Tiga Belas

3.9K 518 38
                                    

Yaampuunn guys, Wira itu terlalu sempurna jadi manusia wkwk

Enggak sih, mungkin karena di cerita Penghujung Malam waktu dia ketemu Clara udah selesai sama diri sendiri dan kebrengsekan dia di masa lalu udah kelar, kita jadi ngelihat sisi baiknya aja wkwk

Tapi dari semua hubungan, memang Wira-Clara tuh idaman aku banget. Minim drama dan tahu gimana cara apresiasi satu sama lain🤍

---

"Sini,"

Raka ikut bergabung kedalam selimut yang menutupi tubuh Bianca. Dengan gemas laki-laki itu bahkan menarik Bianca untuk masuk kedalam pelukannya.

Tangan kiri Raka dijadikan bantal oleh Bianca sedangkan tangan kanannya memeluk erat. Sesekali mengelus punggung gadis itu dengan lembut. Pasalnya gadis itu sekarang sedang menggigil kedinginan.

Tadi setelah mengobrol penuh emosi dengan Lika, Bianca akhirnya berhasil mengusir gadis itu dengan halus. Dan setelah menunggu hampir setengah jam pada Raka yang kacau, Bianca membawa cowok itu kembali ke kamar.

Sialnya kunci kamarnya di pegang oleh Eva yang kini entah berada dimana, karena ia ikut bersama yang lainnya untuk menghabiskan malam minggu di kota bandung. Alhasil Bianca harus mengungsi di kamar Raka.

"Masih dingin?"

Bianca mengangguk kecil. Raka lalu melepaskan pelukannya sebentar untuk meloloskan seluruh atasannya hingga kini cowok itu bertelanjang dada.

"Ngapain?!"

"Katanya kulit ke kulit lebih bisa transfer panas,"

Bianca mengeluh. Ia juga tahu sih teori itu tapi ya enggak gini juga. Tapi gadis itu tidak bisa menolak ketika Raka melepaskan jaket-jaket tebal yang menutupi tubuhnya menyisakan kaos tipis berlengan panjang.

Raka kembali meraih gadis itu dalam pelukan. Membungkus tubuh mereka berdua dengan selimut berwarna putih tersebut. Tangan kanan Raka tidak berhenti mengusap seluruh punggungnya yang kini tampak berhasil menyalurkan panas.

Kepalanya yang pening masih tersuruk dileher telanjang cowok itu. Tangannya juga sudah melingkar di tubuh kekar laki-laki itu.

"Kaki lo naikin ke kaki gue,"

Bianca hanya menurut ketika Raka menautkan kaki mereka. Ketika telapak kakinya yang dingin bertemu dengan hangat punggung kaki  milik Raka, Bianca tidak bisa tidak mendesah lega.

"Better. Thanks,"

Raka hanya bergumam pelan. Anggap saja ini balasan atas kebaikan gadis itu dalam dua hari ini menyelamatkan dirinya tiap bertemu dengan Lika. Jika tadi Bianca tidak menyuruh Lika pergi, mungkin Raka akan lebih kacau.

"Wangi lo enak."

Pengakuan itu membuat Raka tersenyum. Cowok itu lalu menurunkan wajahnya untuk menggesek hidung Bianca dengan hidungnya sendiri.

"Wangi lo juga enak. Gue suka,"

Bianca yang sudah menutup mata lalu terkekeh pelan. "Jangan suka,"

"Kenapa?"

"Ntar susah lepasnya,"

Gadis ini memang ajaib. Raka tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Tangan kanannya lalu terangkat untuk merapikan rambut-rambut yang menutupi wajah gadis itu.

"Jangan berhenti,"

"Apanya?"

"Tangan lo. Di punggung gue,"

Well, gadis itu mulai suka dengan usapannya. Lalu dengan iseng, Raka malah memasukkan tangannya ke dalam kaos yang melekat di tubuh Bianca. Menemukan kulit halus dibawah jemarinya dan mulai mengelus pelan. Perlakuannya yang membuat Bianca langsung tercekat dan membuka matanya.

Musim Yang Baik [FIN]Where stories live. Discover now