›› Kazehaya Tatsumi ❜

217 23 7
                                    

🖋️ — ◌ೄ◌ྀ ˊˎ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖋️ — ◌ೄ◌ྀ ˊˎ


Suara bising tetes air hujan yang menghantam bumi menghilang dan menjadi hening seketika begitu ia melompat ke dalam pintu yang menganga terbuka. Suasana temaram malam hari yang tadinya mendominasi digantikan oleh gelap gulita saat ia berbalik, membelakangi satu-satunya ventilasi baik udara maupun cahaya di bangunan tersebut.

Gelap, seperti Sang Tuan Rumah.

Langkah kaki yang menginjak tangga batu menimbulkan suara ketukan yang menggema. Cahaya jingga yang terpantul di dinding bergerak-gerak seiring cahaya lilin lincah menari-nari dibawa turun.

Tangga yang terus berputar-putar seolah tanpa akhir tidak melunturkan segala ketegasan dalam tiap langkah kakinya. Getar atau lengah tidak nampak barang sekilas, dan suara ketukan terdengar selaras tanpa beda jeda waktu walau hanya sedetik.

"Di sini ...."

Gumam rendah keluar dari bibirnya begitu dirinya sampai di depan sebuah pintu kayu.

Tiga ketuk pintu memecah keheningan abadi di sana. Kabut tipis dan suara air yang menetes bukanlah hal yang aneh dan mengganggu.

Yah, ini adalah bawah tanah sebuah menara, bagaimanapun juga.

"Siapa?"

Bisik dalam bahasa yang asing terdengar dari balik pintu.

"Ini aku."

Suara lainnya menjawab pelan, dalam bahasa yang sama.

Pintu berayun terbuka setelah beberapa menit keheningan panjang. Api dari lilin yang dibawa di padam seketika, menyisakan garis asap panjang.

"... apa yang kamu butuhkan?"

"Bantuanmu."


🖋️ — ◌ೄ◌ྀ ˊˎ


Angin sepoi berhembus masuk ke dalam ruangan melalui jendela yang terbuka. Lembaran kalender di dinding yang melambai-lambai ditiup angin tidak memberikan suara gemerisik sama sekali, dan daun cokelat hilang klorofil yang terbang masuk tidak mengganggu keheningan di dalam ruangan tersebut.

Suara ombak laut ataupun lonceng angin yang digantung di atas jendela tidak berani mengeluarkan suara sedikitpun untuk memecah sunyi di ruangan.

Sang pemilik ruangan, duduk di kursinya sambil membaca buku tebal dalam kesenyapan hakiki.

Terdegar sangat hening, tapi itu bukanlah hal yang tidak biasa bagi gadis itu.

Sang empunya ruangan tidak kurang dari terbiasa dengan suasana hening ini. Jemarinya asyik membalik lembaran buku di pangkuannya. Iris yang menunjukkan ketertarikan besar tampak sama sekali tidak peduli, bahkan nyaman dengan keheningan tersebut.

『 𝕃𝕖𝕥𝕥𝕖𝕣 𝕗𝕣𝕠𝕞 𝕥𝕙𝕖 ℙ𝕒𝕤𝕥 || BleυNσιɾ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang