"Ga tau jalan pulang, changbin"
Sekarang changbin yang bingung. Jika antar felix menuju pintu keluar area pertokoan jaraknya cukup jauh, sementara hujan semakin deras, walau felix membawa payung tapi hujan tetap akan kenai tubuh
Sebenenarnya basecamp changbin jauh lebih dekat, tapi masa ia harus membawa felix ke basecampnya?
"Bin? Changbin?" felix goyangkan tangan changbin yang sejak tadi melamun. Changbin menghela nafas
Tidak ada cara lain, untuk kali ini mungkin changbin akan maklum "ikut gue neduh bentar di basecamp sampe ujan reda"
Changbin jalan lebih dulu sementara felix mengekor di belakang seperti itik bertemu induk. Tangannya membawa pelastik dan payung, felix majukan tubuh dekati punggung changbin
Payung yang felix pegang ia arahkan sebagian pada changbin, sementara changbin yang kemudian sadar ada yang memblokir air hujan kenai kepalanya lantas ia menoleh
"Pake aja payungnya buat lo, gue udah biasa sama air hujan"
"Tapi Kamu bisa sakit tau!"
"Gue ga gampang sakit"
"Tetep aja! Masa harus kena demam dulu? Jangan cuma karena badan gede terus kamu ga bakal kena sakit? Imun kamu bisa turun kalau kelamaan kena air hujan dan itu bahaya"
Changbin putar mata jengah diam-diam tanpa sepengetahuan felix, 'duh cerewet bangetttttt dah ah!!' telinga changbin rasanya bisa berdarah dengar ocehan felix
"Bin! Bin! Changbin! Binbin—" panggilan felix terputus, tubuhnya tak sengaja terantuk punggung changbin karena lelaki itu berhenti tiba-tiba
Felix tolehkan kepala, ia melihat bangunan kecil seperti petakan ruko. Rolling door bangunan itu penuh oleh grafiti, terlihat seperti bangunan tak diurus tapi kenapa changbin malah diam di sini?
"Kamu kenapa diem? Ada yang ketinggalan?"
"Udah nyampe" changbin tarik naik rolling doornya sedikit lalu masuk, felix mengekor.
Tepat saat kakinya berpijak di ke dalam bangunan, felix terkejut. Rupanya isi bangunan itu cukup luas, ada banyak sofa di tata sedemikian rupa, di tengahnya ada karpet bulu hangat dan nyaman
Selain itu yang menarik perhatian felix adalah, begitu banyaknya manusia tergolek di sana. Sepertinya hujan kali ini membuat tidur mereka nyaman
"ruangan gue ada di atas, kita naik aja"
Lagi-lagi changbin beri perintah dan felix hanya menurut. Keduanya jalan naiki tangga menuju lantai dua, di lantai dua mereka masuk ruangan paling ujung. Pintu kayu putih adalah tujuannya
"Wow" rupanya ruangan milik changbin jauh lebih tertata dan jauh lebih nyaman! Terasa hangat walau sekali lihat
Terlihat kontras dengan penampilan changbin yang mirip begal pasar malam. Ruangannya justru seperti lelaki dewasa dengan isi kamar yang penuh dengan benda-benda hangat
"Gue mandi duluan, lo bisa duduk dulu atau ngapain kek. Tapi jangan nakal pegang ini itu! Jangan sampe ada barang yang jatuh apalagi rusak! Abis gue mandi lo harus mandi juga, hujan reda berarti lo pulang!"
Felix mengangguk, dudukan tubuhnya di sofa yang tersedia sementara changbin mulai tenteng handuk kelabunya dan bawa masuk ke dalam bilik kamar mandi
Diantara lamunan felix remas perutnya. Ia lapar.
Sementara itu di dalam bilik kamar mandi, changbin tatap tubuhnya pada kaca. Ada luka baru yang membentang di dada kanan, lukanya tidak begitu dalam tapi tetap saja memerah dan beberapa sisinya sedikit berdarah
Changbin hela nafas sambil seka dengan alkohol pembersih, takut lukanya infeksi dan malah menimbulkan masalah baru.
"Kakek tuh ga pernah mau dengerin apa kata mama. Umurnya udah tua banget kenapa masih keras kepala sih, padahal dia tau dunia luar ini isinya kaya anjing liar semua"
Changbin loloskan seluruh pakaiannya, nyalakan keran air hangat dan basahi seluruh tubuhnya di bawah guyuran shower. Changbin merasa lebih rileks dari sebelumnya
Surainya jatuh turun karena basah, wajah yang semula terlihat terlihat semrawut kini terlihat jauh lebih segar dan cerah. Changbin pejamkan mata berusaha nikmati waktu mandinya yang berharga
Tiba-tiba wajah felix tercetak dalam kepala. Mata si bocah frekless itu terlihat polos, seakan hidupnya hanya diisi oleh kebahagiaan dan hal buruk enggan untuk menghampiri
"Ck,!"
Felix mirip seperti dirinya yang dulu, dirinya yang mengira dunia hanya berisi kesenangan dan kebahagiaan.
Selesai dengan mandinya, changbin buru-buru pakai pakaian santainya, ia keringkan rambutnya asal dengan handuk lalu bergegas keluar dari bilik kamar mandi
Takut jika felix menunggu terlalu lama dan yang ada malah buat kekacauan di kamarnya
Pintu kamar mandi terbuka, yang pertama changbin lihat adalah felix yang duduk di sofa mengarah ke jendela luar, bersandar pada bantal besar sofa besar. hujan mulai reda, harusnya felix bersiap untuk pulang
"Heh-" changin tepuk pundak felix, bukannya menoleh tanggapi changbin, tubuh felix malah merosot jatuh ke samping sofa
"Hah?!"
Changbin panik, ia bergegas berdiri di hadapan si bocah. Letakan punggung tangan pada dahi "shit! Panas!"
Felix demam
YOU ARE READING
[03] Choose ur Character || Changlix
Fanfictionfelix nemu buku di ruang arsip kantor barunya. buku jurnal dengan ukiran cantik berwarna biru laut felix yang memang hobi membuat jurnal pada akhirnya membawa buku itu bersamanya ke rumah, tanpa ia sadar jika buku itu menuntunnya pada sebuah pertemu...