"Ya Mita..?" Dito, ketua BEM fakultas kesehatan mempersilahkan gadis yang dipanggil Mita itu untuk berbicara.

"Apakah, apakah saya boleh ikut menjenguk Kak Randra?" Mita menggigit bibirnya setelah mengatakan apa yang ia inginkan, ia bahkan menahan nafas saat Dito mengecek berkas rapat di tangannya.

"Memang agenda menjenguk Randra cuma bisa diikuti oleh beberapa orang aja. Maksimal 4 orang, dan karena Tria sibuk ngurus bansos, sepertinya Mita bisa gantiin Tria buat jenguk wakil ketua kita. Semua setuju?"

Hati Mita mulai berdegup kencang, kebiasaannya karena selalu merasa inferior terhadap segala hal, Mita menggigit bibir bawahnya lebih keras saat menunggu jawaban dari peserta rapat, dan betapa leganya ia ketika mendengar sorakan setuju dari semua yang berkumpul di ruangan ini.

Kemudian, Dito meneruskan pembahasan agenda tahunan yang akan diadakan fakultas kesehatan, mulai dari rencana donor darah pada hari palang merah nasional sampai pemberian vitamin gratis untuk balita yang akan diajukan pada wakil rektor kemahasiswaan.

Mita sedikit mendengarkan apa yang Dito jelaskan, hanya saja pikirannya melayang jauh pada saat-saat Randra ikut rapat bersama mereka.

Sudah hampir dua minggu Randra tidak masuk kelas, anak-anak di kelasnya bilang kalau Randra terkena virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti, saat mengetahui kabar itu, Mita benar-benar khawatir, ia bahkan mencoba mencari tahu di rumah sakit mana lelaki itu dirawat.

Namun karena keterbatasan akses informasi yang ia miliki, mengingat dirinya ada di semester bawah, ia tidak tahu harus pergi ke mana.

Beruntungnya Mita mengajukan diri menjadi anggota bagian surat-menyurat dalam BEMF ini, ia bisa melihat Randra 2x seminggu tanpa harus sengaja melewati kelasnya, atau berusaha mencari tahu jadwal laboratorium lelaki itu.

Kalau mau jujur, Mita benar-benar merasa repot dan harus mengurangi jumlah siswa yang biasanya ia ajari saat memutuskan mengikuti Randra aktif menjadi anggota BEMF, biasanya ia mengambil 5 murid untuk les privat dan bekerja serabutan seperti menulis beberapa artikel untuk tambahan biaya hidup sehari-harinya.

Namun tahun ini, polis asuransi kedua orang tuanya keluar, walau tidak sebanyak milik orang-orang kaya, namun Mita memutuskan untuk bersantai barang sejenak di tahun ini, ia ingin mengikuti kata hatinya untuk terus memperhatikan lelaki berkacamata itu.

Ia juga ingin lebih sering datang ke tempat neneknya dirawat, mengajak ngobrol neneknya yang menderita demensia, ia ingin bersantai dan merasakan sedikit ketenangan untuk tidak selalu mengejar uang dalam hidupnya.

Walau santai yang ia maksud adalah tetap mengatur jadwal pekerjaan, kuliah, menemani neneknya dan... Randra...

Mita sudah berusaha, sangat berusaha membuang sosok Randra dari sisi hidupnya yang sudah dipenuhi oleh banyak tanggungjawab.

Tapi, bagaimana jika kalian memimpikan orang yang sama setiap malam? Bagaimana jika kalian mendambakan sosok itu di setiap kesepian yang kalian rasakan?

Apakah kalian akan diam saja tanpa berusaha? Padahal Mita mengenal Randra, ia bisa mengajak Randra mengobrol walau obrolan mereka sejauh ini hanya sebatas tentang kegiatan organisasi.

Tapi Mita sangat menyukai bagaimana Randra memanggilnya dengan nama depannya yang lengkap, ujung mata lelaki itu akan berkerut saat memanggil Mita dengan 'Paramita' atau bertanya mengenai sesuatu kepadanya.

Mita juga menyukai bagaimana kebiasaan Randra untuk menaikkan kacamatanya yang melorot ke hidung, atau caranya tersenyum pada semua orang.

Mita diam-diam tahu, walau kelaki itu sebenarnya tidak mudah tersenyum, ia akan memaksa mulutnya membentuk senyuman demi kesopanan.

How to Chase Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now