VI. Plans

176 22 3
                                    

Tawa Sarah memenuhi ruangan, Jun benci mengakuinya tapi suara tawa Sarah memang mirip salah satu hantu yang sering muncul di film-film horror itu. Keringat membasahi pelipisnya, sudah lama ia tidak membuka indra orang lain, setidaknya selama lima tahun terakhir ini.

"Sudah, reuninya?" Jun berdeham.

"Udah, om. Jadi gimana caranya kita bawa badan aku ke sini?"

"Kita yang harus nyamperin dia. Kalian nggak ada yang tau dia tinggal di mana?"

Semuanya menggeleng. Renjun teringat sesuatu, kejadian tempo hari setelah ulang tahun Somi.

"Om, dia tinggal di rumah lama Sarah. Waktu itu aku sama Jaemin sempet ke sana dan isi rumahnya bersih banget. Cuma di closet tempat Sarah meninggal, kaya bau banget gitu. Bau... Darah?"

"Berarti dia memang tinggal di sana. Kita ke sana sekarang juga."

"Sekarang banget, Om?" Haechan asal bertanya.

"Kalian mau malem-malem? Om sih nggak masalah."

"IYA OM SEKARANG KITA BERANGKAT, SAYA SETIRIN!!!" Haechan meraih kunci dari tangan Somi dan berjalan lebih dulu ke teras.

"Renjun, tolongin Om bawa beberapa barang."

Sarah mengekor di belakang Renjun, Jun membiarkan hal itu. Mereka menuju ke sebuah ruangan dipenuhi barang-barang yang terkesan antik dan mistis, tangan Jun meraih sebuah boneka usang lengkap dengan box transparan, sebuah buku dengan tulisan tidak terbaca dan gembok besar bertuliskan simbol aneh.

"Pegang."

Renjun menerima barang tadi dengan kengerian menyelimuti tubuhnya. Padahal sebenarnya keberadaan Sarah harusnya lebih menyeramkan dari boneka antah berantah ini. Jun berlanjut ke area halaman belakang, diikuti Renjun dan Sarah yang sekarang sedang melayang di atas mereka.

"Sar, lo bisa nggak jalan aja gitu? Gue nggak kebiasaan liat lo melayang, anjir."

"Namanya juga arwah, Njun." Jun menanggapi asal, dibukanya pintu halaman belakang. Matanya sibuk mencari-cari sesuatu. "Om mau nangkep ayam dulu."

"Ayam?"

"Iya, emangnya kamu mau pake tumbal orang?"

"E-eh... Nggak, Om..."

"Renjun tadi di mobil gue ngajak lo ngobrol tau!"

"Pantes gue kedinginan."

"Kenapa ya kalian nggak bisa denger gue tadi? Padahal Mark sama Jaemin bisa.."

"Mungkin alam bawah sadar lo ngerasa ada urusan yang belom selesai kali sama mereka?"

"Mungkin..."

Sembari menunggu Jun menangkap ayam, dua sepupu itu berbincang tentang bagaimana rasanya hidup di alam yang berbeda. Apa rasanya bisa melihat orang lain tapi tidak bisa dilihat oleh mereka, Sarah menceritakan semuanya sambil melayang-layang bak balon di udara. Renjun mulai terbiasa dengan itu semua. Tidak begitu lama, Jun kembali dengan menenteng tiga ekor ayam hitam di tangannya. Sarah ingin membantu membawa, sayangnya ia tidak bisa.

Lengkap sudah semua perbekalan yang diperlukan, mereka berangkat menuju rumah Sarah. Jun mengambil kunci mobilnya dari meja dan meminta Sarah untuk ikut di dalam mobil bersamanya. Masih banyak yang harus ia bicarakan dengan keponakannya itu, termasuk ritual yang sempat dilakukan oleh adik dan iparnya beberapa waktu lalu.

Perjalanan pulang ke kota terasa lebih cepat, entah karena mereka dipandu oleh Jun menuju jalan pintas atau hanya perasaan dan sugesti dalam diri mereka saja. Saat jam makan siang, mereka singgah sebentar di warung makan untuk mengisi perut sebelum nantinya bertempur melawan dedemit alias Sara. Pramusaji warung tampak kebingungan ketika mereka menyisihkan satu piring berisi makanan di tengah-tengah mereka.

TRAUMATIC [Na Jaemin]Where stories live. Discover now