5. Leave-taking

606 99 13
                                    

Cahaya lilin berpendar dengan lembut, menemani Victor yang tengah membaca buku dengan tenang pada malam itu.

"Victor..."

Mendengar suara lirih itu, Victor pun menoleh. Dilihatnya sosok Niel yang berbaring di sofa merah dekat tungku, sudah tertidur. Victor pikir, bocah itu pasti mengigau dalam tidurnya.

Mengetahui Niel memanggil namanya dalam tidur, entah mengapa Victor senang.

Sebelumnya, Victor selalu tinggal sendirian di pondok ini. Itu membuatnya acuh dan tidak terlalu peduli dengan keadaan di dalam bangunan itu. Biasanya, buku yang ia baca berserakan di segala tempat, tungku api berdebu karena jarang terpakai, dan meja makannya tidak bisa digunakan karena terlalu berantakan.

Sekarang, keadaan di pondok itu lebih terawat. Karena Victor ingin Niel tinggal dengan nyaman.

Meski belum ada ranjang di sana, namun Victor sudah membeli selimut yang hangat untuk Niel. Ia juga mengumpulkan kayu bakar untuk tungku agar bisa menghangatkan dinginnya udara malam di sana.

Meja makan di sana kini lebih rapih. Di pagi hari, Victor biasa menyeduh teh herbal, Niel sangat menyukainya. Meskipun anak itu suka menambahkan gula terlalu banyak hingga rasanya terlalu manis untuk Victor.

Ketika matahari sudah lebih hangat, Niel biasa mengajak Victor ke kota untuk berjalan-jalan dan berbelanja untuk makan malam atau membeli benda ini-itu.

Lebih tepatnya, Niel mengajak Victor karena pria itu adalah dompetnya.

Lagipula Victor sama sekali tidak keberatan. Ia justru senang ketika Niel memintanya untuk membeli sesuatu. Uangnya menjadi lebih berguna.

Di malam hari, Niel akan berbaring di sofa merah yang ada. Lalu Victor menyalakan tungku api untuk membuatnya hangat. Niel akan berbicara tentang banyak hal, sementara Victor mendengarkan sembari membaca sebuah buku dengan tenang. Sampai pada akhirnya Niel akan tertidur.

Sama seperti malam ini.

Setelah tenggelam dalam pemikirannya, Victor memutuskan untuk menutup buku yang sedang dibacanya, lalu menghampiri Niel yang tertidur.

Victor berlutut di lantai kayu, memastikan tungku api bekerja dengan baik untuk membuat Niel tetap hangat. Cahaya oranye dari tungku itu membuat wajah Niel tampak hangat. Wajah tidurnya yang manis terlihat tenang dan murni.

Victor membenahi selimut Niel, berhati-hati karena takut membangunkannya. Ketika tatapan Victor jatuh ke lengan Niel, pria itu tertegun sesaat. Di sana, terdapat luka Niel yang sudah hampir sembuh.

Niel mendapatkan luka itu karena tergores ranting pohon di hutan ketika Crimson membawa mereka terbang dengan bersemangat. Hal itu membuat Victor merasa bersalah. Bahkan sesuatu di sudut jantungnya terasa menyakitkan. Ia menduga rasa sakit itu berasal dari Crimson yang juga menyesal melihat Niel terluka.

Untunglah Niel bukan seseorang yang cengeng. Itu membuat Victor menghela nafas lega. Niel bahkan tidak mengeluh kesakitan ketika Victor merawat lukanya.

Itu agak membuat Victor terkejut. Meskipun Victor tahu dari awal bahwa Niel adalah bocah pemberani yang penuh tekad, walau sedikit bodoh.

Victor mengetahui sifat Niel sejak awal pertemuan mereka. Sejak ia melihat sosok Niel yang bersikeras memanjat rak buku di Litrary.

Jika saat itu Niel jatuh, ia pasti mati. Dari situ, Victor bisa mengetahui bahwa Niel adalah seseorang yang berani mempertaruhkan nyawanya bahkan untuk hal-hal sederhana. Seakan nyawanya tidak begitu berharga.

Perseverance (BoyxBoy)Where stories live. Discover now