TIGA ENAM || HARI KEBEBASAN

Mulai dari awal
                                    

Semua lengkap berkumpul diruang keluarga namun suasana nampak canggung tak ada yang membuka suara, begitupun dengan Alden dan Azka yang tampak tak bersemangat bahkan mereka memilih membolos pulang karena dikampus pun mereka tak bisa bertemu adik mereka.

Tak ada hiburan dari si kecil yang biasanya mengobati rasa lelah mereka karena bekerja, si kecil yang biasanya membuat keributan kini tengah melepas hari kebebasannya.

"Kapan Avan akan pulang?"tanya Diana kosong.

"Entahlah bahkan dia belum pergi setengah haripun rasanya sudah seperti satu tahun."lesu Tasya merindukan keponakan kecilnya.

Rasanya mereka sudah gatal ingin menghubungi putra kecil mereka namun mereka kembali teringat dengan peraturan awal, Avan sudah mengancam akan mogok berbicara dengan mereka jika ada yang mengganggu acara bebasnya kecuali Avan yang menelepon terlebih dahulu.

"Jam berapa putraku akan pulang?"tanya nya kembali pada suaminya yang tampak lesu.

"Mereka mengatakan akan pulang jam 9 malam lewat."

"Ini baru jam 11 siang artinya aku harus menunggu 10 jam lagi untuk bertemu putraku."

"Kenapa hari ini rasanya jam lama sekali berdetak nya apakah baterainya akan habis?"

"Sudahlah lebih baik kalian kembali bekerja sebelum kalian mati karena rindu."titah Azka yang sudah mulai jengah dengan tingkah orang tuanya.

"Kau juga kembali kuliah sebelum kau membeku tanpa pelukan hangat adikmu."

Setelah mengatakan itu Tasya beranjak menuju dapur begitupun dengan yang lain beranjak pergi untuk mengalihkan rasa rindu mereka pada si kecil.

.....

"Sepuluh menit lagi kunjungan pertama kita akan selesai dan akan dilanjutkan setelah makan siang baiklah setiap ketua kelompok harus bisa memastikan anggota nya lengkap sebelum acara kunjungan pertama kita saya tutup."

"Kok cepet banget sih."keluh Avan yang tak kenal lelah, sedangkan keempat anggotanya sudah merasakan kakinya pegal bagiamana tidak ketua mereka sedari tadi hanya menyantai tak seperti mereka yang harus berkeliling mencari informasi tak lupa mereka juga bergantian membawakan ransel Avan.

"Lah Lo mah enak nyantai kini nih yang cape bawa tas lo yang Segede gaban."ujar Alvin kelas.

Avan menyengir mengambil ransel nya dari tangan Zidan membukanya perlahan mengambil lima kotak susu membagikannya pada anggota kelompok pimpinannya.

"Kalian minum dulu biar gak cape."

"Nah gini dong kan enak."

"Kalau makan aja lo seneng."sindir Avan dengan mulut tersumpal sedotan.

"Kita udah boleh makan semua udah kumpul dibelakang sebagian juga ada makan dibis kita mau makan dimana?"tanya Zidan setelah mencari info dari beberapa temannya.

"Makan dibelakang aja sekalian cari tempat yang adem kalau dibis panas."

Mereka mengangguk mendegar jawaban Avan, pelan tapi pasti mereka berjalan ke belakang dengan Zidan yang memimpin didepan.

"Disana aja banyak pohon jadi adem."tunjuk Alvin pada tempat kosong.

"Boleh deh ayo."

Avan meluruskan kakinya yang baru terasa pegal padahal selama berdiri dia tak merasa pegal sedikitpun, dia memperhatikan Austin yang tengah mengambil bekal miliknya.

Semua siswa diberikan satu kotak makanan dan juga satu kotak berisi Snack tentu sudah dijaga kebersihan dan kesehatannya.

"Makan."titah Austin lembut.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang