tigabelas

5.8K 1.1K 88
                                    

#kcbc

"Haiiii!" tangan Tasya melambai saat aku dan Birendra memasuki cafe.

Aku melirik jam di tangan, lalu mengembuskan napas lega.

Kami tidak telat.

Tasya tidak punya alasan untuk bete. Lagipula, ada Hera di sebelahnya yang terlihat sangat semangat sekali. Bilangnya insecure, tapi memang pada dasarnya dia anak yang ceria, mana pernah kelihatan. Teman-teman di restoran aja sampai nggak percaya kalau dia bilang sedang sedih.

Huft, kadang kasihan.

Oh lihatlah, dia menatapku dan Birendra bergantian lalu memberiku senyum penuh arti alias menyebalkan.

Aku tahu, dia mau menggodaku habis-habisan.

Atau, justu dia ingin teriak "Udah gue bulang hajar aja!"

Tipikal Hera.

Kami duduk bersebelahan.

Maksudnya begini, biar sedikit kujelaskan: Hera di sebelah kanan, di depannya Tasya, aku refleks mengambil duduk di sebelah Hera tentu saja. So, kursi terakhir untuk Birendra, persis di sebelah Tasya.

Kurang lebih begitu, semoga dipahami karena kadang, aku kehilangan kemampuan untuk menjelaskan.

"So, Gree ...." Tasya memulai dengan senyuman lebar. "Tadi udah sempet ngobrol sedikit sama Hera. Dia anak sosmed banget dan itu bagus, lho. Modalnya emang harus betah mantening sosmed." Mendengar kalimatnya, aku tertawa sambil melirik Hera. "Jadi, sebenernya sosial media yang bagus itu rumusnya beda-beda. Naklukin algoritma Instagram itu susah. Kita cuma bisa coba-coba, observasi, praktek, terus pake deh mana yang works. Coba konten A, B, C biar tahu konten yang disukai sama followers kita itu apa."

"Kalau bikin konten gitu harus ada aturan pasti nggak, Mbak? Kayak misal .... kapan kita bikin konten tentang foto makanan Eat Me, atau mungkin sesekali konten lain?"

"Nah ini menarik. Kamu perhatiin deh beberapa akun resto lainnya. Mereka nggak cuma posting soal makanan doang, tetapi sesekali juga posting yang sifatnya entertainment. Itu tujuannya biasanya buat engagement. Biar ada interaksi dari followers. Entah karena mereka relate sama konten yang lagi viral, atau alasan apa pun." Telunjuknya mengacung dengan senyum lebar. "Tapi inget, konten jenis itu cuma buat hiburan, selingan doang. Jangan sampai lupa diri, kupa identitas akun sebagai apa. Nanti, sibuk interaksi sama mereka, sampe mereka lupa sebenernya kita ini brand apa sih."

Aku mengaggukkan kepala, mulai paham penjelasannya.

Merasa aneh, aku melirik Birendra dari sudut mata dan dia tertangkap basah sedang menatapku, lalu buru-buru menolehkan kepala ke arah Tasya, memangku dagu.

Benar-benar Birendra.

"Nah, aku suka baca caption postingan orang tuh gemes gitu lho, Mbak." Hera kali ini yang menyaut. "Kayak ... selalu mancing aku buat ikutan komen, atau minimal yaa tap love."

"Nah, itu perlu latihan. Nggak ada orang yang ujug-ujug langsung jago. Nanti, kita belajar bareng-bareng. Kalau kalian mau coba-coba silakan, aku review, ya. Soal gimana campaign rutinnya, atau setiap ada menu baru, itu nanti biar aku sama Birendra dulu. Kalian fokus sama konten. Gimana bikin konten yang menarik."

Aku menganggukkan kepala.

"Soal iklan dan lain-lain, kita bayar orang. Banyak jasa yang jual itu. Jangan terlalu dipikirin. Kalian punya Bos Besar yang super baik, lho." Tasya tertawa sambil menunjuk Birendra yang ikut tertawa juga. "Jangan takut belajar, jangan takut eksplor sesuatu, apalagi kalau kalian ngerasa itu berguna buat kalian dan Eat Me."

katanya, cinta banyak caraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang