15 :: Krisantemum

53 14 0
                                    

Yoongi mengumpat keras-keras tatkala sepasang irisnya menemukan Shea yang berjalan cepat menjejaki pelataran rumah. Ia segera menghentikan mobil dan melompat turun, mengayunkan langkah secepat yang ia bisa guna mengejar Shea. Namun melihat bagaimana gadis itu terus berjalan dan mengabaikan teriakannya, Yoongi jelas menyadari kalau amarah yang terlanjur tumpah ruah dalam benak Shea tak akan bisa membuat sang adik berhenti melangkah begitu saja.

"Shea, berhenti!"

Yoongi menggapai lengan Shea tepat satu langkah sebelum gadis itu menaiki anak tangga. Memutar paksa tubuh Shea agar menghadapnya dan merasakan bagaimana lidahnya berubah kelu ketika mendapati sepasang iris gadis itu yang tak lagi bisa ia kenali. 

"Kau harus pergi dari sini."

"Pergi?" Shea tertawa parau, berusaha menghempaskan cekalan tangan Yoongi pada lengannya. Kenapa dia harus pergi dan bersembunyi ketika setiap keping sisa-sisa hidupnya serta merta hancur di depan kedua matanya sendiri? Shea menggeleng cepat, balas menatap nyalang. "Tidak. Aku tak akan melakukannya, Yoong. Aku tak akan membuat iblis itu kembali menertawakanku."

"Kau tak bisa melakukannya! Banyak yang mengawasi rumah ini. Dia tahu kau akan datang!"

"Lantas jika aku pergi dari sini, apa yang bisa kau lakukan untukku!?" Shea balas berteriak, amarah kembali merebak cepat mengaliri kedua netranya yang berkilat tajam. Bersama napas yang tersengal di dada, gadis itu kembali berkata dipenuhi penekanan. "Selama ini kau terlalu pengecut untuk mengambil tindakan! Pada akhirnya, sejak dulu, harus aku yang bergerak dan mengorbankan banyak hal untukmu, Min Yoongi."

Yoongi menarik napasnya yang berubah masai, mencengkeram semakin erat lengan Shea, "Maka dari itu—kini biarkan aku melindungimu! Kau tak boleh masuk ke dalam sana."

Shea terdiam selama beberapa detik dengan irisnya yang menatap tajam, sebelum seringai mendadak muncul menghiasi wajah. Yoongi yakin dia pernah melihat seraut wajah serupa bertahun-tahun yang lalu, dan itu bukan pilihan bagus. "Aku tak peduli," Shea mendesis, terkekeh samar. "Bahkan jika aku yang mati aku tak peduli. Seharusnya aku memang sudah mati sejak dulu, bukan?"

Yoongi mengeraskan rahang, menyahut cepat, "Gunakan otakmu! Dia tak akan membiarkanmu mati begitu saja!"

"KALAU BEGITU BIARKAN AKU YANG MEMBUNUH DIRIKU SENDIRI, MIN YOONGI!"  Shea tahu kontrol pada tubuhnya telah terlepas tatkala satu tangannya yang bebas bergerak menyambar vas kaca berisi setangkai bunga, sebelum menghantamkannya keras-keras pada pegangan anak tangga hingga menyisakan bagian yang runcing, lalu dalam satu sekon cepat sebelum pemuda di hadapannya berhasil menyadari, Shea telah menggoreskan bagian runcing tersebut pada pergelangan tangan yang digenggam erat oleh Yoongi.  

"Kau gila!?" Yoongi berteriak murka, secepat yang ia bisa tangannya menyentak benda tersebut dari cengkeraman Shea hingga jatuh menghantam lantai dan hancur berkeping-keping. Namun Shea seolah tuli dan mati rasa, sebelah tangan gadis itu justru menyambar cepat serpihan kaca sebelum melepaskan tangan Yoongi dan berlari memacu langkah menaiki anak tangga, membuat Yoongi mengumpati segala hal dalam benak sebelum berlari mengejar Shea.

Yoongi barangkali terlalu terlambat untuk menyadari. Namun, ia tahu, pada detik ini, badai yang bersembunyi di balik punggung serta segala hal yang berputar pelik mendadak melebur menjadi satu bagian krusial. Yoongi mengerti kalau ia barangkali tak akan bisa menghentikan Shea. Sama seperti apa yang gadis itu katakan, pada akhirnya, Shea lah yang akan mengorbankan semuanya dan kembali mengotori kedua tangannya.

"Shea!"

Tuli, Shea jelas tak mendengar apapun lagi selain gemeretak amarah yang nyaris membakar habis sisa-sisa kewarasannya. Mengedarkan pandang setelah berhasil membanting pintu pertama yang dijumpainya, rasa muak mendadak merayap cepat ke dalam benak tatkala menemukan bagaimana ruangan yang dibencinya setengah mati tersebut nampak tak berubah setelah ia meludahinya beberapa tahun lalu. Ada sepotong kenangan mengerikan yang tertinggal di kamar ini. Begitu juga bagian-bagian mimpi buruk lain yang tumbuh mengakar dalam setiap dinding di rumah ini. Well, tidak, Shea meralat, tempat ini bukanlah sebuah rumah. Bagi Shea dan Yoongi, tempat ini adalah Neraka.

every cloud has a silver liningOù les histoires vivent. Découvrez maintenant