Felix gigit ujung bibirnya, berdiri di dalam halte sambil menatap jalanan lenggang. Felix eratkan syal yang melingkari leher, udara sore ini sangat dingin jadi felix sengaja memakai syal merah kesayangan
Tangan meremat ponsel, felix terlihat gugup dari biasanya dengan dua alis yang berkerut naik
"Hhhaaah" untuk yang kesekian kali ia menghela nafas. Felix gugup, rasa gugupnya jadi berlipat saat matanya menangkap sebuah motor hitam melaju ke arahnya
TIIN
felix berdecak. Tubuhnya di sorot lampu depan motor membuat felix spontan menutup wajah dengan tangan
"Sorry" changbin lepas helmnya. Tatap felix dengan sebelah alis terangkat "lo sakit?"
Felix menggeleng "hah? Enggak. Kenapa?"
"Oh, lo ga kebiasa dingin? Mau berangkat sekarang?"
Berangkat? Ya. Sebelumnya felix memang mengirim pesan pada changbin mengenai ajakan changbin ke kafe rainbow flake.
Felix tidak sabar, selain ingin mencicipi berbagai jenis donat, cake dan minuman hangatnya felix pun tak sabar ingin habiskan setengah waktunya dengan changbin hingga tanpa sadar tau-tau felix sudah mengirim pesan dan bertanya apa changbin bisa pergi bersamanya sore ini
Memalukan. Felix benar-benar malu sekarang ...
Felix naik ke atas badan motor changbin, ia terima helm yang changbin sodorkan.
"Bin" felix mencicit, namun sebelum changbin menjawab motornya sudah lebih dulu melaju kencang membuat felix otimatis memeluk tubuh si pengendara
Oke—felix membatin, tubuhnya reflek maju hingga tabrak punggung lebar changbin, felix dapat merasakannya. Sesuatu dalam genggaman yang terasa keras dan bergaris
Felix kulum senyum diantara pelukan. Changbin memiliki tubuh yang bagus
"Lo lembur?" changbin bertanya
"Hah?" namun sayangnya felix tak dengar dengan jelas karena laju motor yang changbin kendarai cukup cepat di atas batas normal
Changbin yang sadar akhirnya menurunkan laju kecepatannya, motor yang mereka kendarai bergerak sedikit lebih ke samping "lo lemburan?" changbin ulangi pertanyaan
"Oh, enggak. Kenapa?"
"Kok malem banget baliknya?"
Felix diam. Bagaimana caranya menjelaskan jika alasan ia pulang telat saja karena menunggu pesan changbin yang mengajaknya makan malam?
"O-oh itu.. Hehe uh" jelas felix gugup dan changbin tau itu karena ia bisa melihatnya dari spion. Lucu
"Lo ga nungguin chat dari gue kan?" changbin menebak, niatnya sih bercanda tapi saat ia mengintip lagi dari spion barulah changbin sadar jika yang ia ucapkan benar adanya
"Cie." changbin tersenyum. Setelah sadar barulah changbin kembali memasang wajah datarnya
'Ngapain gue senyum? Sinting.'
Kurang dari lima belas menit kemudian mereka sampai di tujuan, changbin dan felix turun setelah memarkirkan kendaraan. Malam semakin larut membuat udara sekitar lebih dingin dari biasanya, changbin dan felix bergegas masuk dan memilih tempat duduk
"Lo mau makan yang ap—"
"Menu paling rekomendasi di sini apa?" changbin memutus pertanyaan felix
"Untuk menu paling populer di sini kita menyediakan tiramissu rain cake, baked potachi with honey cream, dan sakura blossom cake"
"Kalau gitu saya pesen tiga menu populernya ya. Untuk minumnya ada apa?"
"Kita hanya menyediakan dua jenis minuman kak, vanilla frape dan black honey"
"Kalau gitu saya pesen dua juga"
"Baik kak mohon di tunggu"
Setelah sang waitres beranjak masuk ke dapur, felix menepuk pundak changbin perlahan.
"Apa?" changbin bertanya "bin... Menu yang lo pesen banyak banget, harganya lumayan loh. Lo ada duitnya?"
Changbin hanya diam, felix sedang mengejeknya atau apa? Tapi dari rautnya sih terlihat serius. Changbin jadi terhenyak, apa wajahnya terlihat miskin? Padahal ia merasa jika dirinya hanya miskim adab tidak miskin visual
"Cukup"
"Oh, hari ini copetan lo lagi melonjak ya? Dapet fee dari atasan lo atau gimana? Kinerja lo dalam hal mencopet pasti bagus ya?"
Changbin hanya bisa bersabar dan memasang wajah :
*Changbin sad in dwaekki*
"Iya dapet fee dari bos soalnya gue berhasil jadi copet senior" tidak mau semakin di pusingkan jadi changbin iyakan saja apa yang felix katakan
"Oh. Makasih ya changbin, nanti kalo gue gajian bakal gue traktir juga deh"
"Iya felix"
Iya felix— si pemilik nama lagi-lagi mengulum senyum, changbin memanggil namanya dengan intonasi bersahabat dan entah mengapa membuat felix senang
Tidak lama kemudian sang waitress kembali dengan trolli berisi makanan
•••
Tepat pukul 11 changbin sampai di depan gerbang kos felix. Mesin motornya yang menderung dikeheningan malam changbin matikan kemudian felix turun dari badan motor changbin dengan helm yang masih terpasang.
Changbin diam menatap lelaki kecil di sampingnya yang sedikit terhuyung dengan kepala terpasang helm. Jari-jari kecil felix kesulitan membuka pengait
"Sini" changbin tarik pelan pundak felix, ia sedikit rundukan wajah untuk melihat jika pengait helmnya tersangkut atau tidak. Tanpa changbin sadari jika felix diam diam menatap wajahnya dengan serius
'Ih ganteng juga' felix merona. Changbin jarang tersenyum membuat pandangan changbin dimata felix itu terlihat suram, namun jika dilihat dalam jarak dekat .... Changbin memiliki wajah yang manly. Benar-benar tipe felix
Bibirnya mengilat, changbin memang selalu membasahi bibirnya. Matanya sipit namun tatapannya tajam dan dalam seperti raven, felix dibuat salah tingkah karena jarak wajah mereka yang sangat dekat!
KLIK'
Pengait helm terbuka, changbin hendak menarik kembali wajahnya sebelum ia sadar jika felix sedang terpaku menatap bibirnya diam-diam
Satu tarikan terangkat membentuk senyum tipis membuat felix tersadar dan terperanjat kaget
"Kenapa?" changbin bertanya membuat felix cemberut
"...." felix hanya diam, ia merasa terjebak karena sepertinya changbin memergokinya
"Mau ciuman?"
Hah?! Felix sontak tatap wajah changbin tepat di mata namun kemudian felix terdiam
Changbin hanya menyeringai kecil.
Dan felix bersumpah jika seringai tipis changbin luar biasa tampan! Tapi!!—
"C-ciuman?"
-To be continue-
YOU ARE READING
[03] Choose ur Character || Changlix
Fanfictionfelix nemu buku di ruang arsip kantor barunya. buku jurnal dengan ukiran cantik berwarna biru laut felix yang memang hobi membuat jurnal pada akhirnya membawa buku itu bersamanya ke rumah, tanpa ia sadar jika buku itu menuntunnya pada sebuah pertemu...