dipikirkan Ara benar ? Jangan bilang ia sekarang ada di masa kerajaan selaparang, seperti yang dikatakan Dewi Anjani di mimpinya ?

Oh astaga, rasanya Ara ingin menangis saja sekarang. Kepalanya pusing dan sekarang ia dipaksa untuk memikirkan, Dimana ia berada ? Bagaimana ia bisa sampai disini ?

Akhhhhhhhh rasanya kepala Ara akan pecah.

Melihat sang putri, alias Ara berhenti mendadak membuat semua dayang dan penjaga yang ikut mengejarnya tadi ikut berhenti mendadak.

Bahkan sampai ada yang saling tabrak.

"Nggak, nggk mungkin. NGGK MUNGKIN ?!" teriak Ara membuat semua yang di sekitarnya terlonjak kaget.

Ara berbalik menatap mereka semua -dayang dan penjaga- dengan tatapan tajam nan mematikan miliknya.

"Kalian siapa sih ? Mau ngeprank ya ? Nggk lucu tau. Kalau mau ngeprank mending prank orang yang lu pada kenal, Jan sama gw. Gw nggk kenal sama lu pada. Mana sok² an pakek baju kek gtu lagi. Biar apa ? Biar gw percaya kalau gw ngalamin time travel kek yang di novel² itu ? Jan Ngadi-ngadi deh ?!"

Ara terus berbicara panjang lebar. Mengomeli mereka yang tak tahu apa-apa.

Buktinya selama Ara mengomel dan berteriak tak karuan, layaknya pasien RSJ. Mereka semua hanya menunduk dalam diam dan sesekali menatap Ara dengan tatapan yang seakan mengatakan

'sehat mbak ?'
'Obatnya abis ya mbak ?'

Dan masih banyak tatapan aneh yang mereka layangkan pada orang aneh yang sesungguhnya.

"Huft, jadi kenapa lu semua pakek baju begini ? Ada acara apaan ? Dan siapa yang berani² nya gantiin baju gw ?!" Teriak Ara setelah puas mengomel.

"Ampure Yang Mulia tapi, apa maksud Yang Mulia ? Dan bahasa apa yang Yang Mulia gunakan ? Itu terdengar emmm sedikit, aneh ?"

Tanya salah satu dayang dengan ragu dan berhati-hati.

"What ? Seriously guys ?"

"Jadi dari tadi gw ngomong panjang kali lebar kali alas kali tinggi, dan kalian nggk ngerti ? Huftt." Ucap Ara dengan tampang frustasi.

"Ooh astaga, astaghfirullahaladzim huftt. Oke Ara, inget lu itu anak baik, anak polos, anak Solehah, anak Pinter. Inget, lu itu baik, pinter, Solehah, rajin menabung dan tidak sombong. Dan yang paling penting lucu imut dan menggemaskan."

Gumam Ara berusaha menenangkan diri sendiri padahal jiwa sikopetnya sudah meronta-ronta.

"Gini aja, kenapa kalian pakek baju kek gtu ?" Ulang Ara.

"Seperti apa Yang Mulia ? Bukankah ini adalah baju yang biasanya kami pakai ?" Jawab dayang dengan bingung.

"What ? Jadi maksud kalian, ini pakaian sehari-hari kalian ?" Tanya Ara yang dibalas anggukan oleh mereka semua.

"Shit! Sekarang tahun berapa ?" Tanya Ara.

Semakin mengundang tatapan aneh dari mereka semua.

"Ada apa Yang Mulia, mengapa tiba-tiba menanyakan tahun ?"

"Udah jawab aja apa susahnya sih ?!" Tanya Ara ngegas. Membuat sebagian dari mereka terlonjak kaget.

"Hmmmm sekarang sudah tahun 1505 Yang Mulia." Jawab salah satu dayang dengan penuh hormat.

Berbeda dengan Ara yang rasanya ingin pingsan saja.

"1505 ? Oh astaga kepala gueeee." Seketika tubuh Ara langsung lemas.

"Astaghfirullah Yang Mulia." Panik para dayang. Merekapun bergegas membawa Ara yang sudah lemas menuju kamarnya.

***

Assalamualaikum
H

i hi hi epribadeehhh lipia kambeeekkk


Heuh setelah setahun lipia nggak up akhirnya up juga. Jadi disini lipia ingin memintamaaf dan berterimakasih.

Maaf soalnya lipia udh lama banget nggak up, dikarenakan kemaren abis ujian dan bulan" ini emang agak sibuk.

Dan Terimakasih  buat kalian yang udh mau baca cerita abal" ku ini.

Juga Welcome to my  story lipia ucapin buat yang baru mampir di lapak lipia.

Bubaaayyyyyy
Salam sayang, lipia 💛💛

The PrincessWhere stories live. Discover now