Part 1

19 0 0
                                    

"Maaf ya, saya ga bermaksud mencampuri urusan pribadi kalian. Tetapi ini menyangkut pekerjaan, Dhan. Kamu kan tau sendiri Naya itu siapa. Dia sepupu CEO perusahaan kita, Pak Hartono. Ditambah disini banyak "orang-orang"nya beliau, kalau berita mengenai hubungan kamu dan Naya sampai ke telinga beliau, siapa yang bisa jamin kamu ga bakal diPHK? Yaa sebenernya gapapa sih, cuma saya tau kelakuan kamu Dhan. Kalo Naya cuma jadi mainan kamu selanjutnya, jangan. Dia bukan cewe sembarangan yang bisa kamu mainin. Kalo kamu mau serius, ya seriusin. Saya cuma khawatir aja".

Itulah kalimat panjang lebar yang ku dengar dari ruangan sebelah. Di dalam sana, pacarku sedang "disidang" oleh Pak Yunus, kepala divisi Research and Development. Tadi beberapa menit sebelum jam pulang, ia dipanggil untuk menghadap Pak Yunus diruangannya. Ku pikir mengenai pekerjaan, benar sih mengenai pekerjaan, tapi ujung-ujungnya tetap menyangkut urusan pribadi alias hubunganku dengannya.

Dhanu Adilingga. Seorang duda satu anak berumur 30 tahun itu adalah pacarku. Ia merupakan salah satu staff di divisi R&D perusahaan tempatku bekerja. Ya, aku berada di satu divisi dengannya hanya beda fokus pekerjaannya saja. Lagipula ia sudah termasuk senior di divisi ini sedangkan aku baru saja menjadi karyawan baru sekitar 4 bulan lalu.

Jika kalian mengira bahwa kami terlibat cinta lokasi atau cinta pada pandangan pertama, kalian salah besar. Aku dan Dhanu baru memulai hubungan ini sekitar sebulan yang lalu. Meskipun memang sejak hari pertama aku masuk kerja Dhanu sudah menel dan agresif mendekatiku, tapi aku tau dengan pasti lelaki macam apa Dhanu ini. Ia adalah tipe buaya buntung yang haus mencari mangsa, yang menjadikan wanita hanya sebagai permainan saja. Terlebih aku, bukan tipe wanita yang dengan mudahnya menjatuhkan hati kepada sembarang pria, apalagi yang tipenya seperti Dhanu. BIG NO. Sudah ku tanamkan sejak awal aku harus berhati-hati pada lelaki ini.

Setiap malam Dhanu selalu mengirim pesan whatsapp padaku. Ia mendapat nomorku dari grup R&D sesaat setelah aku bergabung. Awalnya aku risih dan jelas illfeel sekali pada Dhanu. Tapi ia tak pernah bosan mengirimiku pesan bahkan tak segan menelpon suara atau video. Akhirnya aku mengalah dan ya sudah ku ladeni saja sambil ku perhatikan apa mau nya si buaya buntung ini.

"srrrt", suara pintu yang terbuka itu sontak membuatku menoleh dengan refleks. sepersekian detik kemudian Dhanu muncul disana dengan wajah yang tak biasa, wajah yang kutau dan yakin pikirannya sedang rumit sekarang.

"Yuk pulang yang", ajak Dhanu yang membuatku mengangguk dan menghampirinya. Kami berjalan beriringan dari ruangan hingga tempat parkir, tapi Dhanu belum mengucap sepatah kata pun. Akhirnya aku memberanikan diri untuk memulai obrolan.

"Tadi Pak Yunus ngobrolin apa yang?", tanyaku setelah beberapa meter motornya berjalan.

"Ngomongin kita", jawab Dhanu singkat.

"Lah serius? kok kita? katanya soal kerjaan", aku pura-pura tidak tau.

"Serius, ya intinya sih Pak Yunus khawatir sama kita. Ntar deh ya kita obrolin di rumah kamu aja"

"Oh yaudah kalo gitu".

Sesampainya dirumahku, aku langsung memintanya untuk menjelaskan.

"Jadi, sebenernya Pak Yunus itu ga setuju sama hubungan kita. Ya dia taulah aku ini cowo brengsek, dia takut aku nyakitin kamu atau cuma jadiin kamu mainan aja. Ini tuh nyangkut sama sepupu kamu juga sih. Kalo sampe Pak Hartono tau hubungan kita, terus dia ga suka, kan bisa aja aku terancam kehilangan pekerjaan".

"Ya ga mungkinlah lagian sepupuku setega itu. Profesional aja dong harusnya, toh walaupun kita sedivisi tapi kan beda jobdesk, beda ruangan juga, selama ini juga ga ngeganggu kerjaan kita kan. So fine fine aja sih menurutku. Mas Tono ga bakal seniat itu sih ngurusin hidup aku yang".

"iya tapi tetep dong aku kepikiran yang. Bayangin kalo hal terburuk yang terjadi, misal aku beneran dipecat gimana? Aku udah kerja enak terus aku harus cari kerja lagi yang ga tau perusahaan mana yang mau ngambil aku buat jadi karyawannya. Ntar aku udah kehilangan pekerjaan trus ditambah kehilangan kamu. Hancur dong hidup aku yang kalo kaya gitu".

"udah kamu tenang aja sih yang, urusan Mas Tono biar aku yang tanggung. Kalo emang dia bakal ngusik kamu, aku yang bakal ngomong langsung ke dia buat jangan ngelakuin hal kaya gitu", dengan begitu percaya dirinya aku berkata seperti itu seolah tak ada beban. Namun Dhanu hanya menjawab "tau lah pusing" lalu diam setelahnya, kedua tangannya menopang kepalanya yang tertunduk penuh beban. Aku yang tak tega melihatnya pun hanya bisa mengelus rambutnya sampai ke punggung. Beberapa menit kemudian ia menoleh padaku dan mengatakan "kita putus aja ya".

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 07, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HANYUTWhere stories live. Discover now